Chapter 18 : Pembebasan Kota Paris

102 13 0
                                    

Fadli dan Jeanne sedang berhadapan dengan Napoleon.
Fadli:"buka status"
Fadli:"atas nama kerajaan Brynhild, aku memintamu untuk menyerah dan akui semua kejahatanmu"
Napoleon malah tertawa terbahak bahak.
Napoleon:"hanya karena kau adalah pahlawan, jangan harap aku akan menyerah kepadamu"
Napoleon lalu mencabut pedangnya, dan melesat kearah Fadli.
Napoleon:"aku akan membunuh kalian semua disini, dan tidak akan ada yang tau tentang kejahatanku"
Fadli:"sudah kuduga kau akan mengatakan itu"
Napoleon sudah berada di depan Fadli dan siap menebasnya, tapi serangan dia di tangkis oleh Jeanne.
Fadli:"sebenarnya dari awal, kami tidak berencana untuk menyelesaikan ini dengan cara damai"

Napoleon lalu melompat mundur.
Napoleon:"menajubkan, tapi apa kau pikir kau bisa mengalahkanku Jeanne?"
Jeanne:"aku tidak berpikir, aku tau"
Jeanne lalu berlari kearah Napoleon untuk menyerangnya.
Fadli:"sabar anjir"
Fadli lalu mengarahkan sihirnya kepada Jeanne.
Fadli:"support magic, full body maximum enhancements"
Tubuh Jeanne bersinar, dan dia menjadi 5 kali lebih cepat daripada sebelumnya, Napoleon yang awalnya meremehkan dia, hampir gagal menghindari tebasan dari Jeanne. Tebasan dari Jeanne juga menjadi 5 kali lebih kuat berkat sihir support dari Fadli.
Napoleon:"sial"
Jeanne:"woah"
Jeanne lalu terlihat sangat semangat, dan langsung menyerang Napoleon kembali, dan kali ini Napoleon sama sekali tidak meremehkan mereka.

Jeanne terus menerus menyudutkan Napoleon dalam adu pedang. Hingga memaksa Napoleon untuk menggunakan sihirnya.
Napoleon:"sialan kau, rasakan ini"
Tapi sihirnya langsung di batalkan oleh Fadli.
Fadli:"dispel magic"
Napoleon tidak sempat menarik kembali tangannya, dan Jeanne langsung memotong tangan kiri Napoleon. Jeanne kemudian menodongkan pedangnya kepada Napoleon.
Jeanne:"menyerahlah, kau sudah kalah"
Napoleon:"jangan harap"
Napoleon menolak dan berniat untuk menyerang Jeanne dengan pedang miliknya, namun Jeanne langsung memotong tangan Napoleon yang tersisa.
Jeanne:"dengarkan aku keparat, aku sudah memintamu untuk menyerah tapi kau menolak"
Jeanne lalu mencengkram kerah baju Napoleon, kemudian dia mengangkat Napoleon.

Jeanne:"jadi jangan salahkan aku jika aku melakukan ini"
Jeanne langsung memukul wajah Napoleon dengan sangat keras.
Jeanne:"ini untuk orang orang yang telah menderita karenamu"
Jeanne memukul Napoleon.
Jeanne:"ini untuk semua orang yang telah kau siksa"
Jeanne lalu memukul Napoleon berkali kali tanpa henti.
Jeanne:"dan ini, untuk semua nyawa yang telah hilang karenamu"
Mata Jeanne hanya memperlihatkan satu ekspresi setiap kali dia memukul Napoleon, yaitu kebencian.
Napoleon:"aku menyerah"
Walaupun Napoleon sudah babak belur dan terlihat hampir mati, Jeanne masih saja memukulinya, hingga Fadli menghentikan dia.
Fadli:"aku rasa itu cukup, lebih baik kita segera menghentikan pertarungan ini sekarang"
Jeanne:"kamu benar"

Jeanne dan Fadli lalu pergi kearah beranda di ruangan itu, dan melihat kearah halaman depan yang sudah kacau balau.
Jeanne:"WARGA PARIS, PERTARUNGAN INI SUDAH BERAKHIR"
Semua yang ada di lapangan langsung melihat kearah beranda. Jeanne lalu mengangkat Napoleon yang sudah babak belur untuk diperlihatkan kepada semua orang.
Jeanne:"KITA MENANG"
Nadia:"mereka berdua ternyata di sana"
Rudolf:"tidak kusangka mereka benar benar berhasil"
Setelah melihat itu, semua pasukan Napoleon langsung menyerah, dan para warga langsung menyerbu masuk ke dalam mansion dengan semangat. Sementara itu, di beranda Jeanne berterima kasih kepada Fadli sambil menangis terharu.
Jeanne:"Fadli, terima kasih, tanpa bantuanmu ini semua tidak akan mungkin bisa terjadi"

Fadli lalu tersenyum, dan mengusap air mata Jeanne.
Fadli:"tidak perlu berterima kasih, kalian berhasil membebaskan kota ini menggunakan kekuatan kalian sendiri"
Jeanne:"tapi"
Fadli:"sudahlah, lebih baik sekarang temui para warga itu, biar aku yang mengurus Napoleon"
Jeanne:"baik"
Jeanne lalu berlari keluar ruangan tersebut untuk menemui para warga. Tepat setelah Jeanne pergi, ekspresi Fadli langsung berubah menjadi serius, dan menakutkan. Dia langsung melempar tubuh Napoleon ke arah tembok sekuat tenaga hingga temboknya retak. Fadli lalu mendekati Napoleon secara perlahan, dan Napoleon menjadi sangat ketakutan.
Napoleon:"tunggu,tunggu apa yang kamu lakukan? Aku sudah bilang aku menyerah"

Fadli:"lalu?"
Fadli:"walaupun kau sudah menyerah, jangan harap aku akan membiarkanmu begitu saja"
Di saat yang bersamaan, Nadia sampai di depan ruangan itu, dan berniat untuk masuk. Tapi dia mendengar suara gaduh dari dalam kemudian memutuskan untuk mengintip dan melihat apa yang terjadi.
Napoleon:"bukankah kau adalah pahlawan, seorang pahlawan seharusnya tidak melakukan hal seperti ini"
Fadli:"aku beritau kau satu hal, menjadi pahlawan tidak hanya mengalahkan para monster, dan menyelamatkan para warga untuk mendapat pujian saja"
Fadli:"terkadang kami juga harus mengotori tangan kami untuk menghabisi sampah seperti kalian agar dunia ini menjadi dunia yang lebih baik"

Napoleon:"tunggu, jika kau membunuhku, kau tidak akan bisa kembali ke dirimu yang dulu"
Fadli:"sudah terlambat bagiku untuk kembali, dan aku juga tidak ingin kembali"
Fadli langsung memenggal kepala Napoleon dengan tangan kosong. Darah dari Napoleon menyembur ke wajah dan pakaian Fadli. Nadia menutup matanya ketika Fadli memenggal Napoleon, kemudian dia masuk ke dalam ruangan itu dan mengunci pintunya. Lalu dia memberi Fadli sebuah kain basah yang sudah dia summon menggunakan smartphone milik Fadli.
Nadia:"kamu tidak seharusnya melakukan itu"
Fadli menggunakan kain yang diberikan Nadia untuk membersihkan wajah dan pakaiannya.

Fadli:"jika aku tidak melakukan ini, suatu saat nanti mereka pasti akan melakukan hal yang sama lagi"
Nadia:"aku tidak menentang caramu, tapi bukankah ada cara yang lebih baik dari ini"
Fadli:"aku pasti akan menggunakan cara itu jika ada"
Fadli:"Nad, saat ini semua orang sedang merayakan keberhasilan mereka karena telah membebaskan kota ini, aku sedang tidak ingin berdebat denganmu"
Nadia:"aku juga tidak sedang mengajakmu untuk berdebat"
Nadia:'aku hanya khawatir kepadamu'
Nadia:"lalu akan kamu apakan mayat ini?"
Fadli:"aku akan membuangnya ke kawah gunung berapi"
Tubuh Napoleon langsung menghilang ke kawah gunung merapi.
Setelah membersihkan ruangan itu, mereka berdua lalu menemui yang lainnya.

Celes:"Fadli, Nadia, apa yang terjadi kepada Napoleon"
Fadli lalu memasang senyuman polos kepada mereka.
Fadli:"tenang saja, aku sudah mengurusnya, tidak ada yang perlu di khawatirkan lagi"
Namun, Nadia malah melihat kearah Fadli dengan perasaan khawatir. Setelah itu mereka semua menguburkan tulang tulang dari orang orang yang mereka temukan di penjara tadi. Fadli lalu meletakan bunga di makam makam tersebut.
Fadli:"maafkan kami karena terlalu lama, tapi sekarang kalian bisa beristirahat dengan tenang"
Nadia:'jadi ini alasan kamu melakukan hal tadi'
Setelah menguburkan tulang tulang itu, mereka mengadakan perayaan akan keberhasilan mereka.

Celes dan yang lainnya terlihat ragu ragu untuk mengambil makanan yang telah di sediakan.
Gubernur:"kenapa kalian diam saja, silahkan dimakan"
Gubernur:"kami berhasil membebaskan kota ini semua karena bantuan dari kalian"
Celes:"umm"
Warga 1:"tenang saja, kami tidak mencampurkan obat tidur di yang satu ini"
Warga 1:"jika kalian masih belum percaya"
Para warga kemudian mengambil beberapa makanan, dan langsung memakannya di depan mereka.
Warga:"lihat kan?"
Mereka kemudian ikut makan dan perayaan tersebut berlangsung semalaman. Di pagi harinya, Fadli membangunkan teman temannya, kemudian mereka berniat pergi secara perlahan lahan dari kota tersebut. Tapi ternyata Jeanne sudah bangun dan mengejar mereka.

Jeanne:"tunggu, kalian sudah mau pergi?"
Fadli:"hehe, maaf tujuan kami ke kota ini hanya untuk menyelidiki apa yang terjadi disini, dan karena tujuan kami sudah terpenuhi, kami akan langsung pergi dari sini"
Jeanne:"tunggu, bolehkan aku ikut dengan kelompok kalian?"
Fadli melihat kearah teman temannya, dan mereka mengangguk.
Fadli:"baiklah,kalau begitu ayo pergi"
Mereka kemudian menuju ke gerbang keluar kota, tapi ternyata seluruh warga kota sudah menunggu mereka disana.
Rudolf:"kalian tidak berpikir untuk pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal bukan"
Fadli:"sepertinya rencanaku untuk pergi secara diam diam sudah gagal"

_________________________

_________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeanne D'arc 

Reunion to Parallel World Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang