"Anya kenapa kamu berbicara seperti itu?"
"Ah Loid, mungkin dia sakit!? Ayo kita bawa ke rumah sakit!"
Mereka berdua hendak saja membawa Anya ke rumah sakit, tapi Anya mencegahnya.
"Anya tidak sakit."
"Tapi kenapa kamu menangis, benarkah, kamu baik-baik saja?"
Mata Yor melebar, sangat khawatir, bertanya sekali lagi untuk memastikan."Tadi mata Anya cuma kena debu, Anya mau jalan-jalan." Gadis itu berbohong, lalu menyeka sisa air matanya.
Loid terlihat bingung dan berpikir mungkin dia harus berusaha lebih memahami perasaan Anya.
"Oh begitu, jangan membuat kami khawatir ya, padahal kamu baru saja gembira?"
"Syukurlah, kalau kamu baik-baik saja." Wajah khawatir Yor memudar.
***
Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 9. Teman-teman Damian baru saja kembali ke asrama bersama yang lain.
Mereka semua masuk ke kamar bersiap-siap untuk tidur.
Emile dan Ewen melihat Damian sedang belajar, mereka berdua saling memandang seolah memberi isyarat untuk bersama-sama menghampirinya.
"Bos kami tadi membeli buat tuan muda Damian juga, ini makan bos kuenya sangat enak," kata Emile lalu menyodorkan sebungkus kue coklat yang mereka beli tadi dari luar.
"Oh, terima kasih, taruh saja di kasurku, aku akan memakannya nanti," sahut Damian tanpa melihat teman-temannya.
"Bos, sampai kapan bos berhenti belajar, ini sudah jam 9 loh."
"Ya bos, bos kenapa belajar mulu?"
Ewen dan Emile menatap Damian dengan memprihatinkan."Seharusnya bos beristirahat dulu, sesekali otak kita harus diberi istirahat bos." Mereka tidak tahu bagaimana lagi cara mengingatkan Damian bahwa belajar terus itu tidak baik.
"Ini karena kemauanku, apalagi kalian berdua tidur saja duluan sana, jangan ganggu aku, aku ingin fokus belajar."
"Um, ya sudah kalau begitu bos," ucap Ewen pasrah.
***
Pagi ini terlihat loid sedang menyiapkan sarapan untuk Yor dan Anya, mereka sudah terbiasa tinggal bersama, sudah sangat terlihat seperti keluarga sungguhan."Apa? Kamu sedang tidak baikan dengannya?" tanya Loid ketika mendengar cerita Anya.
"Dia tidak lulus tes gara-gara Anya."
Gadis kecil itu merosotkan bahunya, merasa bersalah tapi di sisi lain dia merasa menggagalkan misinya sendiri."Hari ini Anya akan meminta maaf pada anak kedua."
"Oh Itu bagus, tetaplah minta maaf walaupun tidak sepenuhnya kamu yang salah, jadilah anak yang baik."
Loid tampak senang lalu mengusap kepala Anya.Setelah sarapan, Loid dan Yor mengantar anya berangkat naik bus ke sekolah.
"Aku mengandalkanmu Anya, perdamaian dunia ada di tanganmu,"
batin Loid penuh harap yang menatap kepergian gadis kecil itu.
Anya pun paham dengan hal itu."Skema pertemanan akan dimulai, dan aku sekarang harus minta maaf!"
gumam Anya setelah turun dari bus, saat perjalanan menuju kelas dia berpapasan dengan teman-teman Damian yang baru saja keluar dari asrama."Hei cewek rakun," sapa bocah bergigi besar.
"Kalian?" Mata Anya mencari keberadaan Damian.
"Di mana anak kedua?"
"Hey Anya!" Suara itu terdengar familiar dan ternyata adalah Becky yang menyapanya dari jauh. Gadis berambut ikat dua itu berlari kecil menghampiri Anya, wajahnya tampak gembira.
Setelah menghampiri Anya, Becky melihat kedua anak laki-laki itu, dan langsung ekspresi wajahnya berubah menjadi jijik, alhasil Ewen dan Emile marah-marah kepadanya.
"Anya, kenapa kamu di sini bersama anak-anak bodoh itu? tanya Becky heran pada Anya.
"Padahal kemarin mereka menuduh sembarangan padamu," ucap Becky sekali lagi.
"Anya mau meminta maaf pada anak kedua."
"Minta maaf? Tapi dia tidak ada di sini, mungkin dia muak terus di cantol oleh dua orang penjilat kekayaannya itu."
Tiba-tiba gadis itu menarik tangan Anya.
"Hei bilang apa kau barusan tadi!? Dasar bajingan!"
"Urusan kita masih belum selesai!"
Teriak Emile dan Ewen yang sudah berapi-api.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPY X FAMILY Damianya Fanfic (Lagi di Revisi)
FanfictionCerita Sambungan Dari Lightnovel SPY x Family (Bagian habis berkemah) lanjutan ceritanya berdasarkan hasil pikiran sendiri. Anya akan tetap berusaha dan tidak pernah menyerah untuk menjalankan misi (rencana B) untuk menjadi lebih dekat dengan Damian...