"Aaahh, salam kenal!" gadis itu menjawab dengan antusias dan wajah penuh senyum, berusaha meredakan rasa gugup yang tengah dirasakannya.
Dia memahami pentingnya mengambil inisiatif untuk berkenalan. Diam dan menunggu orang lain menyapa tidak akan membawamu memiliki teman.
"Ya, salam kenal."
"Aku adalah siswi pindahan, dan aku berada di kelas 5-3. Bisa kasih tau aku di mana kelasnya? Aku lupa." Jane tersenyum kikuk, bahkan matanya berkedip, berusaha menjaga suasana obrolan agar tetap ceria.
"Hah? Jadi, kau sekelas dengan kami?"
Wajah Ewen dan Emile terlihat agak terkejut.
"Ikuti kami," ajak Damian kepadanya.
Pupil mata Jane melebar.
"Terima kasih! Mohon bantuannya!"
"Ya, balas Damian.
Ke empatnya pun kemudian melanjutkan langkah mereka, dengan Jane mengikuti belakang.
"Damian Desmond," pikir anak perempuan itu mengingat nama Damian, lalu mengangkat dagunya perlahan. Menatap punggung lelaki itu.
***
"Silakan duduk Jane Ayumi."
"Ya, Pak! Terima kasih." Jane membungkuk, lalu melangkah menuju ke bangku belakang.
Mata gadis-gadis di kelas tampak bersinar-sinar saat melihatnya. Seolah-olah memandang pemandangan yang menakjubkan.
Dia tersenyum, berusaha menunjukkan sikap ramah. Banyak bertanya, tertawa, agar dirinya tidak terkesan murung.
Dan kemudian, hari-hari pun berlalu, sudah seminggu berada di sini, akhirnya dirinya berhasil berbaur.
"Tidak ada yang tak mungkin jika dirimu melakukannya." Itulah yang selalu dikatakan Papa. Dia sangat bersyukur.
***
"Dia adalah anak ketua partai? Aku baru tahu," ungkap Jane sambil menopang dagunya, ekspresinya sedikit terkejut.
"Ya, ampun, kau baru tahu itu!?" seru teman-temannya.
"Padahal kalian selalu mengobrol."
Orang yang sedang mereka bicarakan tiba-tiba berjalan melewati mereka dengan kedua temannya. Jane menelan ludah, pipinya mulai memerah. Gadis berambut emas itu terus memandangi punggung Damian yang berada di tengah teman-temannya. Dia selalu terlihat lebih dewasa dan tenang dibandingkan teman-temannya.
Bukan hanya kesan, tapi dia memang pria yang dewasa.
Tak berapa lama kemudian, dua gadis menyusul melewati mereka.
"Stop, menjodohkan Anya dengannya."
"Padahal waktu kelas satu, kau selalu mencoba mendekatinya loh!" Gadis berkuncir dua mengejek sambil mengangkat tangannya ke bibir dengan senyum girang.
Suasana hati Jane tiba-tiba berubah. Bagaimana tidak? Anak perempuan tersebut selalu mencoba menjodohkan Damian dengan temannya. Pertanyaan pun muncul di hatinya. Siapa mereka dan apa hubungannya dengan Damian? Jane merasa penasaran.
Dia mengepal tangannya keras.
***
Memandang Becky, Damian, Anya, dan lainnya di sana dengan sorot mata tak suka.
"Aku ingin ke sana sebentar."
"Hah?"
"Ngapain?"
"Memberikan mereka peringatan."
"Oke!"
"Baiklah."
TBC
Next?
KAMU SEDANG MEMBACA
SPY X FAMILY Damianya Fanfic (Lagi di Revisi)
FanfictionCerita Sambungan Dari Lightnovel SPY x Family (Bagian habis berkemah) lanjutan ceritanya berdasarkan hasil pikiran sendiri. Anya akan tetap berusaha dan tidak pernah menyerah untuk menjalankan misi (rencana B) untuk menjadi lebih dekat dengan Damian...