Bab 43

337 21 5
                                    

Suasana di kelompok Anya berubah menjadi tegang kembali ketika Jane muncul.

"Anu, maafkan aku, tapi kalian jangan membuat keributan di sini ...."
Dia mengatakan itu lalu tersenyum manis.

"Ya, tak apa-apa, kami memang salah." Becky merespons gadis tersebut dengan mata mendelik.

Jane mengangguk.  Sementara yang lain hanya terdiam.

Alunan musik di pesta itu diganti, banyak orang mulai berdansa di tengah ruangan. Langkah-langkah mereka yang ringan dan tarian yang berirama membuat ruangan itu terasa begitu hidup.

Pelayan-pelayan berdatangan membawa minuman yang berkilauan, menambah pesona pesta. Mereka dengan gesit menyajikan berbagai minuman, mulai dari koktail berwarna-warni hingga yang elegan, sesuai dengan selera beragam tamu yang hadir. Suara tawa dan percakapan riang memenuhi udara.

Bola mata Becky berbinar, wajahnya memerah dan dia memegang kedua pipinya karena merasa senang dengan suasana pesta. "Aku ingin berdansa dengan, Tuan Loid!"

"Becky ...." Anya menyipitkan matanya.

"Desmond, k- kau mau berdansa denganku?" Wajah Jane terlihat malu ketika mengucapkannya.

"?"

Damian sedikit terkejut, dia melirik ke wajah teman-temannya tanpa menoleh. Ewen mengangguk setuju.

Seorang anak laki-laki mendekati Damian dengan tiba-tiba dan berbisik, "Kau sangat beruntung dia mengajakmu berdansa." Jane adalah gadis paling cantik di kelas, itulah sebabnya anak laki-laki itu mengatakan hal tersebut.

Damian merespons dengan senyuman miring, "Seharusnya dia yang beruntung karena aku menerima ajakannya," Damian memasukkan tangannya ke dalam saku, lalu melangkah mendekati gadis tersebut.

Wajah Jane memerah seperti tomat.

Becky mengangkat bahunya, menyorot tak terima.

Damian dan Jane berdiri di tengah lantai dansa. Mereka saling memandang dan siap untuk memulai tarian.

Jantung Jane berdebar-debar.
musik terus mengalun. Damian memegang tangan gadis itu dengan lembut, sementara Jane menempatkan tangannya di bahu Damian. Mereka mulai bergerak mengikuti irama musik yang mempesona.

Gerakan mereka lambat seperti pasangan yang selaras. Damian memimpin dengan penuh kepercayaan, mengayunkan langkah-langkah tari yang beriringan dengan ritme musik.

"Anya! Apa kau yakin menerima ini?" Becky terlihat panik. Bagaimana tidak, dia melihat Damian yang seharusnya bersama pada temannya sedang berdansa dengan orang lain! Ketika seorang pelayan lewat, Becky tiba-tiba meraih minuman dari nampan yang dibawanya.

Dengan kasar, dia langsung meneguknya. Sang pelayan terkejut.

"Nona, minuman ini mengandung alkohol!" kata pelayan tersebut dengan panik yang luar biasa.

Anya juga terkejut. Sementara, Becky tampak tak peduli dan terus meneguk minuman itu.

"Ini pertama kalinya aku minum minuman beralkohol. Aku sudah berusia sebelas tahun, jadi aku boleh meminumnya!" kata Becky dengan nada seperti seseorang yang tidak terkendali.

"Becky!" Anya berteriak khawatir.

"Astaga! Ini tak bisa dibiarkan! Meskipun alkoholnya hanya sedikit...." Pelayan itu dengan panik menaruh nampannya di meja dan mengangkat Becky untuk membawanya pergi. Tidak banyak yang memperhatikan, karena suasana pesta saat itu begitu riuh.

"Becky!" Anya berusaha mengikuti mereka, tetapi tiba-tiba tangannya dicegat oleh seorang pria, tampaknya dari tampang pria tersebut berusia sekitar sembilan belas tahun.

"Hai, Nona. Kamu mau ke mana?" Wajah pemuda tersebut terlihat ramah, namun juga menakutkan.

"A-ku ingin menemui temanku."

"Tenang saja, saya ada di sini, saya akan menemanimu...." balas sang pemuda sambil menarik tangan Anya.

Anya menolak, tetapi tenaganya terlalu kecil untuk menolak dengan kuat.
Keduanya melewati Damian, yang saat itu sedang berdansa dengan Jane. Damian melihat mereka.

"Siapa pria itu?" gumam Damian, dan hatinya penuh bertanya-tanya.

Wajah pria tersebut asing baginya. Apakah Anya mengenalnya? Tetapi ketika ia melihat secara detail ekspresi Anya yang panik dan ketakutan,  pasti ada sesuatu yang tidak beres.

Dia pun melepaskan tangannya dari Jane dan pergi menyusul mereka.

"Desmond, kamu mau ke mana?" Mata Jane tampak sedih saat melihat Damian menjauh.

"Mama, Papa, tolong Anya!" batin Anya sangat ketakutan, dia dibawa ke dalam mobil. Damian begitu terkejut ketika melihatnya.

Kenapa tidak ada yang menyadarinya?

"Sialan!"

TBC

Maaf spam notif ya, soalnya bab 1 - 41 hilang, kayaknya eror nih, terima kasih!

SPY X FAMILY Damianya Fanfic (Lagi di Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang