Bab 19

522 51 2
                                    

"Anak kedua, anu ..."
Belum sempat Anya melanjutkan bicaranya, tiba-tiba Damian pergi meninggalkannya.

"??"

Anya membeku di tempat, bingung mengapa bocah lelaki itu meninggalkannya, dia pun buru-buru mengikutinya.

Kemudian Damian tiba-tiba berbalik.

"Ada apa, kenapa kau mengikutiku?"

"..."

"Hei kenapa kau diam saja, ada apa? tanyanya sekali lagi.

"Dasar cebol tidak jelas, ah kepalaku sangat pusing," batin Damian sambil memegang kepalanya, karena Anya tidak menjawab pertanyaannya secara langsung, dia berbalik lagi dan mulai berjalan ke depan.

Anya yang masih dengan mata terbelalak, buru-buru mengikutinya.

"Anak kedua apa kau sakit?"
tanya gadis itu lagi, Damian tampak kaget sesaat sebelum membuang muka.

"Kenapa dia hanya diam saja!?? Apa dia sangat marah soal kemarin?" batin Anya ketakutan, takut rencana perdamaian dunianya gagal.

Tak lama kemudian gadis kecil itu melangkahkan kakinya dengan cepat, setelah menyalip Damian, dia berbalik ke ke arahnya sehingga bocah laki-laki itu terkejut.

"Anu, aku minta maaf soal yang kemarin, karena kesalahanku, kau tidak bisa mengikuti lomba itu. " Anya menundukkan wajahnya.

"??Oh baiklah, baguslah kalau kau menyadari kesalahanmu."

"Kau memaafkanku?" tanya gadis itu dan wajahnya mulai berseri-seri.

"Kau minta maaf? Itu tidak membantu sama sekali, karena itu tidak berguna," balas Damian, mendengar jawaban itu membuat Anya kesal, karena jawabannya tidak sesuai apa yang diharapkan.

Dia mengubur kekesalannya lalu membuka suaranya lagi:
"Kalau begitu, bagaimana caranya agar Anya bisa membantumu?"

Dia mengubur kekesalannya lalu membuka suaranya lagi:"Kalau begitu, bagaimana caranya agar Anya bisa membantumu?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanya gadis kecil itu sambil tersenyum. Mengulas senyum karena berkhayal Papa akan sangat bangga padanya jika rencana misi berteman dengan Damian berhasil.

Melihat senyuman Anya yang sangat manis, membuat wajah Damian memerah.

"?!! Kau sana sekarang angkat air bawa ke sini!" pinta bocah itu.

"Hanya Anya saja?"

"Ya, aku akan melanjutkan mencabut rumputnya, ayo cepat sana pergi!"

"Okie Dokie!" Anya menurut, meskipun perintah itu sebenarnya Anya tidak mau, tapi demi Damian memaafkannya tidak apa-apa.

Dia dengan bersemangat pergi untuk mengambil air, sementara Damian kembali ke taman untuk mencabut rumput.

Ketika dia mencabut rumput, dia memegang perutnya, karena sakit. Tapi dia tetap mencabut rumput itu agar pekerjaan yang sangat melelahkan itu cepat selesai.

Tak lama kemudian, entah kenapa Anya tak kunjung datang, Damian juga lelah menunggu begitu lama. Bahkan pekerjaan mencabut rumput hampir selesai, pekerjaan yang tersisa hanyalah menyiram tanaman- tanaman itu saja.

Karena tidak datang, bocah itu menjadi kesal, lalu pergi menyusuli Anya.

***

Damian memeriksa beberapa toilet wanita, tetapi dia tidak melihat Anya di sana.

"Anak itu sebenarnya ada di mana? Aku hanya menyuruhnya untuk mengambil air," batinnya lalu tak lama kemudian dia mendengar suara seorang gadis yang menangis sesenggukan. Dia terkejut, setelah ditelusuri ternyata suara tangis itu berasal dari toilet paling pojok.

"Permisi ada seseorang?"

Damian mengetuk pintu itu, tangisan gadis yang tak lain adalah Anya itu menjadi pecah.

Damian terkejut dan segera membuka pintu, setelah dibuka ternyata suara tangis itu adalah suara Anya.

Dia pun masuk ke dalam dan mendapati gadis kecil itu yang menangis, ditambah baju dan rambutnya yang basah kuyup.

Melihat keadaan itu, bocah laki-laki itu menjadi sangat kaget.

"Kenapa kau ada di sini dan basah kuyup begini?" tanyanya, lalu membawa gadis kecil itu keluar, tak lupa juga membawa air. Saat perjalanan kembali ke taman, air mata Anya mulai mengering. Kemudian Damian bertanya: "Kau baik-baik saja?"

SPY X FAMILY Damianya Fanfic (Lagi di Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang