"..."
"Dia memang terlihat berbeda dari biasanya, tapi ... kenapa dia tiba-tiba menanyakan itu?" batin Damian bingung. Sama sekali tidak mengerti dan paham dengan Anya.
Bus pun akhirnya sudah berhenti. Semua anak-anak mulai bangkit dari tempat duduk untuk turun.
"Dia hanya mengatakan penampilanku berbeda dari biasanya," gumam Anya kecewa, jawaban anak kedua tidak sesuai ekspetasi.
" Jika aku tidak bisa mendekati anak kedua, aku akan diusir.... "
batinnya teringat lagi dengan misi perdamaian dunia, dia sudah mulai merasa putus asa."Anak-anak, kenapa kalian masih di sini? Ayo cepat turun."
Seorang wanita berambut pendek telah memperhatikan mereka dari tadi.Akhirnya kedua bocah itu pun turun dari bus tanpa berkata apa-apa.
Terlihat pak Henderson, berteriak, berteriak memberi perintah pada anak-anak untuk berbaris rapi sesuai kelas.
"Anya!" teriak Becky yang sejak tadi mencari keberadaan Anya.
"Becky?"
"Ah di sini ramai sekali, kepalaku jadi pusing!" ucap Becky setelah mendekati Anya.
"Akhirnya aku menemukanmu, tapi kenapa wajahmu sedih begitu? Bagaimana tanggapan Damian tentang penampilanmu tadi?!" tanyanya dengan tidak sabar. Wajahnya berbinar.
"Dia tidak menanggapi penampilanku, Anya gagal ...."
"Hah? Kenapa bisa gagal?" Ekspresi Becky terkejut setelah mendengar jawaban Anya.
Tanpa mereka sadari, pak Henderson mengamati mereka sejak tadi.
"Forger, Blackbelly apa yang kalian lakukan di sana?"
Anya dan Forger pun menoleh dan terkejut.
"Ada guru, kita bahas saja nanti saat di vila, sekarang ayo kita baris!" ucap Becky lalu menarik tangan Anya.***
Panitia yang terlibat dalam kegiatan ini telah mengumumkan kamar vila mana yang anak-anak murid akan tempati.
Selama di vila, mereka diberi waktu istirahat sebelum sesi pembukaan dimulai.
"Bagaimana kau bisa gagal, padahal penampilanmu hari ini begitu sangat imut!" Becky menghela nafas setelah mendengarkan Anya bercerita.
"Padahal duduk dengan Damian di bus tadi adalah kesempatan berharga!"
Saat itu Anya mengeluarkan air mata. Dia berpikir mungkin tidak lama lagi dia dibuang oleh Loid dan tidak sekolah lagi dan bertemu Becky.
"Anya jangan menangis dong!"
Karena sedih melihat sahabatnya menangis, Becky pun berusaha memutar otaknya untuk mencari ide."Oke baik, aku punya rencana, ini rencana terakhir dan aku menjaminnya akan berhasil!"
"Rencana terakhir?"
"Ya!"
Wajah gadis itu seperti penuh berencana, dia mendekati Anya dan berbisik.
"Kau harus melakukan apa yang kukatakan, meskipun ini sedikit memalukan. Tapi aku pernah melihat drama lokal seorang wanita yang mengungkapkan perasaannya duluan dan akhirnya pria yang dia suka mengakui perasaannya juga, pria itu gengsi, menurutku Damian gengsi sama seperti pria itu."
"Gengsi?"
"Hapus air matamu Anya, jangan terlarut sedih, ingat setiap masalah pasti ada jalan keluar!"
"Sungguh aku tak menyangka
kau menangis seperti ini gara-gara cowok! Mumpung sekarang waktunya masih istirahat ayo kita ke kamar laki-laki dan menemui Damian!""Sekarang?"
"Iya, kau harus mengungkapkan perasaanmu! Ini demi perasaan kalian, kalian saling mencintai kan, kalau sama-sama tidak berani mengungkapkan, sampai kapan kalian seperti ini!?"
"Demi perdamaian dunia!" batin Anya dan seketika memasang wajah secercah harapan.
Kedua gadis itu pun keluar dari kamar menuju kamar laki-laki.Saat kedua gadis itu sudah berdiri dekat pintu kamar laki-laki, George anak murung teman sekelas mereka tiba-tiba muncul di samping mereka.
"Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya anak murung itu.
Anya dan Becky pun menoleh.
"Apa kau tahu Damian ada di mana?" tanya Becky kembali.
"Damian dan kedua temannya? Mereka ada di taman."
"Oh, oke terimakasih."
Anya dan Becky pun berlalu dan menuju taman.
***
"Tamannya bagus sekali!"
"Ya kalau vila elite memang seperti ini. "
"Itu si anak kedua!" ucap Anya sambil menunjuk Damian yang tengah bersama teman-temannya di sana.
"Tarik napasmu dalam-dalam Anya, aku akan bersembunyi di sini. Aku akan mengawasimu dari sini oke?" Wajah Becky tampak berbinar.
"Sekarang?"
"Iya!"
"Jalankan rencana ini dengan baik, misi mengungkapkan perasaan!"
"Okie Dokie!"
Saat ini, misi Anya adalah mengungkapkan perasaan pada Damian, meskipun sebenarnya dia benci Damian tapi demi perdamaian dunia tidak apa-apa.
Tidak lupa Becky menyemangati Anya. Kemudian, Anya pun melangkahkan kakinya menghampiri Damian dengan perasaan gugup.
***
"Anak kedua!" panggil Anya setengah berteriak.
"Cewek rakun, ngapain dia disini?" kata Emile terkejut.
"Hah?"
"Anya ingin berbicara denganmu."
"Bicara apa, kau mau meminta pendapatku tentang penampilanmu lagi!"
"Bukan."
"?"
Wajah Damian seketika memerah, bagaimana bisa Anya masih berani memasang muka di hadapannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
SPY X FAMILY Damianya Fanfic (Lagi di Revisi)
FanfictionCerita Sambungan Dari Lightnovel SPY x Family (Bagian habis berkemah) lanjutan ceritanya berdasarkan hasil pikiran sendiri. Anya akan tetap berusaha dan tidak pernah menyerah untuk menjalankan misi (rencana B) untuk menjadi lebih dekat dengan Damian...