Laki-laki itu dengan cemas melihat sekeliling, mencari keberadaan Becky, namun tidak melihatnya sama sekali. Ketika sadar benar-benar tidak ada yang menyadari bahwa Anya telah dibawa pergi oleh seseorang, wajahnya menjadi berkerut panik, bahkan keringat sudah membasahi seluruh wajahnya.
"Haruskah aku membantunya?" Tanpa ragu, dia segera mengeluarkan ponsel dari saku dan menelepon supir pribadinya dengan cepat.
"Segera ke tempat ini!"
"Baik, Tuan!"
Setelah selesai menelepon supir, Damian bergegas keluar dari area pesta dan pandangannya langsung tertuju pada mobil di belakang yang perlahan-lahan berjalan membawa Anya pergi. Dalam hati, dia berusaha mengingat nomor plat kendaraan tersebut.
Seperti yang diharapkannya, supirnya telah tiba. Sang supir membuka pintu untuknya dan mempersilakan masuk.
"Ikuti mobil itu," pinta Damian dengan wajah tenang.
***
"Aduhh! Anya ada di mana?" batin Becky dengan kekhawatiran yang semakin memuncak. Sudah sejam berlalu sejak dia kehilangan Anya, dan dia merasa alkohol yang sebelumnya mempengaruhi pikirannya telah hilang. Matanya menyapu seluruh isi ruangan pesta, mencari keberadaan Anya dengan gelisah.
Kerumunan orang yang padat, membuat sulitnya untuk menemukan Anya. Dari kejauhan, Becky tak sengaja melihat Emile dan Ewen yang tampak seperti sedang mencari seseorang di sekitar mereka. Tanpa ragu, dia mendekati mereka dengan langkah cepat.
"Apa yang kalian lakukan?"
Emile dan Ewen melihat Becky dengan ekspresi yang sangat khawatir. "Kami mencari Tuan Damian.
"Dia hilang, dan kami tidak tahu di mana dia berada."
Pupil mata Becky membola.
"APA?"
***
Dari awal saat mulai membuntuti mobil yang menculik Anya. Damian memang sengaja mematikan ponselnya agar tak ada yang mengganggunya.
Sudah selama satu jam mereka mengikuti mobil tersebut.
"Jauh sekali ...." batin Damian yang sebenarnya dia sangat terkejut.
"Mobilnya berhenti!" kata sang supir tiba-tiba sambil memberhentikan mobilnya juga.
"Kita harus tetap diam dan menunggu mereka keluar, sebelum kita keluar."
Damian mengangguk setuju.
"Tempat ini, bukankah?" Sang supir mengerut dahi, lalu memandang gedung-gedung di sekeliling.
Tidak lama kemudian, pemuda yang menculik Anya keluar dari mobilnya dengan membawa Anya yang wajahnya terlihat pucat dan lemah. Damian terkejut melihat kondisi Anya yang terlihat tidak sadar sepenuhnya.
Pemuda tersebut menggandeng Anya dan melangkah cepat yang sepertinya akan membawa ke sesuatu tempat di sekitar sini.
"Orang itu mungkin akan membawa gadis itu ke sebuah hotel!" duga sang supir, yang membuat Damian semakin terkejut.
"Kenapa dibawa ke hotel? Apakah orang itu adalah saudaranya?" Damian bertanya kebingungan.
Supir Damian terdiam, termenung sejenak.
"Tidak, aku tidak bisa memberitahunya, Tuan Damian masih terlalu muda untuk mengetahui hal ini," batin pria berbadan besar itu. Dia memilih diam, lalu matanya melirik ke arah penculik itu.
"Semoga saja gadis itu tidak kenapa-kenapa. Tuan, diam sajalah di sini. Saya akan keluar dan menyelamatkan gadis itu." Supir itu segera membuka pintu, Damian tiba-tiba menyergah.
"Tapi aku juga ingin ikut membantu!"
"Ini sangat berbahaya."
"Tapi-"
Ini sangat berbahaya!" Sang supir memasang wajah tegas.
"B-baiklah." Damian menurut dan kembali duduk.
Dengan hati-hati, sang supir keluar dari mobil dan berjalan cepat untuk mengejar penculik itu. Dia merasa bahwa waktu mereka sangat terbatas dan harus bertindak dengan cepat jika ingin menyelamatkan Anya.
"Hei, Nak!" panggilnya dengan suara lantang, mencoba untuk menarik perhatian penculik tersebut. Penculik itu menoleh dan menatap sang supir dengan tatapan curiga.
"Lihat, ada roket di sana!" teriak si supir tiba-tiba, mencoba menggunakan trik untuk membingungkan penculik. Meskipun terdengar agak konyol, penculik itu reflek melihat ke langit, sehingga memberi kesempatan baginya untuk bertindak.
Dengan cepat, dia menyambar tangan Anya yang lemah dan menggendongnya layaknya ala bridal.
"??!"
Penculik itu membulatkan matanya, terkejut dengan tindakan mendadak pria berpakaian gelap itu dan tidak segera bereaksi. Sementara, Damian yang berada di dalam mobil melihat kesempatannya untuk bergerak. Dia membuka pintu mobil dengan cepat dan turun dari mobil.
***
Suasana dalam mobil, semakin tegang setelah menyelamatkan Anya dari penculik.
Wajah gadis itu memerah, dadanya juga naik turun dengan cepat.
"Siapa ... kau .... anak kedua?" Anya bertanya dengan suara terengah-engah, Lalu tiba-tiba Anya mencengkeram paha lelaki itu dengan kuat.
Damian merasa kaget dan kebingungan. Karena tingkah gadis itu yang sangat agresif, dirinya menjadi salah tingkah dan wajahnya memerah seperti tomat."Bodoh!" Damian menjawab dengan suara tercekat.
"Gawat ...." gumam sang supir dengan nada khawatir, menyadari bahwa kondisi gadis muda itu sangatlah buruk. Dia mempercepat kecepatan mobilnya, berusaha segera membawa Anya ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis.
"Aku ingin memelukmu!" Suara Anya terdengar samar-samar. Dia tiba-tiba menyentuh pinggang Damian, dan memeluknya erat.
"Apa! Apa yang kau lakukan??????"
Jantung Damian berdetak sangat kencang, wajahnya sejak tadi mengeluarkan keringat. Pelukan itu, sepertinya akan mengambil hatinya. Seluruh mukanya sempurna memerah.
TBC
Lanjut ga?
#komentardanvotekaliansangatberhargabaginita
KAMU SEDANG MEMBACA
SPY X FAMILY Damianya Fanfic (Lagi di Revisi)
FanfictieCerita Sambungan Dari Lightnovel SPY x Family (Bagian habis berkemah) lanjutan ceritanya berdasarkan hasil pikiran sendiri. Anya akan tetap berusaha dan tidak pernah menyerah untuk menjalankan misi (rencana B) untuk menjadi lebih dekat dengan Damian...