Bab 18

536 50 0
                                    

Sementara itu, Damian masih berada di Asrama, dia bangun terlambat dan Pak Henry mengetahuinya.

Karena ketahuan, bocah laki-laki itu disuruh membersihkan seluruh ruangan asrama itu sebagai hukuman dengan bu Okiri—seorang  wanita petugas kebersihan.

"Sangat tidak elegan! Saya harap besok anda tidak bermalas-malasan lagi dan bangun terlambat!" ucap Tuan Henry tegas tanpa meninggikan suaranya, tak lama kemudian dia melangkah keluar dari Asrama.

"Sialan, kenapa mereka tidak membangunkanku!" batin Damian kesal mengingat teman-temannya. Dengan wajah lesu, dia melanjutkan  mengepel lantai.

Saat dia mengepel lantai, dia melakukannya dengan kasar, Bu Okiri memperhatikannya dan segera menegurnya.

"Hei lakukan pekerjaannya dengan benar."

***

Setelah selesai mengerjakan pekerjaan, Damian berlari ke kamar, segera bersiap untuk mengenakan seragamnya serta mengambil tasnya tanpa mandi dan sarapan.

Kemudian dia keluar dari asrama dan
berlari menuju sekolah. "Sial hari ini aku terlambat!"

Dia berlari dengan suasana hati gelisah dan nyaris saja menabrak anak lain, dia mengabaikan anak lain itu yang mengoceh. Pagi itu matahari sangat terik.

Sementara itu Anya yang di kelas terus menoleh ke bangku belakang, tetapi Damian belum ada di sana.

"Anak kedua tidak sekolah?"

"Um mungkin dia terlambat? Tenanglah kenapa kau sejak tadi terlihat khawatir begitu?" tanya Becky heran melihat sikap Anya.

"Dia putra target dalam misi papa, berteman dengannya bisa sangat membantu misi papa," batin Anya.

"Aku harus minta maaf, demi perdamaian dunia."

"Perdamaian dunia, huh? Sungguh Becky benar-benar tidak mengerti apa yang katakan temannya. Tak lama kemudian guru yang mengajar di kelas mereka hari ini sudah muncul di depan pintu ... serta ada murid yang terlambat berdiri di belakang guru itu.

"Maaf pak saya terlambat."

Milik suara itu yang tak lain adalah Damian, penampilannya berantakan, dengan ekspresi wajah yang sedikit cemberut.

"Hari ini masih bisa dimaafkan, tapi besoknya kalau masih telat juga, saya tidak segan-segan memberikan Tonitrus Bolt." Setelah mendengar pernyataan guru itu, dia mengangguk pelan, lalu berjalan menuju mejanya dengan lesu.

Melihat keadaannya, semua murid di kelas menatapnya dengan heran.

"Baru kali ini dia datang terlambat."

"Padahal dia putra Ketua Partai."

"Kami tadi membangunkanmu Damian."

"Tapi kau tidak bangun-bangun."

Ucap Emile dan Ewen setelah Damian duduk.

Anya yang duduk di depan terus memperhatikannya.

***

Dan saat pelajaran berlangsung Damian mulai mengantuk dan menopang dagunya.

"Bos lihat cewek rakun itu, di pagi hari begini saja dia sudah tidur."
ucap Ewen yang melihat Anya yang sudah ketiduran di mejanya, tetapi Damian tidak menggubrisnya.

"Um tuan muda Damian, apakah kau baik-baik saja?"

Karena Damian mengabaikannya, bocah wajah lonjong itu menoleh kearahnya.

"Bos, muka bos pucat banget!?"

Ewen dan Emile terkejut melihat kondisi wajah Damian, tak lama kemudian damian mulai ketiduran di mejanya, dan saat itu guru yang mengajar mereka mengetahuinya.

"Mereka tidur saat pelajaran? Itu tidak dibenarkan, mereka harus dihukum!" batin guru itu, ekspresinya sudah mirip seperti singa yang marah.

Bahkan Becky merasakan tatapan mengerikan itu, sehingga dia segera membangunkan Anya.

"Anya bangun!"

"Guru itu memperhatikanmu!"

Gadis kecil itu dengan panik membisikkan itu ke telinga anya.
Dan tiba-tiba saja guru itu mulai marah besar, guru murka dan langsung memberi hukuman pada Anya dan Damian.

***

Mereka berdua disuruh membersihkan taman, ditambah dilarang makan di kantin saat jam pelajaran usai sebagai hukuman.

"Hukuman ini sebagai peringatan keras! Karena di sekolah Eden semua murid diajarkan sikap disiplin, dan sikap disiplin harus diterapkan!"

"Dan kamu Forger, sudah berapa kalinya saya melihat kamu selalu ketiduran di kelas!"

"Maaf pak," ucap Anya dengan  ketakutan.

"Kalau guru Schlag mengetahui ada siswa seperti kalian, mungkin kalian sudah diberikan Tonitrus Bolt!!"

Teriak guru itu panjang lebar, sehingga Anya dan Damian menjadi gemetar.

***

Setelah guru itu pergi, suasana menjadi sunyi, hanya dua anak itu yang berada di luar kelas saat jam pelajaran.

Dengan ekspresi yang masih syok kedua anak itu mulai mencabut rumput.

"Hari terburuk. Kalau ayah tahu ini, aku bisa kehilangan muka di depan ayah," batin Damian.

"Syukur, kita tidak diberikan Tonitrus Bolt," ucap Anya tiba-tiba.

Tetapi bocah laki-laki itu mengabaikannya, sehingga dia menjadi bingung.

"Kenapa anak kedua tidak mengatakan apa-apa?" batinnya, lalu  teringat hal kemarin, dia pun seketika panik dan segera meminta maaf pada Damian!

Karena, ini adalah rencana yang telah dia disiapkan sejak malam.

"Oh Itu bagus, tetaplah minta maaf walaupun tidak sepenuhnya kamu yang salah, jadilah anak yang baik."

Lalu Papa mengusap kepalanya,
ucapan Loid tadi malam tiba-tiba melintas di kepalanya dan entah mengapa tiba-tiba kata-kata itu menjadi terngiang.

"Anak kedua, anu ..."

Belum sempat Anya melanjutkan perkataannya, tiba-tiba Damian pergi meninggalkannya.

"??"

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Happy reading, semoga terhibur, jangan lupa kritik saran💙

SPY X FAMILY Damianya Fanfic (Lagi di Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang