Bab 39

324 19 0
                                    

Anya dan Damian tidak berbicara selama beberapa hari setelah mereka mencari Becky tanpa hasil. Anya merasa Damian terlalu egois dan tidak memperhatikan perasaannya. Di sisi lain Damian merasa Anya terlalu cerewet dan terlalu mengeluh.

Dua hari kemudian ....

"Ternyata kau sengaja menghilang agar aku berduaan dengannya, dan dia mengungkapkan perasaannya padaku, apaan itu?" Anya mengatakan itu dengan nada kesal, saat ini mereka berada di kantin, sedang menunggu pesanan makanan.

Becky tertawa kecil, lalu membalas, "Maafkan aku, Anya. Sumpah aku tidak bermaksud membuatmu marah. Aku hanya ingin membuat kalian berdua dekat, dan melihat apakah ada rasa di antara kalian berdua." Setelah itu bibirnya melengkung miring. Masih melirik temannya dengan mata menggoda. Menggoda Anya seperti ini sungguh sangat menyenangkan baginya.

Sementara Anya tetap menatap Becky dengan tampang cemberut, dan melipat tangan di dada. Asap seolah-olah hendak menyembul keluar dari kepalanya, kemudian berkata dengan intonasi sebal, "Kau tahu betapa banyak waktu yang kami habiskan untuk mencarimu? Kami sangat khawatir padamu, dan kau sengaja menghilang."

"Aku merasa sangat bersalah, aku minta ma-af, Anya." Becky menyengir, menampakkan dereten giginya yang putih, dan menggaruk kepalanya yang tak gatal. Setelah itu dia tersenyum tipis. Dia benar-benar tak menyangka, temannya akan sekesal ini. Ternyata hasil rencananya di luar perkiraannya.

"Baik, aku memaafkanmu, sebenarnya ini hanya masalah kecil." Terlihat ekspresi Anya perlahan mulai melembut.

Becky menghela napas. Lalu mendongak ke langit biru, sangat cerah seakan menusuk matanya. Burung-burung kecil yang bertengger di dahan kayu berkicau, mengisi keheningan keduanya yang duduk di kursi panjang taman sekolah.

"Apakah aku berlebihan?" batin Becky dengan ekspresi tenang. Lalu dia memalingkan wajahnya ada Anya yang diam tanpa ekspresi, yang sebenarnya tengah tenggelam dalam pikirannya, layaknya kapal perlahan tenggelam ke dasar laut. Beberapa saat kemudian bel khas sekolah berbunyi membuyarkan pikirannya.

"Cepat sekali, perasaan kita baru saja duduk di taman ini," ucap Becky malas. Kemudian keduanya beranjak dan masuk ke kelas.

Saat sudah berada di kelas sebelum guru tiba, perhatian Anya tertuju pada Damian di mejanya yang terlihat dikerumuni beberapa anak perempuan. Ya, beberapa akhir ini memang banyak penjilat desmond berkumpul di mejanya, anak lelaki itu pun tak seperti biasanya tidak mempermasalahkan, bahkan raut wajahnya tampak membanggakan diri.

Tidak peduli, itu kalimat yang terlintas di kepala Anya, dia pun mengalihkan perhatiannya di papan tulis. Dengan alis sedikit menukik. Beberapa saat kemudian guru yang mengajar materi hari ini sudah menampakkan batang hidungnya. Para gadis yang berada di meja Damian berlari kecil kembali ke tempat masing-masing. Setelah pelajaran selesai, nada bel berdering menandakan waktu kembali istirahat, sebelum anak-anak beranjak dari kursi, Jane Ayumi, gadis yang pernah bertengkar dengan Anya pada beberapa pekan yang lalu memegang tas kecil dan berlari ke depan kelas.

Gadis tersebut merentangkan tangannya tinggi-tinggi, tampaknya mengundang perhatian semua orang.

"Besok aku merayakan hari ulang tahunku yang ke sebelas, jadi aku mengundang kalian besok!" Dia berseru, tak lama kemudian semuanya berteriak girang.

"Semuanya?" tanya anak lain.

"Ya!" sahut gadis itu.

"Di mana kau merayakannya?"

"Besok aku akan membagikan alamat lokasinya di LINE."

Gadis berambut kuncir satu itu kemudian melangkah ringan ke arah kursinya dan mengeluarkan sesuatu dalam ransel miliknya. Lalu dia membagikan kartu undangan ulang tahun pada semuanya.

SPY X FAMILY Damianya Fanfic (Lagi di Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang