Bab 16

553 58 0
                                    

Yor sedikit terkejut mendengar pertanyaan Anya.

"Um maksudnya kamu ingin tahu apa itu cinta?"

"Iya," sahut gadis kecil itu dengan mata berbinar.

"Arti cinta?" Yor bergumam, jari telunjuknya mengelus dagu-memasang pose berpikir, tak lama kemudian dia mengulas senyum dan menjawab:

"Hmm, cinta itu bisa diartikan dengan kasih sayang."

"Kasih sayang?"

"Ya, cinta, suka, dan rindu, kamu sangat menyukai orang itu, dan akhirnya kamu mencintainya, seseorang yang hidup tidak mungkin hidup tanpa cinta," ucap Yor terus terang.

"Oh Begitu?" ucap Anya dengan wajah polosnya.

"Nanti saat kamu sudah dewasa, kamu akan lebih mengenal apa itu cinta."

***

Di sisi lain Damian menopang dagu dengan muka sedih, kecewa pada diri sendiri karena tidak bisa mengikuti lomba cerdas cermat untuk mendapatkan bintang Stella.

Dia menatap telepon itu dengan tatapan kosong, sementara teman-temannya yang lain sedang berkumpul asik bercengkerama.

Tiba-tiba di pikirannya timbul untuk menelpon kakaknya Demetrius.

"Oh ya, dia sibuk," batinnya, saat hendak menelpon kakaknya, dia mengurungkan niatnya.

Jauh di lubuk hatinya, dia sangat menginginkan perhatian dari ayahnya. Ayah selalu sibuk dan tidak pernah memperhatikannya, agar diperhatikan dia harus seperti kakaknya.

Sebenarnya dia merasa terbebani. Namun dia sangat ingin dibanggakan oleh Ayah seperti kakaknya.

Tiba-tiba temannya Emile dan Ewen menghampirinya, dua temannya itu memasang muka iba pada Damian.

"Bos, nanti kita semua keluar malam mau main, bos ikut?"

"Ayo bos ikut, nanti kita makan kue coklat bersama-sama loh," ajak Emile dan Ewen pada temannya yang sedang sedih.

Damian menolak, dia lebih memilih belajar dibandingkan bermain yang hanya membuang waktu saja.

"Tidak, aku tidak mau ikut, kalian saja, bersenang-senanglah."
Damian berdiri lalu pergi ke kamar dan meninggalkan mereka.

"Yah bos," ucap mereka dengan wajah melas.

***

Di kamar, Damian membolak-
balikkan buku pelajarannya berusaha menghafal materi apa yang besok akan dipelajari di kelas, dia memiliki rencana mungkin hari ini dia harus belajar sampai larut malam.

"Ya. Hari ini aku harus belajar sampai larut malam, agar aku diperhatikan ayah, aku ... aku anggap saja ini sebagai hukumanku karena tidak bisa mengikuti kompetisi itu."

"Padahal kompetisi itu kesempatanku," batinnya sedih.

"Padahal kompetisi itu kesempatanku," batinnya sedih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesaat wajahnya murung. Tiba-tiba Anya dengan wajah menangis terbayang di benaknya.

"Kenapa?" Dia menepuk jidatnya, bingung dengan dirinya sendiri.

"Yah, ini karena salahnya juga, gara-gara anak itu aku tidak sempat banyak belajar waktu itu," gumamnya geram.

"Tapi ini juga kesalahanku, karena menolak ajakannya, dan akhirnya aku sendiri yang repot."

"Dan sepertinya hanya aku yang tinggal sendirian di asrama ini, mereka semua sudah pergi. Biarkan saja bocah itu semua bermain dan bersenang-senang, mereka itu cuma buang-buang waktu, yang penting aku harus menjadi Imperial scholar agar ayah memperhatikanku," batinnya, dan tiba-tiba muncul gelora semangat di jiwanya.

***

"Jalan-jalan, jalan-jalan."
Nada suara itu terdengar seperti alunan lagu, suasana hati gadis kecil itu sangat gembira hari ini, karena sudah lama mereka tidak keluar j bersama, sebab kesibukan mereka masing-masing akhir ini.

"Kamu terlihat sangat senang Anya," kata Yor sambil tersenyum.

"Ya, Anya sangat senang karena kita sudah lama tidak jalan-jalan," jawab gadis kecil itu lalu berlari mendahului Loid dan Yor, kemudian berbalik kearah mereka.

"ANYA SANGAT MENCINTAI PAPA DAN MAMA!!"

Suaranya sangat keras, hingga membuat sepasang kekasih tersebut  terkejut, dan tertawa.

"Jangan berteriak Anya, ada banyak orang di sini," ucap Loid.

"Memangnya kenapa kalau Anya berteriak di tempat banyak orang?"
tanya Anya, dan akhirnya mereka bertiga tertawa bersama.

Melihat Yor dan Anya tertawa bahagia, Loid teringat kalau mereka sebenarnya hanyalah keluarga palsu.

"Aku memang tahu kalau kami keluarga palsu, tapi apakah aku bisa menjadi ayah baik pada anak itu, dan bagaimana dengan Yor?"  batin Loid, seakan dia tidak ingin perannya sebagai ayah untuk Anya dan suami untuk Yor berakhir, namun nyatanya mereka hanyalah keluarga palsu, keluarga palsu yang dibangun untuk menjalankan misi.

"Keluarga sesungguhnya rasanya seperti apa ya?" Senyum Anya langsung memudar ketika tak sengaja membaca isi pikiran Papa.

Yor yang menyadari Anya, langsung khawatir dan menanyainya.

"Kenapa Anya?"

Suasana malam itu seketika berubah bagi Anya. Tak lama kemudian gadis kecil itu menjatuhkan air matanya.

"Papa ... Mama ..."

"!!?"

"Ada apa Anya, kenapa kamu menangis?" Loid terkejut, segera menggendong Anya dengan
khawatir.

"Kamu kenapa Anya, kamu sakit?"

"Anya sayang Papa dan Mama, Anya mau kita bersama selamanya."

Setelah mendengar perkataan itu dari Anya membuat Loid dan Yor terkejut.

Next??
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Kasian Damian, dia gak pernah diperhatikan Ayahnya, Anya juga kasian karna gak punya keluarga selain Loid dan Yor, dia pengen sama Loid dan Yor selamanya:)
Mweehhehe

SPY X FAMILY Damianya Fanfic (Lagi di Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang