Situasi ini sejujurnya entah mengapa membuatku perasaanku menjadi aneh.
Kami menuju kafe terdekat dengan mobil pribadi Desmond. Laki-laki itu duduk di depan sebelah supirnya, sementara aku dan Ayumi berada di belakang.
Sepanjang perjalanan Ayumi-san hanya diam dan memasang sikap dingin kepadaku, hingga aku menelan ludah dan merasa enggan mengajaknya mengobrol untuk sekedar basa-basi.
Setelah kami dan mobil pribadi anak kedua berlalu, tiba-tiba wajah Ayumi terlihat bersemangat dan melangkah mendekati laki-laki itu.
Kami pun melangkah menuju kafe layaknya orang normal. Setelah memesan apa yang diinginkan, kami pun duduk dengan posisi aku sendirian berhadapan dengan mereka.
Mengingat tujuan kami berada di sini, kami mulai mengeluarkan buku masing-masing.
Anak kedua menopang dagunya dan membuka lembar demi lembar buku matematika dengan ekspresi tenang.
Ayumi-san di sebelahnya yang sejak tadi terlihat merenung membuka bibirnya, "Damian, ajarkan aku soal ini, aku tak mengerti," ucapnya sambil menunjukkan isi bukunya kepada laki-laki itu.
"...."
Si anak kedua pun menoleh ke arah buku yang ditunjuk oleh Ayumi.
Terdiam sejenak ....
"Ini sangat gampang, kau hanya tinggal mengalikan secara pangkat, dan membagikannya."
Laki-laki itu menjawab dengan nada datar, lalu menjelaskannya.Saat ini, dia benar-benar terlihat seperti pria yang dewasa.
Saat si anak kedua fokus mengajarinya seolah-oleh dia adalah guru, gadis berambut emas itu perlahan-lahan mendekatkan wajahnya ke laki-laki itu dan tersenyum manis.
Sementara aku hanya berdiam diri dan merapatkan bibirku sejak tadi.
Jadi begitu ya, Ayumi-san menyukai si anak kedua.
Wajahnya tampak begitu senang dan bola matanya terlihat berbinar.
"Apa kau sudah mengerti?"
"Eh?"
Ayumi-san tiba-tiba mengangkat bahunya seolah baru tersadar sesuatu.
"A-aku akan akan mencobanya, bisa kau beri aku contoh soalnya?"
Gadis itu kemudian membuka buku tulis dan memegang penanya."Baiklah." Anak kedua kemudian memberi contoh soalnya melalui dikte.
Setelah diberi soal, dan mengerjakannya selama satu menit, Ayumi kemudian menunjuk hasil jawabannya. Laki-laki itu dengan lamat pun memeriksa.
"Ini benar."
Mata Ayumi-san melebar tak percaya, "Aku mengerjakannya dengan benar?"
"Ya, jawabannya benar,"
"Yes!" seru Ayumi senang.
"Terima kasih, Damian," ucapnya sekali lagi dengan nada yang manis.
"Yeah, sama-sama." Anak kedua membalasnya ringan.
Beberapa saat kemudian ....
Aku terkejut ketika perempuan itu tiba-tiba memberikan senyuman miring ke arahku. Persis seperti putri yang kejam, karena dia cantik.
Karena aku merasa agak jengkel, aku mengerutkan alisku dan menyipitkan mata ke arahnya.
"Hei, kenapa kau melihatku dengan seperti itu?"
Ayumi hanya diam, namun dia malah menatapku dengan tatapan mengintimidasi.
Sejenak aku terdiam dan teringat percakapanku dengan Becky kemarin.
'Lalu, mana tahu Ayumi-san akan menjadi teman kita juga?' ucapku membuat Becky terlihat sedikit kesal dan memasang ekspresi wajah serius.
'Tidak, itu tidak akan, dia hanya ingin mendekati Damian dan dia berusaha merebut Damian darimu.'
"Hah!?"
'Ayolah ... Apa kau tak merasa khawatir ...?'
Mengingat perkataan temanku, aku kemudian tanpa berpikir panjang pun langsung berdiri. Sontak Anak kedua dan perempuan itu tertegun.
"Tenang saja Ayumi-san, aku tidak akan merebutnya, kalau kau takut segeralah ungkapkan perasaanmu itu."
Mereka pun memandangku dengan terkejut.
"Apa maksudmu?" Melihat ekspresi Ayumi yang cemas, membuatku yakin dia pasti mengetahui maksud apa yang kukatakan.
"Hei, kalian kenapa?" Anak kedua yang bingung melihat sikap kami yang tidak akur pun akhirnya bertanya.
Ayumi yang terlihat geram membalas, "Dia yang memulainya dan aku tidak mengert-"
Tiba-tiba kalimatnya terpotong dan raut wajahnya yang marah menjadi kaku karena ponselnya berbunyi. Lalu dia buru-buru mengeluarkan ponselnya dan mengangkat teleponnya. Beberapa saat kemudian lekukan wajah itu pun menegang.
"Apa? Ibu dan Riko kecelakaan?"
"Baiklah, aku akan segera ke sana."
Nada suara Ayumi terdengar khawatir, lalu langsung menutup teleponnya.
"Maaf Damian, sekarang aku benar-benar harus pergi. Ibuku kecelakaan."
"Baiklah, semoga luka ibumu tidak parah, dan cepat membaik," ucap Desmond terkejut.
"Terima kasih. Terima kasih juga untuk hari ini."
Gadis itu pun bangkit dari kursinya, dan melangkah cepat meninggalkan kami.
Kini hanya tinggal aku dan laki-laki itu.
To be continuous
Ig: nitaa_anggreni
Haii, sambil nunggu update Spy x Family Damiaanya aku kasih rekomendasi ke kalian, yuk baca novelku yang masih baru, yang judulnya Rui Puzzle Of Love genre romance dan berlatarkan cerita di Jepang
Thankyou<3
KAMU SEDANG MEMBACA
SPY X FAMILY Damianya Fanfic (Lagi di Revisi)
FanfictionCerita Sambungan Dari Lightnovel SPY x Family (Bagian habis berkemah) lanjutan ceritanya berdasarkan hasil pikiran sendiri. Anya akan tetap berusaha dan tidak pernah menyerah untuk menjalankan misi (rencana B) untuk menjadi lebih dekat dengan Damian...