***
"Yang benar saja, Ayumi ikut belajar bersama dengan kita?!" Becky dan Anya tengah menyusuri koridor, bel pulang baru saja tadi berbunyi. Becky terus mengeluh tentang Ayumi, dan tentang Damian yang dengan mudahnya menerimanya begitu saja.
"Bagaimana denganmu sendiri Anya? Kau dari tadi diam saja, apa kau tak merasa khawatir?" Becky tiba-tiba bertanya dan menoleh ke arahnya.
Wajah Anya yang tampak polos dengan ragu-ragu pun menjawab. "Ah ya ... tetapi kalau ramai bukankah menjadi tambah seru?"
Temannya yang tidak peka membuat Becky menghela napas panjang.
"Lalu, mana tahu Ayumi-san akan menjadi teman kita juga?" tambah Anya membuat Becky merasa sedikit kesal dan memasang wajah serius.
"Tidak, itu tidak akan, dia hanya ingin mendekati Damian dan dia berusaha merebut Damian darimu."
"Hah!?" Anya terkejut.
"Ayolah ... Apa kau tak merasa khawatir ...?"
"Untuk apa aku khawatir?"
Mendengar itu Becky pun menjadi pasrah.
"Terserah dirimu saja ...."
Setelah tiba di loker sepatu, Becky dikejutkan oleh kertas yang terlipat di tempatnya.
"Apakah ini surat?!"
Anya yang telah selesai memakai sepatu dan mendengar Becky berteriak pun menghampirinya temannya.
Saat lipatan kertas tersebut dibuka, dalam hening mereka menyimak isinya secara seksama.
"Hai, Blackball, aku ingin mengajakmu belajar berdua denganku besok di kafe. Aku tahu kau pasti tidak mengenalku, tapi aku tertarik padamu sejak aku selalu melihatmu di kelas ketika kau bertemu dengan salah satu siswi di kelasku. Aku ingin belajar bersamamu, jadi besok sepulang sekolah datanglah di depan kelasku untuk menemuiku."
Salam Hangat,
Ryder RyuchiSetelah membaca, keduanya kemudian saling memandang.
"Dia tertarik padaku?!" tanya Becky dengan nada terkejut. Lalu dia menempelkan jarinya ke dagu. "Ryder Ryuchi ... dia bukankah pria yang di kelas 5-5 yang populer ituitu? Yang penampilannya seperti pria dewasa dan sangat jago bermain bola basket!?"Anya mencoba mengingat, kemudian merespons. "Ya, aku tahu itu."
"Bisa-bisanya dia merendah diri, mengatakan mungkin aku tak mengenal dia!"
"Lalu Becky, apa kau menerima ajakannya?"
"Bagaimana ya, padahal kita sudah memiliki rencana sendiri."
"Tapi kau harus memutuskannya."
"Baiklah aku menerima ajakannya," jawab Becky membuat Anya sangat terkejut.
"Eh, jadi rencana kita batal?"
"Tidak, kau tetap belajar bersama dengan Damian besok. Aku menerima ajakan pria itu karena aku merasa penasaran. Aku tidak ikut, tidak apa-apakan, Anya?"
Anya terdiam sejenak, terlihat menimbang sesuatu.
"Baiklah, aku tidak apa-apa."
"Aku sungguh minta maaf Anya, padahal aku yang membuat rencana kita, hari lusa besok kita belajar bersama, bagaimana?"
"Baiklah."
***
Saat berada di bus, ketika Anya melihat pemandangan dari jendela di sepanjang jalan yang sudah sempurna diselimuti oleh salju, pertanyaan Becky tentang apakah dia tak merasa khawatir terlintas di kepalanya.
Untuk apa dia merasa khawatir?
Hubungannya dengan Damian memang lebih baik sekarang, tetapi temannya selalu menyangka dia memiliki perasaan romantis
pada lelaki itu, padahal nyatanya dia tak merasakan seperti itu sama sekali."Aku pulang."
"Selamat datang, Anya."
Setalah mengganti pakaian, Anya menuju ke ruang dapur, tampak makanan-makanan telah terhidang di atas meja, sementara Yor sedang mengaduk teh hangat.
Makanan-makanan ini sepertinya adalah masakan Ayah. Maka Anya menghela napas lega.
"Besok Anya pulangnya lebih lama."
"Kenapa? Ada kegiatan tambahan?"
"Besok setelah pulang sekolah Anya belajar bersama teman-teman di kafe."
"Itu bagus Anya. Baiklah." Yor terlihat antusias, lalu dia duduk di bangkunya bergabung di meja makan.
"Kalau boleh tahu pergi pada siapa? Dengan Becky?"
"Tidak."
"Lalu?"
"si anak kedua dan Ayumi."
"Ayumi? Anak baru yang pernah kamu ceritakan?" Yor memandang putrinya dengan terkejut.
"Iya."
"Itu sangat bagus Anya, kamu bisa menjadi temannya, tetapi mengapa Becky-san tidak ikut?" Wajah mamanya terlihat bertanya-tanya.
"Rencana awalnya dia seharusnya ikut, tetapi batal karena anak laki-laki kelas sebelah tertarik dengannya dan mengajaknya belajar bersama juga besok.
"Heh!?" Yor memandang Anya dengan terkejut.
"??"
"Becky juga tertarik dengan anak laki-laki itu?"
"Anya tidak tahu."
***
Sesuai janji kemarin, setelah pulang sekolah Anya akan belajar bersama dengan Damian dan Ayumi.
"Jaga baik-baik dan jangan apa-apakan temanku, Damian, " pesan Becky menggoda.
"Hah?!" Damian menukiknya alisnya.
Ayumi di antara mereka yang memasang tampang dingin sejak tadi, membuka mulutnya, "Tenang ada diriku, aku akan menjaga temanmu, Blackball," katanya, bibirnya melengkung ramah.
"Hei, memangnya aku apaan?" ucap Damian merasa tak terima. Sementara itu Becky memandang dingin pada gadis itu dan tak menggubrisnya.
"Dah, Anya! Sampai jumpa." Becky lalu melambaikan tangannya pada Anya.
"Sampai jumpa." Anya terdiam memandang punggung Becky dan Ryder Ryuchi hingga menghilang, berharap temannya bersenang-senang.
"Hei, Forger, " panggil Ayumi hingga Anya menoleh.
"Mohon bantuannya."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
SPY X FAMILY Damianya Fanfic (Lagi di Revisi)
FanfictionCerita Sambungan Dari Lightnovel SPY x Family (Bagian habis berkemah) lanjutan ceritanya berdasarkan hasil pikiran sendiri. Anya akan tetap berusaha dan tidak pernah menyerah untuk menjalankan misi (rencana B) untuk menjadi lebih dekat dengan Damian...