Siapa juga yang tak mau menikah terlebih jika usianya sudah memadai namun nyatanya tak semua orang beruntung, bisa bertemu jodoh mereka secepat itu.🌱
"Pokoknya doa gue buat lo, lo nikah tahun ini."
Anggika sudah kebal dengan kata pernikahan. Bukannya dia tak mau menikah namun bagaimana bisa menikah jika calon saja belum ada? Teman-temannya ini memang tak pernah mengerti dirinya. Rata-rata teman-temannya sudah berumah tangga di umurnya yang 27 tahun namun ada juga yang belum, tapi setidaknya mereka sudah punya kekasih. Tak seperti dirinya yang benar-benar sendiri.
"Doa gue malah maunya Gika punya anak tahun ini," celetuk temannya yang lain.
"Heh, nikah dululah," protes Anggika.
"Makanya buru cari calon," jawab Fara, rekan kerjanya.
"Maksud gue tuh gini. Gika nikah tahun ini terus hamil juga tahun ini. Tahun depan punya bayi. Pasti gemes deh," jelas Irma.
"Ih bener. Gue setuju sama Irma," ujar Fara antusias.
Anggika merotasikan bola matanya. "Perasaan gue deh yang diomongin. Kenapa kalian yang begitu antusias. Heran."
"Alah, dulu aja lo antuasias waktu kita mau nikah. Rasakan aja tuh sekarang," sindir Fara.
Irma mengangguk. "Jangan pura-pura lupa, Gika."
Anggika menggaruk tengkuknya. "Ya maaf. Lagian kan beda juga. Waktu itu kalian udah ada calonnya. Lah gue? Belum ada."
"Lonya terlalu cuek, Ka. Coba sikap lo agak rubah dikit. Cowok-cowok tuh banyak yang mau sama lo, tapi lonya aja serem keliatannya. Mundur duluan mereka."
Selama ini Anggika memang terkenal cuek terhadap lawan jenis. Bukan dirinya penyuka sesama jenis namun dirinya terlalu muak untuk kembali mengenal cinta yang tak jelas arah tujuannya. Maksudnya Anggika ingin seseorang yang serius, arahnya itu jelas menuju pernikahan bukan hanya sekedar hubungan biasa saja.
"Percuma banyak yang suka, tapi belum ada tuh yang serius datang ke ayah. Lagian gue maleslah cari pacar. Umur udah tua gini juga," ujar Anggika jujur.
"Iya sih. Udah bukan waktunya lagi kayak gitu," ucap Fara yang setuju dan paham akan yang Anggika rasakan.
"Yaudah, pokoknya doain aja yang terbaik. Semoga aja jodoh Gika datang tahun ini."
"Aamiin."
***
Anggika Wulandari, gadis berusia dua puluh tujuh tahun itu adalah seorang perawat di salah satu rumah sakit ternama di Jakarta. Kariernya yang gemilang tak lantas membuat kisah cintanya pun demikian. Hari ini tepat dirinya berusia dua puluh tujuh tahun namun belum ada tanda-tanda dirinya akan segera menikah seperti teman-temannya.
Anggika sebenarnya biasa saja namun sejak pertemuannya dengan Fara dan Irma dua jam lalu membuat dirinya sedikit terusik. Dirinya mulai merasakan perasaan gelisah. Takut dicap perawan tua yang tak laku. Semakin dewasa memang ujiannya semakin berat.
Anggika menghela napasnya. "Berat banget jadi dewasa. Lagian kenapa sih jodoh gue susah datangnya. Apa dia kesasar? Ah masa sih."
Di kamar kostnya yang ia tempati sendiri, Anggika berkeluh kesah tentang harinya. Hari ini dirinya banjir ucapan juga hadiah. Namun, dirinya merasa kosong. Dirinya tak menampik jika dia membutuhkan seorang yang spesial di hidupnya. Akan tetapi, Anggika mau yang serius menjadikannya istri bukan hanya main-main saja.
Ting.
Sinta: Nadin udah lahiran nih. Kapan mbae balik ke Bandung? Mbae dari dulu pendukung keras Nadin sama kak Adit, tapi waktu mereka punya bayi mbae bahkan belum jenguk. Dasar.
Anggika memijat pangkal hidungnya. Ujian apalagi ini? Sinta memang tak salah. Anggika belum menjenguk Nadin yang notabennya adalah teman SMA-nya. Dua bulan lalu, Nadin melahirkan seorang bayi perempuan yang cantik. Namun, Anggika belum sama sekali menjenguknya. Anggika sudah lima bulan tak pulang ke Bandung.
Sinta: Mbae jangan dibaca aja. Ayo jenguk. Nanti bareng sama gue. Gue udah sih, tapi kan gue baik jadi mau nemenin mbae aja. Mau enggak?
Me: Nanti dikabarin lagi ya, Sin.
Sinta: Ck, awas aja kalau lama! Nanti gue sama Nadin ngambek ah. Lagian betah banget di Jakarta.
Anggika tak menjawab pesan itu. Dirinya bingung harus menjawab apa. Alhasil, Anggika memilih untuk mandi saja. Semoga dengan mandi sore ini pikirannya kembali jernih dan suasana hatinya kembali damai.
"Hari ulang tahun yang cukup melelahkan."
***
081300448059: Hi u, selamat ulang tahun.
Me: Hallo, terima kasih. Btw, siapa kamu?
Anggika berusaha menunggu balasan dari nomor tak dikenal itu. Namun, sayang sudah dua jam sejak balasannya terkirim nomor itu justru tak kunjung mengirim balasan padanya. Hal itu membuat Anggika sedikit kesal karena dia begitu penasaran dengan siapa gerangan yang mengirimnya pesan itu.
"Siapa coba bikin penasaran aja," ujar Anggika masih dengan rasa penasaran juga kesalnya itu.
Anggika yang kini tinggal jauh dari orangtuanya karena pekerjaannya membuat Anggika leluasa meluapkan apa yang ia rasakan tanpa harus berlari ke kamarnya lebih dulu. Gadis berusia 27 tahun itu bahkan tak segan untuk memukul bantal yang berada di pangkuannya. Hal itu ia lakukan hanya sekedar untuk melupakan semua amarahnya saja.
Drtt...
Getaran ponsel Anggika rasakan di tengah pelampiasan rasa kesalnya itu. Namun, kali ini bukan balasan yang ia tunggu melainkan panggilan masuk dari sang ayah yang ia terima. Anggika cukup bingung saat tahu ayahnya yang menelpon meski begitu ia tetap menerima panggilan itu.
"Assalamualaikum," ucap Anggika lebih dulu.
"Waalaikumussalam, Teh. Teteh apa kabar?"
"Baik, ayah. Ayah, ibu sama adik gimana? Semuanya sehat? Jakarta hari ini lumayan panas. Bandung gimana?"
Meski awalnya bingung karena panggilan tiba-tiba dari ayahnya namun rasa rindu akan kehadiran cinta pertamanya itu membuat Anggika tak bingung untuk mengatakan apa yang ingin ia sampaikan.
"Alhamdulillah, semuanya baik. Bandung juga panas, Teh, tapi keluarga kita ngerasa adem banget. Kayaknya panasnya aja kalah."
Dahi Anggika mengernyit. "Kok bisa, yah? Ada apa?"
"Ada yang melamar kamu, Teh."
Deg.
Anggika tertegun mendengar itu. Melamarnya? Benarkah? Siapa? Pertanyaan itu muncul tanpa bisa ia ucapkan.
"Teteh pulang ya, segera ambil cuti. Teteh udah janji bakalan pulang kalau ada yang ngelamar Teteh. Ayah tunggu ya, Teh."
***
TBC!
Jujur alur ini udah aku pikirin beberapa hari terakhir. Awalnya gak yakin mau nulis, tapi semakin aku gak mau nulis semakin ide itu berkeliaran di pikiran aku. Makanya semoga aja ada yang suka.
Btw, tanggal sama bulan juga hari dan suasana (tahun ajaran baru) nya sama kek pertemuan pertama aku sama seseorang yang pernah spesial di hidup aku😂
Makasih udah mampir, semoga suka😚❤️
Senin, 18 Juli 2022.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berjodoh Dengan Mantan? [ Completed ]
Aktuelle LiteraturSemua berawal dari pesan yang dikirim oleh nomor tak dikenal di hari ulang tahunnya, dan di hari yang sama orangtuanya mengatakan bahwa ada seseorang yang melamarnya. Hal itu tentu membuat Anggika harus pulang ke kota asalnya karena dia sudah berjan...