"Tak ada anugerah terindah selain hadirnya seorang anak di tengah keluarga kecil yang tengah dibina bersama."
🌱
"Kandungannya sudah berusia lima minggu ya, Pak, Bu. Ini hasil USG-nya. Silahkan," ujar dokter Myria sembari menyodorkan hasil USG kandungan Anggika.
Kavian menerima hasil USG itu dengan senyuman bahagianya. Akhirnya, Anggika mengandung anak mereka. Anggika hamil. Ingin rasanya Kavian berteriak mengumumkan pada dunia bahwa sebentar lagi dia akan menjadi seorang ayah.
"Oh iya, Bu. Saya harap Ibu mau mengurangi aktivitasnya. Bergerak boleh, tapi tidak terlalu aktif ya, Bu. Kandungan di usia muda itu rentan akan keguguran. Buat Bapaknya juga jaga selalu istrinya. Bantu istrinya, ya, Pak," ucap dokter Myria memberi wejangan.
"Baik, Dok. Terima kasih, ya. Kalau begitu saya dan istri saya pamit, ya."
Dokter Myria mengangguk. "Silahkan, Pak, Bu. Sekali lagi selamat ya."
Kavian dan Anggika lantas keluar ruangan. Anggika sedari tadi hanya diam. Jujur, Anggika belum percaya semuanya. Namun, sebagai tenaga kesehatan Anggika sangat paham jika yang dikatakan dokter adalah benar.
"Kamu kenapa? Kamu enggak senang?" tanya Kavian.
"Mana ada. Aku nungguin kehadirannya. Mana mungkin aku enggak bahagia," jawab Anggika.
"Terus kenapa diem?"
"Aku ngerasa bersalah sama baby kita. Akhir-akhir ini kondisi aku kacau, pikiran aku kacau, dan aku sering ngelakuin hal berat. Tanpa aku sadari di rahim aku ada baby kita. Aku ngerasa bersalah, Kavi. Ini baru awalan, tapi aku udah berbuat kesalahan," jawab Anggika. Selain belum bisa percaya, Anggika juga merasa bersalah pada calon anaknya ini.
Kavian lantas menarik Anggika ke dekapannya. Pria itu berusaha menenangkan Anggika tanpa menghiraukan banyak pasang mata yang sudah melihat keduanya. "Kamu adalah buna terbaik buat baby kita, Sayang. Jangan merasa bersalah. Kamu kan enggak tahu. Lagian baby kita kuat. Kamu lihat dia bisa bertahan. Baby kita juga pasti bangga karena bunanya berbuat kebaikan untuk banyak orang."
Anggika terisak sembari membalas pelukan Kavian. Perasannya campur aduk sekarang. Meski begitu Anggika merasa beruntung karena ada Kavian yang selalu mengerti dirinya. Tentunya Anggika pun bahagia atas kehadiran calon anaknya bersama Kavian.
***
Sesampainya di rumah, Anggika langsung meminum obat yang dianjurkan oleh resep dokter. Obat yang Anggika terima adalah obat yang sama dengan ibu hamil pada umumnya. Kandungan Anggika sehat hanya saja memang Anggika dianjurkan untuk tidak terlalu banyak beraktivitas.
"Kamu yakin enggak akan langsung ngasih tahu papa, mama, ayah sama ibu?" tanya Kavian.
Anggika mengangguk. "Aku mendadak ngerasa lemes. Aku enggak mau buat mereka khawatir apalagi tahu kalau aku lagi hamil terus kondisi aku kayak gini."
"Yaudah. Aku juga udah bilang ke mama kalau kita enggak jadi main ke rumah. Sekarang kamu istirahat, ya. Jangan mikirin apa-apa," ujar Kavian yang langsung Anggika angguki.
"Nanti kita beli baju ibu hamil. Modelnya pasti kayak daster gitu. Kamu mau?" tawar Kavian. Kavian tahu jika Anggika tidak suka dan tidak terbiasa mengenakan baju semodel daster. Anggika bilang dia tak nyaman dengan model baju seperti itu.
"Enggak tahu, tapi membayangkannya aja aku enggak suka," jawab Anggika.
Kavian tersenyum. "Kamu tuh ya. Orang-orang malah suka pakai daster. Kenapa kamu enggak coba?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Berjodoh Dengan Mantan? [ Completed ]
Aktuelle LiteraturSemua berawal dari pesan yang dikirim oleh nomor tak dikenal di hari ulang tahunnya, dan di hari yang sama orangtuanya mengatakan bahwa ada seseorang yang melamarnya. Hal itu tentu membuat Anggika harus pulang ke kota asalnya karena dia sudah berjan...