Istri bahkan rela meninggalkan keluarganya demi hidup bersama suaminya. Lantas apa masih pantas suami meminta istrinya untuk meninggalkan karirnya?
🌱
"Gue punya cewek baik buat lo."
Adnan berdecak. "Gue enggak minta, Yud. Udahlah."
"Lo masih mikirin istri orang, Nan? Mau sampai kapan? Dia enggak akan balik sama lo."
"Ya dia enggak akan balik, tapi setidaknya kasih gue jeda, Yud. Ini pertemuan gue sama dia setelah hampir dua belas tahun enggak ketemu secara langsung, dan gue yang ngerasa punya harapan, tapi nyatanya dia udah sama yang lain. Gue butuh waktu buat sembuh," jelas Adnan.
"Gue tahu, Nan," balas Yuda. Pria itu lantas mendudukkan diri di samping Adnan, sahabatnya itu. "Enggak mudah emang buat ngelupain semuanya. Lo enggak salah, Nan, tapi gue mau lo bahagia itu sebabnya gue nawarin cewek ini. Ya setidaknya berteman dulu aja. Gimana?"
Adnan melirik Yuda. Pria itu tulus, dia hanya ingin Adnan bangkit dari keterpurukannya. "Jangan sekarang ya, Yud. Gue mohon. Gue janji setelah siap gue akan dengerin saran lo, tapi enggak sekarang. Gue juga udah ikhlas kalau Gika sama Kavi, tapi hati gue perlu sembuh seutuhnya dulu."
Akhirnya, Yuda mengangguk. "Oke, gue akan tunggu waktu itu."
"Thanks."
"Sama-sama, Nan. Kayak ke siapa aja."
"Lo udah gue anggap sodara, Yud."
"Gue pun menganggap demikian."
Pertemuan mereka memang tanpa disengaja. Keduanya bertemu karena keahlian mereka di bidang otomotif. Selain keahlian mereka, otomotif juga adalah hobi mereka. Mereka akhirnya bekerja sama membangun bengkel sampai merambah ke dunia jual beli mobil dan motor.
"Lo harus percaya kalimat laki-laki baik untuk perempuan baik-baik juga. Lo baik, Nan. Mungkin emang Anggika juga baik, tapi kalian belum berjodoh. Gue yakin akan ada yang terbaik versi buat lo nantinya."
"Aamiin. Gue juga percaya, Yud."
Pada akhirnya, baik dengan baik tidak cukup karena jika mereka tak ditakdirkan maka jangan harap mereka bisa bersama. Terkadang apa yang menurut kita baik belum tentu dia juga yang akan menjadi takdir terbaik untuk kita. Mungkin begitulah Anggika di hidup Adnan.
***
Dua hari resmi menjadi suami Anggika, Kavian tahu jika posisi Anggika tidur dan bangun akan sama. Hari ini, Kavian harus rela merasakan pegal di tangannya karena semalam Anggika tidur beralaskan tangannya.
"Udah aku bilang makanya jangan maksa aku tidur di tangan kamu. Sekarang pegel, kan," omel Anggika sembari menyiapkan sarapan keduanya.
"Aku sih rela daripada kamu sama cowok lain."
"Enggak usah ngaco!" Anggika langsung membantah. "Ngapain juga harus sama cowok lain. Jangan ngawur deh."
"Iya siap salah. Lagian kan istriku cintanya cuman sama aku aja. Iya, kan?"
Anggika merotasikan bola matanya. Sangat kepedean sekali Kavian itu. Ya memang sih dia hanya mencintai Kavian, tapi ya begitulah.
Tok. Tok. Tok.
Spontan keduanya menoleh ke arah pintu depan. Pintu mereka diketuk sepagi ini. Entah siapa yang datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berjodoh Dengan Mantan? [ Completed ]
Fiksi UmumSemua berawal dari pesan yang dikirim oleh nomor tak dikenal di hari ulang tahunnya, dan di hari yang sama orangtuanya mengatakan bahwa ada seseorang yang melamarnya. Hal itu tentu membuat Anggika harus pulang ke kota asalnya karena dia sudah berjan...