Sekarang aku sadar mengapa sulit untuk bisa melupakan kamu saat itu karena cukup mustahil untuk seseorang bisa melupakan rumahnya sendiri.
🌱
"Udah kerja lagi belum, Ka?"
"Ya Allah, bisa-bisanya yang ditanyainnya soal itu. Nanya kabar gue kek," ujar Anggika dengan wajah pura-pura kecewanya.
Fara dan Irma kompak tertawa membuat Anggika semakin cemberut. "Oke, oke, bayi besar kita marah nih. Jadi, apa kabar lo?"
"Sejak kapan gue jadi bayi besar ih," protes Anggika.
"Sejak lo jadi kesayangannya Pak Bos," jawab Irma.
"Hah? Kok Pak Bos?"
"Tadi Pak Bos bawa-bawa lo waktu marahin perawat yang lalai. Pak Bos bilang kalian harusnya contoh Anggika, dia itu teliti, enggak pernah telat, tapi sayang dia udah keluar dari sini. Sumpah gue sama Fara kaget dong."
"Bukan cuman kalian. Gue juga kaget nih," ujar Anggika.
"Udahlah lupain. Lagi kangen aja kali Pak Bos sama lo. Lo kan udah lama kerja di sana, tiga tahun," relai Fara.
"Oke, oke. Gue mau lihatin sesuatu sama kalian." Anggika lantas bangkit untuk membawa lukisan pemberian adiknya Kavian kemudian Anggika kembali, dan langsung menunjukkannya pada Irma dan Fara. "Taraaa! Ini dikasih sama adiknya Kavi."
"Wow, cute sekali."
"Sweet banget ih adiknya. Kakaknya gimana tuh?"
"Sama kok, Kavi juga manis, menurut gue sih."
"Eh bentar," ucap Fara sembari menajamkan tatapannya ke arah layar yang memperlihatkan Anggika. "Lo udah lamaran resmi, Ka? Serius? Kenapa enggak cerita?!"
"Heh! Sumpah ya, Ka. Jahat banget!"
Gagal sudah rencana Anggika. Dia ceroboh. Padahal dia sudah berniat ingin memberi kejutan pada kedua sahabatnya itu. "Maaf aja nih gue enggak ada niatan gitu. Gue mau kasih kalian kejutan eh malah keduluan."
"Enggak papa sih, Ka, tapi itu beneran kan?"
Fara mengangguk. "Iya, Ka. Kita enggak papa kok, tapi itu bener kan kalian udah lamaran resmi?"
Anggika mengangguk sembari tersenyum membuat Fara dan Irma kegirangan. Akhirnya, sahabatnya itu akan segera menyusul mereka ke pelaminan.
"Sumpah gue senang banget, Ka."
"Gue juga ih. Akhirnya lho, Ka."
"Haha iya-iya." Dalam hatinya, Anggika meminta maaf pada kedua sahabatnya itu karena tak menceritakan apa yang terjadi sebelum-sebelumnya. Anggika hanya tak mau mereka cemas. Itu saja.
"Pokoknya selamat ya, Ka. Semoga lancar selalu sampai hari h nantinya. Semoga jug—"
"OMG, KA! SUAMI LO! EH CALON SUAMI LO POSTING ACARA LAMARAN KALIAN DI IG. DIA NGETAG LO, KA!"
Sontak Anggika membelalakkan matanya. Kavian mempublikasikannya ke Instagram. Ya Tuhan, mengapa pria itu tak izin padanya? Padahal Anggika sudah berniat ingin merahasiakan ini dulu sampai nanti saja potret pernikahannya yang dipublikasikan.
Ting.
Vii: Aku izin posting foto-foto kita tadi, ya.
Telat!
Ini namanya bukan izin, Kavian Putra Gutama!
***
Keesokan harinya, Anggika berkunjung ke kediaman Kavian. Rumah pria itu berada dekat dengan kantornya meski harus masuk gang beberapa meter. Penduduk setempatnya pun ramah-ramah tak seperti warga perumahan yang dominan individualisme. Anggika suka rumah dan lingkungan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berjodoh Dengan Mantan? [ Completed ]
Fiction généraleSemua berawal dari pesan yang dikirim oleh nomor tak dikenal di hari ulang tahunnya, dan di hari yang sama orangtuanya mengatakan bahwa ada seseorang yang melamarnya. Hal itu tentu membuat Anggika harus pulang ke kota asalnya karena dia sudah berjan...