14. Batal?

5.6K 393 7
                                    

Menerima masa lalu yang pernah meninggalkan itu tak mudah karena bayang-bayang dia pergi akan selalu menghampiri.

🌱

Sampai jam pulang kantor pun Kavian tak mendapat telponan atau penjelasan lain dari Anggika. Pria itu nampak gusar, marah, dan kecewa. Pikirannya semakin kacau karena hal ini. Gengsi untuk menghubungi lebih dulu membuatnya semakin tak berdaya. Mungkin jika dulu ini terjadi pasti Kavian akan dengan sukarela mengemis penjelasan, tapi itu dulu karena sekarang Kavian sudah berbeda.

"Gue heran sama lo, Vi. Kalau emang lo mau semuanya baik-baik aja coba lo telpon si Gika duluan. Apa salahnya sih? Lo cowok, Bro. Harus lebih berani," ujar Fauzi yang menghampirinya.

"Lo enggak akan paham," balas Kavian.

"Gue paham," elak Fauzi. "Mungkin gue enggak kayak lo yang pernah pacaran sampai dua tahun lamanya, tapi gue cukup mengenal pasangan gue. Gue paham apa yang semestinya gue lakukan atau enggak."

"Kalau cuman ngomong emang gampang. Realitanya enggak semudah itu, Zi," bela Kavian.

Fauzi mengangguk, dia tak membantah itu. "Gue tahu, Vi, tapi coba lo pikirin udah umur dua puluh tujuh tahun. Dua tujuh, Vi. Dulu waktu lo sama si Gika masih belasan tahun lo bisa lebih dewasa dari ini, tapi kenapa lo jadi sepayah ini sekarang?"

"Karena gue udah pernah diselingkuhin," jawab Kavian membuat Fauzi membelalakkan matanya. Kavian pernah diselingkuhi? Benarkah? Siapa yang tega melakukan itu?

"Sa-sama siapa, Vi? Kenapa lo enggak cerita?" tanya Fauzi akhirnya.

"Mantan terakhir gue. Itu alasannya kenapa gue menutup hati selama satu tahun sampai akhirnya gue memilih untuk balik sama Anggika. Gue pikir Anggika enggak akan berubah. Anggika dulu emang keras kepala, enggak mau ngalah, dan maunya menang sendiri, tapi gue tahu Anggika emang enggak pernah salah, dia enggak pernah selingkuh, dan yang pasti Anggika tulus."

Fauzi semakin terkejut dengan jawaban Kavian. Dia tak pernah menduga jika alasan Kavian mengakhiri hubungan dua tahunnya itu karena mantan kekasihnya selingkuh. Sungguh kisah yang menyedihkan, dan pantas saja Kavian bersikap seperti sekarang karena memang itulah salah satu bentuk kewajaran untuk sang korban perselingkuhan. Kavian hanya takut semuanya terjadi lagi.

"Sekarang gue paham, Vi. Paham kenapa lo bersikap kayak gini, tapi jujur aja ya kalau soal si Anggika. Gue rasa ini cuman salah paham. Coba lo omongin baik-baik sama dia, Vi. Masa iya batal cuman karena hal ini? Cincin pernikahan aja udah dipesan."

"Enggak ada yang mau batal, gue cuman mau penjelasan."

Kavian tak mau kembali kehilangan. Sebisa mungkin dia akan mempertahankan ini. Namun, jika memang sulit untuk hal itu. Kenapa dia harus bertahan? Kavian sudah terbiasa kehilangan bukan?

***

"Teh."

"Kenapa, Nadif? Ada apa?"

Nadif tak menjawab, pria itu lantas duduk di samping sang kakak. Mereka memang bukan adik kakak yang kompak, hanya sesekali aja mereka nampak kompak. Bahkan Nadif ingat selama sang kakak tinggal di Jakarta, dia dan kakaknya itu jarang sekali saling bertukar pesan. Mungkin hanya sekali dua kali dalam setahun.

Namun, jauh di lubuk hati Nadif, dia begitu menyayangi sang kakak. Nadif pun tipe adik yang protektif. Sejak kakaknya SMA, Nadif selalu berusaha agar kakaknya tak jatuh pada pria yang salah.

Pernah waktu itu Nadif mendengar suara pria yang mengatakan sayang di ponsel kakaknya, Nadif langsung bertanya itu siapa dan melarang kakaknya untuk berhubungan lebih dulu. Namun, ternyata itu hanya suara dari salah satu bias kesayangan kakaknya saja.

Berjodoh Dengan Mantan? [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang