10. Kavi Cemburu?

8.4K 469 2
                                    

Bukannya berlebihan, tapi apa aku salah jika aku cemburu saat pasanganku lebih bisa menjadi dirinya sendiri bersama orang lain?

🌱

"Hari ini rame, Yah?" tanya Anggika sembari membantu ayahnya untuk menutup grosir.

"Alhamdulillah, Teh."

Anggika tersenyum. "Udah lama Teteh enggak ngerasa sedekat ini sama Ayah, sama rumah, sama semuanya."

"Udah dibilang kerja di Bandung aja. Ngeyel sih," ujar Ali pada putrinya itu.

"Teh, pak Kavi nelpon." Belum sempat Anggika menjawab justru Nadif datang sembari membawa ponselnya.

"Angkat dulu, Teh. Biar Nadif yang lanjut bantu Ayah."

Anggika mengangguk lalu mengambil ponselnya dari sang adik. Kemudian berlalu menuju kamarnya agar leluasa.

"Ada apa, Vi?" tanya Anggika.

"Keganggu, ya? Maaf banget. Aku enggak tahu kamu lagi bantu ayah kamu." Kavian mendengar percakapan Anggika dan ayahnya tadi.

"Enggak, Vi. Enggak papa. Ada apa?"

"Soal cincin."

"Iya, kenapa?"

"Mama suka."

"Alhamdulillah, bagus dong. Terus apa salahnya?"

"Aku enggak suka."

"Hah? Kok bisa? Itu cincin pilihan kamu."

Terdengar helaan napas di seberang sana. "Aku enggak suka kamu terlalu asik sama Fauzi. Sama aku kamu terkesan lebih canggung."

Anggika menghela napas lega. Dia kira ada masalah dengan cincin pilihannya itu. "Aku kira soal cincin, Vi. Btw, soal aku sama Fauzi, aku minta maaf. Maaf kalau itu enggak enak di kamu, tapi kamu sendiri yang ajak dia kan? Aku aja kaget."

"Dari dulu aku kadang berpikir, kenapa ya Anggika kalau di dekat aku pasti jadi beda. Canggung, pasif, sedangkan sama yang lain sebaliknya."

"Aku juga enggak tahu, Vi. Kalau emang itu bikin kamu enggak nyaman, aku minta maaf. Sebisa aku nanti aku ubah."

"Yaudah nanti ambil cincin nikah, kita berdua aja."

"Iya. Ngomong-ngomong, aku senang kamu berani speak up soal ini. Kamu banyak berubah sekarang. Kamu lebih pandai mengungkapkan apa yang kamu rasa, Vi. Maaf kalau semisalnya justru aku yang sekarang agak canggung."

Dulu, Kavian adalah sosok yang kaku. Namun, sekarang perlahan semuanya berubah.

"Iya, aku tutup ya. Selamat malam. Selamat istirahat."

Tut.

Kavian bahkan tak menunggu balasan darinya. Anggika yakin pasti pria itu marah. Ada-ada saja memang. Perasaan dulu justru Anggika akan marah balik dan pada akhirnya Kavian yang akan minta maaf duluan. Namun, sebelas tahun telah mengubah dirinya. Perlahan, keegoisannya itu berkurang.

"Makasih untuk kesempatan ini, Vi. Aku ngerasa ini saatnya buat balas semua sikap baik kamu ke aku dulu, dan berusaha ngubah keras kepala aku jadi mengalah."

***

Kavian cemburu, itulah faktanya. Pria itu bahkan belum bisa menghapus perasaan cemburu itu sampai pagi ini. Ditambah sekarang saat sampai di kantor, Kavian harus bertemu dengan Fauzi, yang tak lain adalah alasannya merasakan perasaan ini.

Berjodoh Dengan Mantan? [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang