"Terkadang dunia ini memang adil, jika ada bahagia maka ada duka. Jika ada tawa maka ada luka. Namun, siapa yang siap akan kehilangan? Tidak ada, kan?"
🌱
Masalah antara Anggika dan Kavian sudah berlalu. Keduanya kembali baik-baik saja seakan masalah beberapa jam lalu tak ada artinya. Pada dasarnya, meraka memang dua insan yang tidak bisa dipisahkan.
"Menurut kamu, aku romantis enggak?" tanya Anggika sembari menatap Kavian yang kini tidur di sampingnya.
"Enggak," jawab Kavian.
"Jawabnya jujur banget sih," ujar Anggika.
Kavian tersenyum. "Mana bisa aku bohong sama kamu, tapi terlepas dari itu aku tahu kamu sayang banget sama aku, kan?"
"Iya," jawab Anggika.
"Iya apa?" goda Kavian.
"Ih, Kavi. Udah ah. Tidur."
Kavian tertawa kecil melihat itu. Anggika ini memang terlalu gengsi. Kavian tahu sejak dulu, Anggika memang seperti itu.
"Tidur," rengek Anggika.
"Iya, iya. Selamat malam."
Anggika tersenyum manis. "Selamat malam, Suamiku."
Seperti biasa, Anggika pasti akan lebih dulu menutup matanya. Kavian yang melihat Anggika sudah terlelap pun akhirnya menyusul istrinya ke alam mimpi. Pekerjaan yang ia bawa ke rumah hari ini sedikit berantakan karena tidak semuanya terselesaikan. Jika ditanya mengapa maka jawabannya adalah Anggika.
Beberapa menit kemudian, Anggika yang memang belum benar-benar tertidur pun akhirnya membuka matanya. Perempuan itu tersenyum sembari menatap wajah suaminya. Wajah yang selalu menghantui hidupnya sejak masa putih birunya.
"Payah banget ya aku. Padahal kalau kamu tahu ya aku sering banget bilang ke semua orang kalau aku sayang banget sama kamu, tapi rasanya susah buat bilang itu langsung ke kamu," ujar Anggika. Anggika memang seperti itu. Entah gengsi atau apa yang membuatnya menjadi seperti itu.
"Terlepas dari itu, aku yakin Allah tahu kalau dari dulu perasaan aku ke kamu enggak pernah berubah. Jangan pergi lagi, Kavi. Aku enggak sanggup. Saat aku tanya soal kepergian aku dan kamu akan cari cewek lain atau enggak, di saat itu aku cuman mau tahu apa aku akan terganti lagi atau enggak. Maaf ya aku suka banget nyebelin. Maaf kalau aku kekanakan. I love you, Kavian," lanjut Anggika sebelum akhirnya meloloskan kecupan singkat di dahi Kavian.
"Hayoh."
Anggika membelalakkan matanya. "Kavi?!"
Kavian tertawa tanpa dosa. "I love you too, Anggika. Ciee yang diam-diam agresif juga, ya."
"Ihh," rengek Anggika dengan wajah yang sudah memerah bak kepiting rebus karena malu.
"Enggak usah malu sama suami sendiri," ujar Kavian.
"Enggak tahu ah, nyebelin." Anggika lantas mengubah posisi tidurnya menjadi membelakanginya Kavian.
Lagi-lagi, Kavian hanya tersenyum melihat tingkah istrinya sebelum akhirnya pria itu memeluk istrinya. "Hey, kenapa sih? Enggak papa, Anggika. Jangan malu. Aku juga sayang sama kamu. Udah, ya."
"Tau ah."
"Jangan ngambek nanti makin cantik."
"Kavi ih."
"Iya, iya, enggak lagi. Udah, ya. Tidur, yuk."
"Awas aja ngeprank lagi."
"Enggak akan. Tidur, ya. Selamat malam."
KAMU SEDANG MEMBACA
Berjodoh Dengan Mantan? [ Completed ]
General FictionSemua berawal dari pesan yang dikirim oleh nomor tak dikenal di hari ulang tahunnya, dan di hari yang sama orangtuanya mengatakan bahwa ada seseorang yang melamarnya. Hal itu tentu membuat Anggika harus pulang ke kota asalnya karena dia sudah berjan...