Semua orangtua ingin yang terbaik untuk anaknya terlebih soal calon pasangan anaknya karena orang itulah yang kelak akan menggantikan perannya untuk mendampingi dan menyayangi anaknya.
🌱
"Apa?!"
Sudah Anggika duga jika Irma dan Fara pasti terkejut dengan apa yang ia ceritakan. Anggika baru saja menceritakan soal lamaran seseorang. Bahkan bukan mereka saja yang terkejut, Anggika saja masih belum percaya dengan semua yang terjadi kemarin.
"Gila sih doa gue gercep banget dikabulnya," ujar Irma.
Fara mengangguk. "Kelewat gercep sih ini. Apa selama ini gue tuh sebenarnya hamba yang baik, ya? Karena itu jadinya doa gue cepat terkabul."
"Bisa jadi atau enggak justru Gika bukan lo."
"Ih, iya ya. Gika kan alim. Mana pernah dia pacaran kayak gue dulu. Gika idaman lagi pakai kerudungnya konsisten," ujar Fara membenarkan.
"Eh apa sih kalian. Jangan berlebihan," sela Anggika yang tak mau dipuji terlalu jauh.
"Oke, tapi soal lamaran tadi gue rasa lo mending balik deh ke Bandung. Eh, lo tahu belum siapa yang ngelamar lo?"
Anggika menggeleng polos. "Gue enggak sempat nanya itu. Waktu ayah nyuruh gue balik gue cuman diem sampai akhirnya ayah matiin telponnya."
"Ya ampun," ujar Fara sembari menepuk jidatnya. "Bisa-bisanya lo enggak nanya, Ka."
"Tapi wajar sih menurut gue," bela Irma.
"Iya sih," balas Fara yang tiba-tiba merasa jika yang Irma katakan benar adanya.
"Tapi tetap aja, Ka. Lo mending ke Bandung aja. Lo cuti sana. Udah lima bulan lo belum balik ke Bandung. Emang enggak kangen lo sama kota kelahiran?" saran Irma yang diangguki Fara.
"Gue enggak siap," cicit Anggika yang tiba-tiba merasa takut.
"Soal lamaran?"
Anggika mengangguk.
"Santai aja, Ka. Serius deh awalnya pasti gitu, tapi nanti lo bahagia deh. Lihat aja gue sama Irma. Nanti lo pasti bahagia apalagi kayaknya nih cowok, cowok baik-baik. Dia langsung datang ke ayah lo. Bukankah itu yang lo idam-idamkan dari dulu?" ujar Fara berusaha memberi pengertian untuk Anggika.
"Iya sih, tapi apa gue bisa?" Apa yang dikatakan Fara semuanya benar namun Anggika mendadak tak percaya jika dirinya bisa melewati semuanya.
"Pasti bisa," jawab Fara dan Irma serentak.
"Lo cukup pulang dulu dan pastikan siapa yang ngelamar lo. Setalah itu, minta petunjuk sama Allah biar semuanya jelas. Apapun keputusan lo, gue yakin semua pasti menerima. Ya kalau enggak jadi itung-itung lo ketemu kangen sama keluarga aja," sambung Irma.
"Lo benar, Ma. Oke, gue ambil cuti dua hari dari besok," final Anggika akhirnya.
***
Setelah mendapat izin dari atasannya, Anggika akhirnya bisa pulang ke Bandung. Dia mengambil cuti dua hari. Setidaknya ada satu hari dua malam untuk dirinya melepas rindu pada keluarga dan kota kelahirannya. Belum lagi dia akan menjenguk Nadin.
Me: Yah, aku ke rumah Nadin dulu boleh enggak? Takutnya enggak sempat kalau nanti. Lagian rumah Nadin kan sebelum rumah kita dari stasiun.
Anggika yang baru sampai di Bandung lantas menghubungi sang ayah. Jika dipikir-pikir mengunjungi Nadin lebih dulu adalah pilihan terbaik. Lagipula dia hanya akan datang sendiri saja. Sinta sedang bekerja karena ini hari kerja bukan weekend.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berjodoh Dengan Mantan? [ Completed ]
General FictionSemua berawal dari pesan yang dikirim oleh nomor tak dikenal di hari ulang tahunnya, dan di hari yang sama orangtuanya mengatakan bahwa ada seseorang yang melamarnya. Hal itu tentu membuat Anggika harus pulang ke kota asalnya karena dia sudah berjan...