Terkadang ketidaktahuan kita bisa membawa masalah untuk diri sendiri ataupun orang lain.🌱
"Teh."
Anggika menoleh ke arah ayahnya. "Iya, Yah?"
"Besok jenguk teh Hilda ke rumah sakit. Mau enggak?"
"Teh Hilda kenapa, Yah?" tanya Anggika khawatir. Hilda adalah kakak sepupunya dari kakak sang ayah yang kelima. Ayahnya tujuh bersaudara, dan ayahnya adalah anak bungsu.
"Ayah kurang tahu juga. Barusan masuk rumah sakitnya. Besok kamu wakilin ayah dulu. Pakai mobilnya ua. Katanya boleh dipakai sama kamu," jawab Ali.
Senyum Anggika mengembang saat mendengar ayahnya mengizinkan dia untuk mengendarai mobil. "Serius, Yah? Ayah ngizinin Teteh bawa mobil?"
Ali mengangguk. "Kamu cerita sama teh Lina pengin nyoba bawa mobil di Bandung. Makanya papanya teh Lina ngasih pinjem mobil buat kamu besok."
Anggika langsung mengangguk semangat. "Oke, Yah. Makasih ya, Yah. Pokoknya Teteh janji hati-hati bawanya."
"Ayah percaya, Teh. Yaudah, kamu tidur ya. Udah hampir jam sembilan."
"Iya, Yah."
Anggika masih tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Dia akan mewujudkan keinginannya untuk mengendarai mobil di Bandung. Anggika memang belajar mengendarai mobil dari Fara dan Irma saat masih di Jakarta. Tak jarang juga jika mereka pergi bersama pasti Anggika yang jadi supir meski mobil yang digunakan antara mobil Fara atau Irma.
Ting.
Lamunannya buyar saat bunyi notifikasi terdengar. Anggika baru sadar jika dirinya sedang bertukar pesan dengan Adnan. Ya, pesan Adnan siang tadi baru ia balas beberapa menit lalu.
Adnan: Pengin cerita aja, hari ini aku enggak bisa kerja. Badan aku rasanya remuk semua, Ka.
Me: Udah berobat?
Adnan: Belum, rencananya sih besok.
Me: Yaudah sekarang istirahat, Nan. Udah malam juga. Jangan bergadang. Jaga pola makan juga. Kerja boleh, tapi jangan lupa buat merhatiin kondisi badan juga.
Adnan: Aku enggak sangka bisa diperhatiin kayak gini sama kamu, Ka. Makasih ya. Kalau gitu aku duluan. Selamat malam.
Me: Malam, Nan.
Anggika menghela napasnya. Dia merasa bersalah pada Adnan. Ingatannya akan masa lalu dia dan Adnan kembali menghampiri pikirannya.
Anggika jahat pada Adnan. Ya, Anggika akui itu. Menerima Adnan hanya karena kasihan, dan meninggalkan pria itu karena masih sayang pada Kavian. Padahal akhirnya, dia dan Kavian tak kembali bersama lagi saat itu.
"Aku harap kamu sembuh, Nan."
***
"Udah aku bilang. Aku sendiri, Vi. Udahlah jangan mau nyusul-nyusul. Aku juga bawa mobil sendiri." Anggika kesal karena Kavian terus saja memaksanya untuk mau ditemani.
"Kamu beneran sendiri? Emang bisa bawa mobil?" jawab Kavian terdengar menjengkelkan.
"Bisa! Aku diajarin Fara sama Irma waktu di Jakarta. Udah sering juga bawa mobil di Jakarta. Jangan ngeremehin aku ya!" balas Anggika dengan tersulut emosi.
Alih-alih minta maaf justru Kavian terkekeh dengan tanpa rasa salah. "Haha kamu lucu ya kalau marah. Iya aku percaya, tapi ingat ya sendiri. Awas kalau sampai ditemenin orang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Berjodoh Dengan Mantan? [ Completed ]
General FictionSemua berawal dari pesan yang dikirim oleh nomor tak dikenal di hari ulang tahunnya, dan di hari yang sama orangtuanya mengatakan bahwa ada seseorang yang melamarnya. Hal itu tentu membuat Anggika harus pulang ke kota asalnya karena dia sudah berjan...