Extra Part 2

7.5K 185 4
                                    

"Syafa apa kabar, Shak?"

Shaka, pria sembilan belas tahun itu memicingkan matanya ke arah teman seperjuangannya yang menanyakan kabar sang adik. Shaka curiga jika temannya ini dan sang adik memiliki hubungan. Sudah sejak lama namun dugaan itu diperkuat dengan pertanyaan barusan.

"Maaf kalau lo enggak nyaman. Akhir-akhir ini gue enggak suka lihat dia keluar rumah. Makanya gue tanya. Biasanya kan Syafa paling rajin nyapa tetangga," lanjut temannya Shaka, Patra Maheswara. Selain temannya Shaka, Patra juga tetangga depan rumahnya keluarga Shaka.

"Syafa baik-baik aja," jawab Shaka akhirnya.

Patra lega mendengarnya. "Syukur kalau gitu."

"Lo tenang aja. Selagi ada gue, Syafa baik-baik aja. Lagipula ada buna, yayah sama Saska juga. Lo enggak perlu repot mikirin adek gue," ujar Shaka membuat Patra bungkam seribu bahasa. "Gue duluan, ya. Syafa sendirian di rumah," lanjutnya sembari meninggalkan Patra yang nampak kecewa.

"Mau sampai kapan kita kayak gini terus, Syaf?" batin Patra sembari melirik ke arah rumah dimana Syafa tinggal.

"KAK PAT!!!"

Teriakan dari arah barat Patra membuat pria itu menoleh dan menemukan sosok Saskara, adik Syafa. Ada secercah harapan saat melihat bocah SMP itu. Setidaknya bersama Saskara semuanya aman. Shaka memang temannya namun kakak dua adik itu terlalu sulit untuk ditembus.

"Sini," ujar Patra membuat Saska berjalan menuju ke arahnya.

"Apa, Kak?" tanya Saska tepat di depan pria itu.

"Titip surat buat teh Syafa boleh?"

"Lagi?"

Ya, dua hari lalu Patra memang melakukan hal yang sama. Sudah satu minggu ini Patra tidak melihat Syafa secara langsung padahal rumah mereka berhadapan. Satu minggu lalu, Syafa memang tiba-tiba menghindar darinya padahal awal libur perkuliahan tiga minggu lalu Syafa nampak bahagia dengan kedatangannya. Patra yakin ada sesuatu yang terjadi maka dari itu dia butuh penjelasan Syafa.

Patra mengangguk. "Saska enggak keberatan, kan?"

"Enggak sih, tapi kenapa enggak sama Kak Pat aja. Atau kenapa enggak ke a Shaka aja. Barusan Saska lihat kalian ngobrol. Ih kalian berantem, ya? Jangan gitu dong, Kak. Kata buna, berantem itu enggak baik. Apalagi kalian kan temanan dari SD sampai sekarang kuliah di ITB," ujar Saska dengan polosnya.

"Kita enggak berantem, Saska. Kak Pat memang sudah berniat nitip ini ke kamu. Disampaikan, ya."

"Oh begitu. Oke deh. Nanti aku kasih ke teh Syafa."

"Makasih, ya."

"Sama-sama, Kak Pat."

***

Menjadi salah satu siswi kelas dua belas membuat Syafa disibukkan dengan berbagai ujian salah satunya ujian masuk perguruan tinggi. Meskipun dia menjadi siswa eligible tetap saja persiapan untuk UTBK harus ia siapkan. Terlebih incarannya adalah kedokteran UNPAD.

"Sulit banget ya menggapai FK UNPAD sesulit dapatin restu," celetuk Syafa sembari mengacak pelan surainya. Hari ini cukup melelahkan baginya. Belum lagi Senin nanti dia sudah masuk sekolah. Dia ingin seperti Shaka yang sudah mulai kuliah namun nyatanya jalannya masih cukup panjang.

"Teh Syafa."

Mendengar panggilan itu, Syafa lantas menoleh ke arah pintu. Dia sana berdiri sang adik, Saska. Bocah SMP itu nampak menenteng secarik kertas yang Syafa yakini surat dari Patra, kekasih backstreet-nya.

Berjodoh Dengan Mantan? [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang