"Tak akan ada yang siap ditinggalkan untuk selamanya. Namun, bukankah kepergian untuk selamanya itu adalah hal yang pasti?"
🌱
"Udah makan?"
"Ini baru mau." Anggika menyorot piring makan siangnya ke arah kamera.
"Kok samaan, ya? Jangan-jangan kita jodoh."
Terdengar suara tawa Anggika di seberang sana. "Udah waktunya jam makan siang, Kavi Sayang. Sumpah ya jangan bercanda gitu deh."
"Sesekali, Sayangku. Lagian aku tuh kangen sama kamu."
"Baru juga ditinggal beberapa jam. Perasaan kemarin deh aku yang manja. Kenapa sekarang jadi kamu sih?"
"Manjanya nular deh kayaknya."
"Aduh duo bucin nih," ujar Fauzan yang tiba-tiba muncul dan langsung mendudukkan diri di samping Kavian.
Kavian spontan melayangkan tatapan tak bersahabatnya. "Lo ngapain ke sini?" tanya pria itu.
"Makanlah," jawab Fauzan dengan santainya kemudian Fauzan melirik ke arah ponsel Kavian. "Halo, Ka. Apa kabar?" ujarnya.
"Alhamdulillah. Ozi gimana? Sehat?"
"Alhamdulillah, Ka. Anak lo sehat juga, kan?" jawab Fauzan.
"Anak gue juga," sahut Kavian seakan menegaskan jika anak Anggika adalah anaknya juga. Namun, Fauzan nampak tak peduli itu. Fauzan tetap fokus pada Anggika.
"Alhamdulillah, Zi. Titip salam buat om Ozi, katanya kapan nikah?"
"Heh! Bisa-bisanya, ya. Awas aja kalau gue udah enggak jomblo, ya."
Anggika tampak tertawa lepas dengan jawab Fauzan yang nampak kesal. "Nanya doang, Zi. Ya Allah."
"Pertanyaannya sangat tidak baik, ya. Lagian lo enggak usah khawatir. Bentar lagi kalau ada jodohnya, gue langsung nikah dah."
"Aamiin."
"Ekhem." Kavian berdehem seakan mengatakan jika masih ada pria itu di sana.
"Kenapa, Vi?" tanya Fauzan dengan wajah tak berdosanya.
"Minggir lo! Cari istri sana. Jangan ganggu gue."
"Yaelah, Vi. Anggikanya aja mau kok sama gue."
"Enggak! Anggika kepaksa! Awas-awas!" Kavian menjauhkan ponselnya dari Fauzan.
Fauzan menghela napasnya. "Ya, ya, ya. Terserah deh. Dah Anggika, suami lo pelit banget tuh," ujarnya sebelum akhirnya beranjak dari meja Kavian.
Setelah dirasa Fauzan menjauh, Kavian menyorotkan kembali wajahnya ke ponsel. "Maaf banget, ya. Fauzan ganggu aja. Enggak tahu aja aku lagi kangen sama kamu."
Anggika tersenyum menanggapinya. "Jangan galak-galak, Kavi."
"Bisa sih, tapi soal kamu mana bisa."
"Tuh kan posesif deh."
"Kamu enggak suka?"
"Gimana, ya? Emm...."
"Sama suami sendiri kok enggak suka sih?"
"Hahaha bercanda, Suami aku. Udah ah yuk makan."
"Jangan dimatiin, ya. Biar kesannya tuh kita makan sama-sama."
"Iya, boleh kok boleh."
Kavian tersenyum kegirangan. Dia bahkan tak peduli sudah banyak pasang mata yang menatapnya. Mereka bahkan mulai berbisik-bisik soal dirinya yang bucin. Lagian bucin istri sendiri kan tidak salah, ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Berjodoh Dengan Mantan? [ Completed ]
General FictionSemua berawal dari pesan yang dikirim oleh nomor tak dikenal di hari ulang tahunnya, dan di hari yang sama orangtuanya mengatakan bahwa ada seseorang yang melamarnya. Hal itu tentu membuat Anggika harus pulang ke kota asalnya karena dia sudah berjan...