8. Haruskah Menghancurkannya?

9.5K 490 12
                                    

Terkadang perasaan kita untuk seseorang bisa menggelapkan mata kita sehingga kita tak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

🌱

"Jadi, apa kabar kamu, Gika?"

"Baik, Nan. Kamu?"

"Baik terlebih setelah ketemu kamu. Kamu tahu dulu aku payah banget pergi gitu aja. Seinget aku terakhir kita saling sapa lewat ponsel itu saat kamu kelas sepuluh. Iya?"

Anggika mengangguk. Dia juga ingat. Saat itu Adnan tiba-tiba mengirim pesan lewat messenger. Anggika dan Adnan saling membalas pesan sampai akhirnya Adnan kembali menghilang entah kemana. Anggika sempat menyalahkan dirinya atas kepergian Adnan. Dulu, dia memang jahat pada pria itu.

Adnan menjentikkan jarinya di depan wajah Anggika membuat Anggika terpenjat kaget. "Ngelamunin apa, hmm?" tanya Adnan.

Anggika menggeleng sembari tersenyum kaku. "Enggak. Bukan apa-apa."

Anggika mungkin takut akan kehadiran Adnan namun perlahan dirinya merasa sosok Adnan yang dulu, Adnan yang baik yang merupakan kakak baginya. Adnan lebih tua satu tahun darinya. Namun, karena kedekatan keduanya membuat Anggika tidak memanggil pria itu dengan embel-embel 'kak' atau sejenisnya.

"Mau aku antar?" tawar Adnan.

Kini, Anggika menggeleng. "Enggak usah, Nan."

"Kenapa? Ada hati yang kamu jaga? Oh ya ampun, aku lupa nanya ke kamu. Kamu udah nikah atau masih sendiri?" tanya Adnan.

"Sedang proses," jawab Anggika seadanya.

"Masih proses? Oh, ya? Aku datang agak telat dikit berarti, ya?"

Anggika mengernyit dahi. "Maksudnya apa?" tanyanya.

Adnan tersenyum tipis. "Aku kira pertemuan kita kali ini karena akan ada harapan baru ternyata kembali dipatahkan."

Anggika menatap pria di depannya itu sendu. Anggika merasa bersalah namun apa dayanya? Anggika tidak pernah menyayangi Adnan melebihi sayangnya seorang adik kepada kakaknya. Dulu, saat dirinya mau menerima Adnan sebagai kekasih karena Anggika merasa tak tega harus terus-terusan menolak Adnan. Ya, kisah cinta yang rumit memang.

"Nan, aku minta maaf atas semuanya. Aku enggak berniat kembali mematahkan kamu. Jujur, aku aja kaget bisa ketemu kamu lagi. Bahkan kita masih ingat wajah satu sama lain. Nan, kamu pria baik. Aku yakin itu. Sejak awal aku kenal kamu, aku yakin kamu pria baik, dan sampai sekarang pun sama. Aku yakin akan ada wanita terbaik untuk kamu juga. Percayalah," ujar Anggika berusaha menenangkan Adnan. Adnan yang mendengar itu hanya berusaha mengaamiinkan seraya tersenyum tipis.

"Dan lagi wanita terbaik itu bukan kamu, Gika."

***

"Jadi, Anggika udah nerima lamaran lo?"

Kavian mengangguk.

"Terus bakal ada pertemuan keluarga hari Sabtu nanti?"

Lagi, Kavian mengangguk.

"Setelah itu kalian nikah. Wow sekali, Vi. Sumpah dulu waktu dua tahun lalu lo putus, gue udah berusaha untuk menyatukan lo lagi sama Gika, tapi lo selalu nolak padahal waktu itu gue sama Anggika sekontak. Setidaknya ada akses. Jadi, apa gue boleh tahu kenapa waktu itu lo nolak?" ujar Fauzi.

"Waktu itu gue mikir kehadiran gue pasti bikin Anggika terganggu terlebih gue yang dulu mutusin dia. Apalagi waktu itu gue belum ada niatan untuk nikah juga. Gue masih ngerasa belum mampu untuk itu," jawab Kavian jujur. Dua tahun lalu, Fauzi memang berusaha menyatukan dia dan Anggika. Namun, Kavian menolaknya.

Berjodoh Dengan Mantan? [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang