Kalau kata buna, kisahnya bersama yayah tidak akan lengkap jika tidak melibatkan om Fauzi, om Adnan, tante Nadin, tante Sinta, tante Fara dan tante Irma. Namun, sayang sekali tante Fara dan Irma tidak ada di Bandung padahal mereka mempunyai anak yang seumuran dengan Syafa.
Akan tetapi, jangan bersedih hati lebih dulu karena masih ada Gea, anak om Adnan dan juga Fauzan, anak om Fauzi, yang seumuran dengan Syafa dan mereka bertiga adalah teman di OSIS karena jurusan Syafa berbeda, dia MIPA sedangkan mereka IPS. Meskipun begitu, semasa SMA mereka adalah teman baik. Seperti sekarang misalnya, mereka yang baru menyelesaikan hari pertama kelas dua belas semester dua itu berkumpul di kantin.
"Menurut kalian gue cocok enggak sih jadi anak kedokteran?" tanya Syafa.
"Cocok, cocok banget malahan." Itu jawaban Gea.
Sedangkan Fauzan menjawab, "Kalau dipaksain sih cocok aja."
Syafa merenggut kesal mendengar jawaban Fauzan. Sedangkan si pelaku tertawa kecil. Dan Gea ikut terkekeh geli melihat keduanya.
"Emang lo jadi ambil manajemen?" tanya Syafa dengan nada ketusnya.
"Masih dong. Manajemen harga mati. Iya enggak, Ge?" Fauzan melirik Gea di akhir kalimatnya karena mereka berdua memiliki tujuan yang sama.
"Hahaha iya dong," jawab Gea.
Syafa melihat itu merotasikan bola matanya malas. Perbedaan jurusan mereka terkadang menimbulkan perdebatan seperti ini. Namun, mereka tetaplah teman baik.
"Halo Teh Syafa, Teh Gea, dan A Ozan," sapa dua siswa yang satu tahun di bawah mereka. Mereka adalah Alshad dan Radika, anak tante Sinta dan tante Nadin.
"Gabung boleh, ya?" tanya Alshad.
"Boleh, boleh." Syafa menggeser tubuhnya memberi ruang untuk keduanya.
"Maaf banget ya belum bisa terpilih jadi ketua OSIS sama wakilnya padahal kalian berharap banyak sama kita," ujar Radika yang tiba-tiba menyinggung permasalahan satu bulan lalu.
Satu bulan lalu, Syafa, Gea dan Fauzan memang menjadi tim sukses Alshad dan Radika kala mencalonkan diri sebagai Ketos dan Waketos. Namun, mereka gagal dengan selisih poin sebelas dari pemenang. Syafa, Gea dan Fauzan memang mendukung keduanya namun mereka juga tidak kecewa kala mereka kalah karena bagi Syafa, Gea dan Fauzan mencoba saja sudah patut diapresiasi.
"Santai aja kali. Enggak usah ngerasa bersalah gitu. Lagian kalian udah mencoba. Udah dibawa happy aja," jawab Fauzan yang disetujui Syafa dan Gea.
"Makasih ya. Kalau enggak ada kalian kita mana berani sih ikut organisasi. Kalian panutan kita pokoknya," ujar Alshad.
"Iya, iya. Santai aja. Kalian kan adik-adik kita. Apapun yang terbaik buat kalian."
Begitulah sepenggal potongan kisah mereka berlima. Anak dari orangtua yang dulunya bersahabat juga. Mereka secara tak sengaja berteman baik dan saling mendukung satu sama lain karena diam-diam Syafa bertekad meneruskan pertemanan orangtuanya. Bagi Syafa, kisah buna dan yayahnya adalah kisah terindah yang pernah Syafa dengar.
***
"Lo punya hubungan sama Kak Patra, ya?"
"Menurut lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Berjodoh Dengan Mantan? [ Completed ]
Fiksi UmumSemua berawal dari pesan yang dikirim oleh nomor tak dikenal di hari ulang tahunnya, dan di hari yang sama orangtuanya mengatakan bahwa ada seseorang yang melamarnya. Hal itu tentu membuat Anggika harus pulang ke kota asalnya karena dia sudah berjan...