9. Tekad Fauzi?

7.8K 476 3
                                    

Selagi bisa membantu kedua insan untuk bahagia, mengapa tidak?

🌱

"OZI!"

Anggika histeris saat melihat Fauzi bersama dengan Kavian. Sore ini, Anggika dan Kavian ada janji untuk membeli cincin. Cincin lamaran untuk hari Sabtu, dan juga cincin pernikahan.

Fauzi terkekeh. "Udah gue duga nih anak pasti kayak gini," ledeknya.

"Lagian lo kenapa tiba-tiba muncul, Zi? Lo kerja di sini juga? Masa sih?" tanya Anggika bertubi-tubi.

"Gue kerja di kantor yang sama kayak calon suami lo. Gue sama dia ketemu waktu ngelamar empat tahun lalu. Kita juga kaget waktu itu karena udah lama kan kita enggak ada di tempat yang sama. Sejak SMA sama kuliah kita pisah," jawab Fauzi seadanya.

"Ekhem," dehem Kavian seakan mengingat Fauzi dan Anggika bahwa mereka tidak hanya berdua saja.

"Eh, maaf nih maaf. Nih calon istri lo yang duluan," ujar Fauzi menyalahkan Anggika membuat gadis itu menatapnya tajam seakan protes atas tuduhan itu.

"Kalian lanjut berdua aja dulu. Gue mau ke toilet bentar," ucap Kavian.

"Oke, maaf enggak bisa nganter."

"Siapa juga yang mau diantar!" bentak Kavian sebelum akhirnya pria itu benar-benar berlalu.

"Tuh anak emang gitu, ya. Mana enggak pamit sama lo. Harusnya yang berjodoh itu gue sama lo, Ka. Mau aja lo berjodoh sama si tukang cemburu, si tukang marah lagi," ujar Fauzi membuat Anggika terkekeh.

"Masih kayak dulu ternyata. Kalian enggak berubah," ucap Anggika.

"Emangnya kita power ranger apa. Lo juga masih sama kayak dulu. Imut-imut gimana gitu," ujar Fauzi sembari memasang wajah menjengkelkannya itu.

"Terserahlah. Omong-omong, kenapa ya kita bisa ketemu lagi? Terus menurut lo lucu enggak sih kisah gue sama Kavian? Kok bisa ya kita berjodoh lagi?"

Fauzi tertawa singkat. "Gue malah udah menduga ini empat tahun lalu, Ka. Waktu awal ngelamar di sini bareng si Kavi yang gue pikirkan itu apa nanti kalian bisa ketemu lagi? Padahal posisinya waktu itu Kavi lagi sama yang lain, tapi entah kenapa gue malah berharap kalian ketemu lagi. Meski harus nunggu lo setahun dulu karena kuliah ners."

Ada jeda sebentar. "Tapi sayang waktu itu ternyata lo milih kerja di Jakarta juga. Harapan gue kayak pupus gitu aja. Eh, dua tahun lalu si Kavi putus. Gue ngerasa ada harapan, mau gue comblangin malah dia nolak. Tau-taunya setahun kemudian tuh anak persiapan diam-diam, dan akhirnya dia berani ngelamar lo."

***

"Jadi, mau yang mana?"

Anggika menatap ketiga cincin pilihannya dan Kavian. Sudah tiga puluh menit mereka memilih cincin namun belum ada yang cocok. Kavian menyerahkan semua pilihan pada Anggika membuat gadis itu harus berpikir keras. Fauzi yang sedari tadi hanya menonton pun hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Semuanya bagus," gumam Anggika sembari tak mengalihkan pandangan pada ketiga cincin yang sudah dipilih.

"Semuanya aja, Ka. Kavi bulan ini dapat bonus nih. Gajinya gede pasti," sahut Fauzi ikut-ikutan.

Kavian spontan menatap sahabatnya itu. Fauzi tersenyum jahil. "Kenapa, Vi? Tega banget lo sama calon istri aja itungan," goda Fauzi.

"Gue enggak bilang enggak," bela Kavian.

"Tatapan lo mengatakan yang sebaliknya," balas Fauzi.

Berjodoh Dengan Mantan? [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang