3. Perasaannya Masih Sama?

15.3K 801 2
                                    

Semuanya berbeda namun mengapa perasaan ini masih terasa sama?

🌱

"Gue enggak bisa berkata-kata, Mbae," ujar Sinta akhirnya. Dia baru saja mendengarkan semua cerita Anggika tentang Kavian.

Anggika menghela napasnya. "Lima menit gue nunggu lo ngomong, dan akhirnya cuman gitu doang respon lo?"

"Terus gue harus apa? Lagian ini tuh antara membingungkan sama anugerah," jawab Sinta.

"Anugerah? Maksud?" tanya Anggika.

Sinta tersenyum. "Mbae sadar enggak sih kalau selama ini semua rencana Mbae itu berjalan sesuai dengan harapan Mbae. Mbae mau kuliah di jurusan ini, Allah langsung kasih saat itu juga. Mbae mau langsung kerja setelah kuliah, Allah juga kasih. Terus sekarang...."

"Terus sekarang apa, Sinta?" tanya Anggika saat Sinta menggantung ucapannya.

"Sekarang rencana Mbae nikah di umur dua puluh tujuh juga dikabulkan. Mbae dikasih jodoh di umur segitu bahkan di hari tepat Mbae berumur segitu," jawab Sinta.

Anggika langsung terdiam. Apa yang Sinta katakan benar. Semua rencananya selalu dikabulkan sesuai harapannya meskipun dirinya juga pernah merasakan gagal, tetapi setidaknya rencana besarnya seperti kuliah, kerja, dan menikah dikabulkan sesuai harapannya.

Sinta mengusap pundak Anggika. "Mungkin sulit buat nerima kenyataan ini. Gue paham, tapi apa salahnya kalau Kavian? Salah karena dia mantan Mbae? Coba Mbae ingat-ingat dulu waktu Nadin sama kak Adit cuman Mbae yang dukung diantara kita. Nadin sama kak Adit juga pernah jadi mantan, tapi Mbae dukung. Terus kenapa kasus Mbae sendiri, enggak Mbae dukung? Nadin juga bahagia kok meski awalnya pernah disakiti sama kak Adit."

"Gue cuman bingung aja kenapa mesti dia? Kenapa baru sekarang juga? Sia-sia dong usaha gue selama ini buat lupain dia, Sin?" keluh Anggika.

"Ya enggak papa dong. Lagian dia orang baik. Ayah Mbae aja setuju. Apa lagi yang Mbae tunggu? Dia bahkan udah punya rumah sendiri, pekerjaan tetap. Gue yakin dia pasti bikin Mbae bahagia," jawab Sinta membuat Anggika semakin diam dengan pikiran melayang pada kejadian yang menimpanya sejak kemarin.

"SINTA, ADA TAMU NIH!" Tiba-tiba teriakan mamanya Sinta membuat kedua perempuan itu terkejut.

"Siapa, Ma?!" balas Sinta sedikit berteriak.

"Namanya Kavian, katanya mau jemput Anggika!"

Deg.

***

"Kavi," ucap Anggika saat dirinya benar-benar melihat sosok Kavian di depan rumah Sinta. Sinta yang berada di belakang Anggika hanya bisa memasang wajah terkejutnya.

Kavian tersenyum tipis. Pria itu masih berbalut kemeja lengkap dengan jasnya. "Halo, An. Aku disuruh jemput kamu sama ayah kamu."

"Ayah?" tanya Anggika.

Kavian mengangguk.

Anggika dan Sinta sama-sama terkejut dengan fakta itu. Semua orang tahu jika Ali, ayah Anggika sangat melarang Anggika untuk berboncengan dengan lawan jenis. Akan tetapi, sekarang bahkan Ali memerintahkan Kavian untuk menjemput putrinya itu.

"Em, gue pinjem Gikanya bentar ya," ucap Sinta sembari menarik Anggika menjauh.

Setelah dirasa cukup jauh dari Kavian, Sinta berujar, "Mbae kayaknya emang ayah Mbae setuju banget sama Kavian. Ini udah malam juga. Bukannya ngusir, tapi lebih baik Mbae pulang aja. Mbae juga belum istirahat kan setelah perjalanan Jakarta Bandung?"

Berjodoh Dengan Mantan? [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang