Hari Minggu adalah surga bagi semua orang. Semuanya bisa berkumpul dengan orang yang disayanginya meskipun esok harinya akan kembali sibuk oleh segudang pekerjaan yang tak kunjung menghilang. Begitulah yang dirasakan Kavian, ayah tiga orang anak itu.
Kavian sengaja mengajak ketiga anaknya bermain ke kebun binatang sesuai permintaan putrinya. Awalnya dirinya bersama dengan Anggika namun istrinya itu pamit sebentar ke toilet. Akan tetapi, sudah hampir dua puluh menit Anggika tidak kunjung kembali.
"Teteh sama Aa mau nunggu di sini atau ikut Yayah?" Akhirnya, Kavian memutuskan untuk mencari Anggika. Kavian khawatir tentunya.
"Emang Yayah mau kemana?" tanya Syafa.
"Cari buna, Sayang. Tadi buna pamit ke toilet, tapi enggak datang lagi. Yayah khawatir," jawab Kavian sembari menggendong putra bungsunya, Saskara yang masih berusia dua tahun.
"Kita ikut aja, Yah," jawab Shaka yang pada akhirnya diangguki Syafa.
Setelah itu, ayah dan ketiga anak itu lantas mencari Anggika bersama-sama. Kavian yang menggendong Saskara pun harus tetap mengawasi putra sulung dan putri semata wayangnya itu. Dia menggandeng tangan Syafa, dan Syafa menggandeng tangan Shaka. Sungguh keluarga bahagia.
"Itu buna, Yah," ujar Shaka sembari menunjuk Anggika. Kavian lantas menatap ke arah yang Shaka tunjuk. Di sana ada Anggika namun Anggika tidak sendirian, melainkan bersama pria. Tunggu, pria? Siapa dia?
Di sisi lain, Anggika nampak tersenyum ramah pada salah satu pengunjung kebun binatang yang baru saja meminta bantuannya. Pria itu datang sendirian namun pria itu ingin berfoto. Itu sebabnya Anggika bersama dengan pria yang Kavian lihat.
"Terima kasih, ya. Maaf ngerepotin," ujar pria itu.
"Enggak papa. Aku udah bilang juga."
"Kalau boleh tahu emang Mbaknya ini kerja di mana? Dilihat dari gelagatnya kayaknya nakes juga nih. Masih sendiri, Mbak?"
Wait? Apakah Anggika tidak salah dengar, ya? Apakah wajahnya tidak seperti seorang ibu anak tiga? Apakah wajahnya tidak seperti wanita berumur tiga puluh enam?
"Maaf dia istri saya." Belum sempat Anggika menyelesaikan keterkejutannya, Kavian lantas menjawab sembari menatap tak bersahabat ke arah pria itu. "Dua bulan lalu, istri saya baru selesai menyusui anak ketiga kami."
Anggika spontan menatap ke arah Kavian dengan wajah kesalnya. "Kavi ih," protesnya.
"Yayah, Buna. Yayah bukan Kavi," ujar Syafa seakan tak terima bunanya memanggil nama kepada yayahnya.
Kavian tersenyum penuh kemenangan. "See? Anda lihat? Ini putri kami, anak kedua kami. Jadi, Anda tahu kan kalau istri saya tidak lagi sendiri."
Pria itu tersenyum canggung. "Maaf. Saya tidak tahu itu. Kalau begitu saya pamit, ya. Permisi." Pria itu lantas pergi meninggalkan Anggika bersama suami dan ketiga anaknya.
"Kita pulang sekarang," putus Kavian sebelum akhirnya melangkah lebih dulu sembari menggendong Saskara dan menggandeng Syafa. Kini hanya Shaka yang masih bersama Anggika.
"Kita pulang, ya, Bun. Aa enggak paham sama sikap yayah, tapi Aa yakin Buna sama yayah enggak akan berantem, kan?" ujar Shaka membuat Anggika menatap putra sulungnya itu.
Anggika tersenyum manis ke arah putranya. "Enggak kok. Buna sama yayah enggak berantem. Aa jangan khawatir, ya. Maaf liburannya udahan gara-gara buna."
"Enggak papa, Bun. Aa juga mau pulang. Udah capek soalnya. Ayo," ujar Shaka sebelum akhirnya menggandeng tangan Anggika.
"Ayo. Makasih, ya, A."
"Sama-sama, Buna."
Anggika menghela napasnya. Kavian cemburu dan marah. Anggika sadar itu. Lagipula Anggika juga akan menjawab jika dia sudah bersuami dan punya tiga anak. Anggika bangga dengan hal itu meskipun terkadang banyak yang tak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berjodoh Dengan Mantan? [ Completed ]
General FictionSemua berawal dari pesan yang dikirim oleh nomor tak dikenal di hari ulang tahunnya, dan di hari yang sama orangtuanya mengatakan bahwa ada seseorang yang melamarnya. Hal itu tentu membuat Anggika harus pulang ke kota asalnya karena dia sudah berjan...