19. Semua Usai di Sini?

6.1K 376 0
                                    

Mungkin awalnya aku kecewa karena pernah tersakiti namun setelah bertemu dia, aku sadar bahwa kecewaku kemarin tak ada apa-apanya dengan bahagiaku hari ini.

🌱

"Enggak mau nanya?"

"Soal?"

"Dini."

Oh gadis itu, pikir Anggika. Gadis yang memanggil nama Kavian. Dini belum sempat bicara apapun pada Kavian karena gadis itu diseret oleh salah satu rekannya. Entah mau apa, Anggika tak peduli soal itu.

"Enggak," jawab Anggika akhirnya.

"Kamu cemburu?"

Dahi Anggika berkerut. "Maaf, kenapa aku harus cemburu, ya? Dia selingkuhan kamu?"

"Enggak, dia yang selingkuh dari aku."

Kebingungan Anggika semakin menjadi-jadi. "Apa sih, Vi. Kalau ngomong tuh yang jelas."

"Dia mantanku," ujar Kavian.

"Oh," jawab Anggika cuek.

"Kamu enggak mau denger soal dia?"

"Terserah kamu. Kalau kamu mau cerita ya aku dengerin, enggak cerita juga enggak papa."

Anggika rasa sikapnya kali ini benar. Lagipula dia tak mau merusak momen indahnya yang kembali bisa menikmati seblak dengan latar sekolah SMP-nya dulu. Belum lagi es jeli kesukaannya itu menjadi pelengkap menu siang ini.

"Hubunganku sama dia lamanya dua tahun. Kita kenal waktu wisuda. Kita satu kampus dan satu angkatan. Awalnya semua baik-baik aja. Kita harus LDR karena aku kerja di tempat kerjaku sekarang. Awalnya baik-baik aja sampai setahun sembilan bulan aku selalu dapat kabar kalau Dini jalan sama cowok lain. Awalnya aku percaya sama penjelasan Dini yang bilang itu cuman temen, partner kerja sampai akhirnya tiga bulan kemudian dia sendiri yang ngaku kalau dia selingkuh dan lebih milih selingkuhannya karena lebih bisa ngasih waktunya buat dia," jelas Kavian menceritakan semua kisahnya bersama Dini.

"Ada ya orang kayak gitu," ujar Anggika tak habis pikir. "Yang sabar ya, Vi. Allah kasih petunjuk itu tuh kalau dia bukan orang yang tepat buat kamu."

"Ya, aku percaya itu karena orang yang tepatnya itu kamu."

Spontan Anggika mendelik tajam ke arah Kavian. "Enggak usah gombal! Udah ah makan tuh seblak."

Kavian terkekeh. "Aku bersyukur banget bisa sama kamu lagi, An. Andaikan dulu kita enggak pernah putus."

"Jangan ngomong gitu. Lagian kalaupun dulu enggak putus belum tentu kita bisa nikah."

"Iya sih."

"Yaudah jangan terlalu dipikirin. Apalagi harus mikirin lagi mantan."

"Cieee cemburu, ya."

"Dih, enggak ya. Emangnya kamu pencemburu. Aku sih no."

Kavian tertawa setelahnya. Bersama Anggika hal sesederhana ini pun bisa menjadi alasannya bahagia. Kavian tak pernah bosan untuk terus bersyukur atas hadirnya Anggika di hidupnya.

"Jangan pergi lagi ya, An. Aku janji enggak akan pernah ngasih kamu kesempatan itu lagi."

***

"Aku mau ngomong sama kamu, Vi."

"Gue enggak mau."

"Bentar aja, Kavi. Aku janji."

"Lo tuli?"

Anggika menghela napasnya. Dia lelah dengan drama ini. Baru saja dia selesai menikmati seblak dan es jeli namun setelahnya dia harus menjadi saksi bisu drama membosankan ini. Dini yang keras kepala ingin bicara sedangkan Kavian yang terus menolaknya.

Berjodoh Dengan Mantan? [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang