Terkadang kita hanya butuh diskusi agar tak ada salah paham lagi.
🌱
"Kamu duduk di kursi tempat aku kerja. Aku duduk di sofa. Di sini aku yang makan. Kamu udah makan, kan?"
Anggika mengangguk. Dia tak bisa mengeluarkan kata-kata saat Kavian bertanya itu. Dia terkejut karena pria itu mengajaknya ke ruangan pria itu.
"Duduk aja, An. Anggap ruangan sendiri," lanjut Kavian.
"Iya, Kavi," jawab Anggika akhirnya.
Pada akhirnya, Anggika duduk di kursi kerja Kavian sedangkan pria itu duduk di sofa karena akan makan. Anggika baru pertama kali bisa merasakan kursi kantoran. Biasanya dia hanya bertemu dengan ranjang rumah sakit, dan sebagainya. Tanpa ia sadari, Anggika tersenyum karena hal itu.
Kavian yang melihat itu pun ikut tersenyum sebelum akhirnya menyampaikan amanah dari papanya. "Ada salam dari papa."
Anggika menoleh ke arah Kavian, wajahnya terkejut. "Buat aku? Dari papa kamu?"
Kavian mengangguk.
"Waalaikumussalam," ucap Anggika sebagai balasan salam calon papa mertuanya itu. Dada Anggika masih bergemuruh, dia bahkan berusaha keras untuk tak mengingat soal papa Kavian namun ternyata justru papanya Kavian yang lebih dulu mengingatkannya.
"Sebenarnya itu yang mau aku omongin sama kamu semalam," ujar Kavian sembari sibuk menyajikan makanan yang dibawa Anggika.
"Oh iya. Maaf soal kejadian yang dibahas semalam," jawab Anggika.
"Bukan salah kamu. Niat Fauzi juga baik. Aku aja yang terlalu berlebihan. Lupain aja," ujar Kavian.
"Oke," balas Anggika.
"Selain itu, aku juga mau izin sama kamu."
Dahi Anggika mengernyit. "Izin? Izin apa?"
"Ada teman papa yang lagi butuh uang. Dia mau jual mobilnya, tapi temen papa juga butuh kendaraan lain ya misalnya motor. Jadi, papa nawarin aku buat tuker tambah motor aku sama mobil teman papanya itu. Mumpung lagi banting harga. Papa juga lagi ada uangnya. Uangnya dari papa dulu nanti aku bisa cicil ke papa. Uang aku difokuskan dulu buat pernikahan kita," jelas Kavian.
Anggika tertegun. Kavian meminta izin soal ini? Benarkah?
"Aku ngerasa kamu berhak tahu soal ini makanya aku izin sama kamu. Menurut kamu gimana?" sambung Kavian membuat Anggika tersadar.
"Soal itu, aku gimana kamu aja," jawab Anggika akhirnya.
"Enggak bisa gitu. Nanti mobil itu punya kamu juga. Punya keluarga kecil kita," ujar Kavian.
Anggika tersenyum haru. "Sebelumnya makasih, Vi. Makasih udah mikirin hal ini. Soal izin, aku kasih izin kamu. Lagian juga mobil bisa kamu pakai ke kantor. Mobil lebih nyaman daripada motor meski ya enggak bisa nyalip."
Kavian mengangguk. "Oke, nanti aku acc ke papa, ya."
***
"Adnan itu mantannya Gika."
Adit menoleh pada sang istri. "Serius?"
Nadin mengangguk. "Iya. Masa iya aku bohong."
"Adnan baik lho, Yang. Dia juga pintar bisnisnya. Pekerja keras juga. Kenapa enggak kita jodohin mereka?"
"Ih, Gika udah sama Kavian. Sabtu nanti mau penentuan tanggal," jawab Nadin. Adit memang belum tahu soal Anggika dan Kavian.
![](https://img.wattpad.com/cover/316731780-288-k118329.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Berjodoh Dengan Mantan? [ Completed ]
General FictionSemua berawal dari pesan yang dikirim oleh nomor tak dikenal di hari ulang tahunnya, dan di hari yang sama orangtuanya mengatakan bahwa ada seseorang yang melamarnya. Hal itu tentu membuat Anggika harus pulang ke kota asalnya karena dia sudah berjan...