"Terkadang kita hanya butuh satu kebahagiaan sederhana untuk menghapus semua duka kita."
🌱
Hari keberangkatan Nadif pun tiba, Anggika beserta keluarga dan Kavian pun ikut mengantarkan Nadif ke bandara. Mereka nampak sedih akan berpisah dengan Nadif. Namun, mereka sadar jika ini jalan terbaik untuk Nadif. Untuk karirnya dan pengalamannya.
"Enggak papa. Nanti juga Nadif pulang lagi," ucap Kavian sembari menenangkan Anggika. Anggika nampak berkaca-kaca melihat Nadif sedang berpamitan dengan kedua orangtua mereka.
"Pulangnya lama," balas Anggika.
"Cuman dua sampai tiga tahun. Dulu, kamu di Jakarta berapa tahun coba. Masih lamaan kamu."
"Beda, Kavi. Kalau aku di Jakarta masih bisa pulang seminggu sekali juga. Kalau Nadif di Jepang. Jauh banget."
"Iya, tapi mau gimana lagi? Katanya udah ikhlas Nadif pergi."
"Ya tetap aja sedih."
"Ya udah, nanti kita have fun setelah ini. Kamu bebas mau keliling Jakarta dulu sebelum pulang ke Bandung."
Anggika hanya menganggukkan kepalanya sebelum akhirnya Nadif menghampiri dirinya. Nadif ingin berpamitan. Sebentar lagi, mereka akan terpisah jarak yang sangat jauh menurut Anggika.
"Teh, aku pamit, ya," ucap Nadif.
Anggika mengangguk. "Sehat-sehat di sana. Ingat apa yang Teteh omongin ke kamu."
"Iya, Teh. Jaga pergaulan, jaga makanan. Jangan sembarang makan apalagi sampai yang enggak halal. Selalu sama-sama sama temen. Semuanya aku ingat, Teh," balas Nadif.
Anggika mengacak rambut Nadif sembari tersenyum tipis. Matanya sudah menetaskan air mata yang tak ia sadari. "Good brother! Selalu kabarin, ya. Jangan lupain Teteh."
"Enggak mungkin, Teh."
Anggika lantas memeluk Nadif. Dia begitu menyayangi Nadif. Terlepas apapun cerita masa lalunya. "Jaga kesehatan, ya."
"Iya, Teh. Teteh juga."
Terakhir, Nadif akan berpamitan dengan Kavian. Seseorang yang akan selalu menjaga kakaknya. Seseorang yang dia percaya meski sempat ragu karena satu masalah kemarin.
"Saya titip Teteh ya, A. Jagain Teteh. Jagain juga kandungannya. Nanti saya pulang waktu Teteh lahiran," ujar Nadif pada Kavian.
"Tanpa kamu minta, Aa pasti jaga Teteh kamu. Jangan khawatir, ya. Sehat-sehat di sana. Selalu kabari Teteh kamu."
"Iya, A."
Kini, semuanya harus siap akan perpisahan sementara ini. Memang berat harus berpisah jarak dengan keluarga kita. Namun, jika ini yang terbaik mengapa kita harus menolaknya? Iya, kan?
***
Kavian ikut tersenyum saat Anggika tersenyum karena keduanya baru sampai di kampus Anggika dulu. Anggika dan Kavian memang sengaja berkunjung ke sini tanpa Ali dan Maryam tentunya. Orangtua Anggika memilih langsung pulang saja.
"Dulu, aku bingung karena enggak punya temen sama sekali di kampus ini, tapi lama kelamaan aku cinta sama kampus ini. Bahkan dulu aku sedih karena enggak bisa memperjuangkan kampus impian aku di Bandung," ujar Anggika bercerita sembari menatap gedung kampus berwarna hijau di depannya.
"Aku jadi kangen temen seperjuangan aku dari SMA yang sama. Kita bertiga beda jurusan, tapi sama-sama dari SMA yang sama. Udah lama aku enggak ketemu mereka, tapi aku tahu mereka baik-baik aja. Semuanya masih terekam jelas di ingatan aku," lanjut Anggika.
![](https://img.wattpad.com/cover/316731780-288-k118329.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Berjodoh Dengan Mantan? [ Completed ]
General FictionSemua berawal dari pesan yang dikirim oleh nomor tak dikenal di hari ulang tahunnya, dan di hari yang sama orangtuanya mengatakan bahwa ada seseorang yang melamarnya. Hal itu tentu membuat Anggika harus pulang ke kota asalnya karena dia sudah berjan...