"Mungkin lari dari masalah tidak akan pernah menyelesaikan masalah namun setidaknya itu memberi jeda sebelum akhirnya kembali dipaksa untuk menghadapinya."🌱
"Kak Adnan."
Adnan menoleh dengan wajah terkejutnya.
"Kenapa? Kok kaget?" lanjut Anggika bertanya.
"Enggak biasanya kamu manggil aku kakak. Kebetulan juga kita bisa ketemu di sini."
Anggika tersenyum. "Soal panggilan Kavi yang nyaranin katanya biar sopan."
"Kalian apa kabar?" tanya Adnan.
"Baik, Kak. Ngobrol bentar kayaknya enak nih. Cari tempat duduk, yuk!"
"Boleh."
Adnan mengekor di belakang Anggika. Perempuan itu nampak lebih kurus dari terakhir pertemuan mereka kala Anggika menikah. Namun, Adnan tahu jika Anggika bahagia.
Anggika akhirnya memilih kursi di depan mushola. "Kak Adnan lagi apa di sini?"
"Bisnisku udah mulai. Aku butuh bahan-bahan untuk itu. Kebetulan sayurannya aku pasok dari pasar ini. Langsung dari petani di Lembang."
Anggika tersenyum dengan mata berbinar. "Alhamdulillah, aku ikut senang. Semoga bisnisnya makin lancar, ya."
"Aamiin. Terus kamu gimana? Kamu enggak kerja? Jam segini masih di pasar."
"Aku udah berhenti, Kak."
"Lho, kenapa?"
"Akhir-akhir ini kondisi tubuh aku enggak stabil."
"Jaga kesehatan, Anggika. Aku tahu kamu bahagia sama Kavian. Lantas apa yang bikin kamu jadi gini?"
Anggika menggeleng. Adnan paham jika Anggika enggan untuk bercerita.
"Oh iya, aku ada tawaran buat kamu. Kali aja kamu mau," ujar Adnan mengganti topik pembicaraan.
"Tawaran apa?"
"Jadi relawan."
"Relawan?"
"Iya, rencananya aku mau ngadain periksa kesehatan masyarakat di desa-desa gitu."
Dahi Anggika spontan menyerngit. "Maaf, tapi apa aku enggak salah, ya? Kakak kan basicnya di bisnis."
"Ini acara teman dekat aku, Ka."
Anggika tersenyum jahil. "Cewek, ya?"
"Iya. Kenapa?"
"Bener nih cuman teman dekat?"
"Kita berkomitmen untuk serius meski belum tahu kapan. Doain aja," jawab Adnan seadanya. Dua bulan lalu, Adnan memang memutuskan untuk berkenalan dengan perempuan pilihan Yuda. Perempuan itu baik. Adnan suka kepribadiannya meski dirinya dan perempuan itu belum sama-sama siap untuk menikah di waktu dekat.
Anggika mengangguk antusias. "Bakalan aku doain, Kak. Semoga berjodoh, ya. Nanti undang aku pokoknya."
"Iya, Anggika. Jadi, gimana tawarannya?"
"Aku tanya Kavi dulu, ya."
"Oke, nanti kabari ya."
***
"Aku senang kamu udah mulai mau keluar rumah lagi. Apalagi sampai belanja ke pasar."
"Aku juga senang karena bisa ketemu kak Adnan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Berjodoh Dengan Mantan? [ Completed ]
General FictionSemua berawal dari pesan yang dikirim oleh nomor tak dikenal di hari ulang tahunnya, dan di hari yang sama orangtuanya mengatakan bahwa ada seseorang yang melamarnya. Hal itu tentu membuat Anggika harus pulang ke kota asalnya karena dia sudah berjan...