6. You Say Yes?

10.1K 681 11
                                    

Aku selalu percaya akan hal indah setelah penantian. Oleh karena itu, aku akan selalu menunggu kamu dengan sabar.

🌱

"Jadi, apa jawaban dia?"

"Belum ada, Pa."

"Udah seminggu."

"Baru enam hari."

"Dan besok satu minggu, Kavi. Mau sampai kapan kamu nunggu?"

Irna menghela napasnya menonton perdebatan antara anak dan suaminya itu. Sudah hampir satu minggu lamaran putranya tak kunjung dapat jawaban. Namun, Irna paham mengapa pihak wanita belum memberi jawaban.

"Udahlah, Pa. Lagian Kavi masih mau nunggu. Enggak mudah buat seorang wanita memutuskan perkara ini," bela Irna pada akhirnya.

"Kalau gini ceritanya sama aja pihak sana menyepelekan lamaran kita, Ma. Lagipula perempuan lain masih banyak," balas Bakri, suami Irna.

"Aku maunya sama Anggika, Pa. Aku harap Papa enggak berniat memaksa aku buat kembali meninggalkan dia, Pa. Dulu, aku diam waktu Papa maksa aku buat putusin dia, tapi enggak untuk sekarang," tegas sang anak yang tak lain adalah Kavian.

Bakri tersenyum sinis. "Dulu? Waktu itu kamu masih kecil, Kavi. Kamu tahu alasan Papa itu baik. Papa mau kamu fokus belajar. Papa enggak mau pendidikan kamu terganggu hanya karena cinta monyetmu itu."

"Kavi tahu itu, Pa, tapi Papa enggak berhak buat maksa Kavi lagi buat enggak sama Anggika. Bertahun-tahun Kavi mencoba sama yang lain, tapi akhirnya hati Kavi cuman mau sama Anggika, Pa. Kavi harap Papa paham," ujar Kavian sebelum akhirnya berlalu meninggalkan kedua orangtuanya itu.

Irna mendadak khawatir. "Pa, kita udah sepakat kalau kita setuju Kavi sama Anggika. Lagipula semua kisah lalu mereka itu cuman masa lalu, Pa. Mereka udah sama-sama dewasa sekarang."

"Iya emang mereka udah sama-sama dewasa, Ma. Papa juga enggak keberatan Kavi sama Anggika, tapi Papa heran kenapa Anggika lama menjawab lamarannya. Papa cuman merasa disepelekan saja, Ma. Hanya itu," jelas Bakri pada istrinya.

Irna menghela napasnya. "Sabar, Pa. Mama paham pasti banyak pertimbangan yang sedang Anggika pikirkan. Lagipula waktu Mama dilamar Papa itu zamannya beda sama sekarang, Pa. Mama harap Papa paham. Mama mau lihat Kavi bahagia, dan Mama rasa bahagianya dia ada di Anggika."

"Iya," jawab Bakri pasrah. Dia setuju-setuju saja jika putranya menikah dengan mantan kekasih putranya itu namun Bakri hanya merasa ini sudah terlalu lama. Hanya itu.

***

"Selamat datang kembali, Anggika Wulandari!" seru kakak sepupu Anggika, namanya Lina.

"Ih, Teh Lina di sini? Perasan waktu itu Teteh enggak ada," ujar Anggika girang sebelum akhirnya memeluk kakak sepupunya itu.

"Ini hari Minggu, Ka. Lagian Teteh juga kangen sama orangtua. Emang kamu sibuk mulu di kota orang," sindir Lina.

Anggika lantas melepas pelukannya dan memasang wajah cemberutnya. "Ih, Teteh. Yang penting Gika pulang sekarang," rajuknya.

"Nah, ini dia yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Yang katanya udah bosan di Jakarta mau stay di Bandung aja." Nadif muncul sembari merekam ke arah Anggika.

"Jangan divideo dong. Teteh baru bangun tidur. Nanti jelek," protes Anggika.

"Mana ada. Kerudungnya rapi gitu. Udah tenang cantik kok, Teh," balas Nadif.

Berjodoh Dengan Mantan? [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang