36. Janji Untuk Bersama Selamanya?

4.4K 227 2
                                    

"Mungkin benar janji terkadang dianggap tidak berguna bagi sebagian orang namun terkadang bersama janjilah kita bertahan."

🌱

Kavian dibuat kaget oleh kedatangan kedua orangtuanya dan orang tua Anggika secara tiba-tiba. Untung saja Anggika masih setia dalam alam mimpinya. Jika tidak pasti Anggika akan lebih kaget daripada dirinya.

"Kalian tuh kenapa sih? Emangnya Mama enggak ngerti apa. Teteh hamil, kan?" tanya Irna to the point.

"Kita lebih berpengalaman, A. Kenapa disembunyikan? Ini berita baik lho. Kalau emang enggak mau diumbar, ya enggak papa. Tapi masa sama kita mau disembunyikan sih, A?" Maryam ikut menambahkan.

"Sebelumnya Aa minta maaf sama semuanya. Anggi memang hamil. Aa juga enggak mau sembunyikan soal ini, tapi Anggika yang mau. Anggika tiba-tiba lemes makanya Anggika bilang nanti aja bilangnya kalau tubuhnya udah membaik," balas Kavian.

"Tetehnya dimana, A? Udah baikan?" tanya Ali, kentara sekali ayah Anggika itu sangat mencemaskan putrinya.

"Anggi lagi tidur, Yah. Tadi abis minum obat," jawab Kavian.

"Tapi Anggika sama kandungannya baik-baik aja, kan?" tanya Irna.

"Alhamdulillah, Ma. Dokter cuman nyaranin Anggi buat enggak terlalu aktif. Akhir-akhir ini Anggi emang banyak kegiatan," jawab Kavian sejujurnya.

"Jagain si teteh, A. Jangan sampai kenapa-kenapa," ujar papanya, Bakri.

"Iya, Pa. Aa bakal jagain Anggi."

Bakri mengangguk. "Ya sudah kalau begitu kita pulang aja. Kasih si teteh waktu buat istirahat. Enggak enak juga kan ganggu waktunya."

"Tapi, Pa," ujar Irna seakan menolak.

Bakri tersenyum meyakinkan. "Teteh berhak dikasih waktu, Ma. Nanti kita ke sini lagi. Bukan begitu, Pak Ali?"

Ali mengangguk. "Ya, saya rasa memang begitu. Ayo, Bu. Kita pulang. Kasih si Teteh waktu buat istirahat. Kasihan juga kalau kita cerca yang ada nanti si Teteh kepikiran. Teteh jangan banyak pikiran kan, Bu."

Irna dan Maryam akhirnya menuruti keinginan suaminya itu. Mereka tak bisa membantah meski hatinya ingin sekali bertemu Anggika. Kavian merasa bersalah namun bagaimanapun kesehatan Anggika adalah hal terpenting untuk sekarang.

"Nanti kita ke sini lagi kalau tetehnya udah siap buat ketemu kita ya, A. Aa jangan lupa. Jagain teteh," ujar Bakri menasehati.

"Iya, Pa."

"Selamat ya bentar lagi kamu akan jadi ayah."

"Makasih, Pa. Makasih."

Bakri menepuk-nepuk pundak putranya bangga. "Bahagia selalu, Nak. Titip teteh, ya. Papa sayang sama kalian."

Jika Anggika mendengarnya mungkin Anggika akan menjadi orang paling bahagia sekarang. Sejak dulu, Anggika selalu berharap jika papa Kavian mau menerimanya.

***

"Kenapa?"

Anggika yang semula sedang bercermin pun lantas menoleh ke arah Kavian. Suaminya itu baru pulang salat berjamaah magrib. "Kok aku enggak gendutan, ya? Biasanya kalau hamil itu berat badannya naik. Ini aku enggak. Nanti baby kita kenapa-kenapa enggak, ya?" Anggika berujar demikian.

Kavian tersenyum sebelum akhirnya melangkah lebih dekat pada istrinya. "Jangan dipikirin. Nanti juga perlahan naik kok. Makanya makannya harus banyak. Lagian dokter bilang baby kita baik-baik aja."

Berjodoh Dengan Mantan? [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang