"Harapanku satu; menua bersamamu."
🌱
"Kamu enggak papa?"
"Enggak, Mbak. Aku baik-baik aja. Tinggal tangan aja dikit lagi."
"Kenapa bisa tabrakan gini?"
"Aku bawa motor pulangnya. Pengin nyoba soalnya. Waktu kuliah aku pakai motor. Sejak kerja pindah ke mobil."
"Kamu tuh, ya! Lain kali jangan gitu."
Adnan hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar Ziva dan Anggika mengobrol. Anggika persis seorang ibu yang sedang memarahi anaknya yang ceroboh. Memang jiwa ibu sangat melekat dalam jiwa Anggika.
"Kenapa? Mau marah-marah juga sama aku?" tanya Adnan saat Anggika menatapnya.
"Enggak," jawab Anggika jutek.
"Kamu tuh galaknya ngalahin mamanya Ziva tahu," ujar Adnan.
"Ya enggak papa. Lagian kalian enggak ngasih tahu aku. Jahat banget," balas Anggika.
"Kamu sensitif banget sih, Ka. Lagi hamil, ya?"
Deg.
Keheningan mendadak menyelimuti kamar Ziva yang berisikan Ziva, Anggika, dan Adnan. Ketiga sama-sama diam. Adnan dan Ziva menunggu jawaban Anggika, dan Anggika yang terkejut karena dugaan Adnan benar.
"Mbak, benar, ya?" tanya Ziva seraya menggenggam tangan Anggika.
"I-iya," jawab Anggika gugup.
"Tuh kan! Tuh siapa juga yang enggak ngasih tahu kita!" ujar Adnan heboh bahkan pria itu ikut mendudukkan diri di samping Anggika yang duduk di pinggiran kasur yang ditiduri Ziva.
"Ih, Mbak. Kok enggak bilang-bilang?" tanya Ziva.
"I-itu kan soalnya aku nunggu kabar dari kalian. Aku ngerasa kabar kalian lebih baik dari kabar ini. Makanya aku nunggu," jelas Anggika.
"Ya ampun, Mbak. Kabar kehamilan Mbak itu baik banget. Sekarang udah berapa bulan?"
"Minggu kemarin baru lima minggu," jawab Anggika seadanya.
"Makan yang banyak," ujar Adnan.
"Mau aku gendut?" balas Anggika.
"Bukan gitu, Ka. Sekarang kan yang makan berdua bukan cuman kamu aja," jawab Adnan.
"Iya, Mbak. Makannya harus banyak. Jangan stress. Pokoknya dibawa happy aja, ya. Selamat ya, Mbak," tambah Ziva.
"Iya, selamat ya, Ka. Semoga sehat-sehat sampai lahiran. Jangan ngambek lagi. Sekarang kita impas. Lagipula kita belum ngomongin tanggal. Kondisi Ziva belum memadai," lanjut Adnan.
Anggika tersenyum sembari menatap Adnan dan Ziva bergantian. "Makasih, ya. Kalian juga jangan lupa bahagia. Semoga Ziva segera sembuh biar kalian bisa diskusi tanggalnya."
"Aamiin."
Hari ini, Adnan kembali membuktikan jika perasaannya murni hanya sebagai kakak pada adik saja. Awalnya sedikit terkejut namun dia ikut senang. Akhirnya, Anggika akan memiliki momongan bersama orang yang Anggika cintai, Kavian Putra Gutama. Ya, dia orangnya.
***
Jam makan siang, Kavian memutuskan untuk menjemput Anggika. Saat dirinya sampai, Adnanlah yang menyambut kedatangannya. Adnan bilang Anggika masih siap-siap.
"Sorry banget nih tadi gue yang bawa Anggika ke sini," ujar Adnan mengawali percakapan.
"Santai aja. Anggika udah ngomong kok," jawab Kavian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berjodoh Dengan Mantan? [ Completed ]
Ficción GeneralSemua berawal dari pesan yang dikirim oleh nomor tak dikenal di hari ulang tahunnya, dan di hari yang sama orangtuanya mengatakan bahwa ada seseorang yang melamarnya. Hal itu tentu membuat Anggika harus pulang ke kota asalnya karena dia sudah berjan...