Tanpa aku sadari ternyata aku telah menyia-nyiakan sosok setulus kamu. Lantas, apa sekarang masih ada kesempatan untuk aku, si pecundang ini?
🌱
"Jadi, sekarang Anggika sama Kavian berselisih paham karena kesalahan saya?"
Adit dan Nadin saling bertukar pandang sebelum akhirnya keduanya menggeleng. "Bukan salah Anda, Pak Adnan. Ini murni kesalahpahaman saja," jawab Nadin.
"Apa yang istri saya katakan benar, Pak. Di sini, posisi Bapak tak patut disalahkan," tambah Adit membenarkan.
Adit dan Nadin menghampiri Adnan ke kantornya. Keduanya ingin meminta bantuan Adnan untuk mau menjelaskan kronologis yang sebenarnya pada Kavian. Mereka hanya ingin kesalahpahaman ini selesai. Perkara pernikahan Anggika dan Kavian biarlah mereka berdua saja yang memutuskannya.
"Saya memang bodoh. Saya lupa memberitahu Anggika soal telpon itu. Saya lupa," ujar Adnan dengan rasa sesalnya. Andaikan hari itu dia tak lupa memberitahu soal telpon seseorang pada Anggika mungkin masalahnya tidak akan serumit ini.
"Pak Adnan tak perlu mengatakan hal itu. Sudah saya katakan ini murni kesalahpahaman. Saya juga yakin Anggika berpikir demikian. Lagipula posisinya saat itu Pak Adnan sedang sakit," ujar Adit berusaha menjelaskan pada Adnan bahwa ini bukan salah pria itu.
"Anggika juga tidak menyalahkan Anda bahkan kehadiran kami pun inisiatif kami sendiri. Anggika mungkin menceritakan tentang kesalahpahaman ini, tapi dia tak meminta apapun. Dia percaya bahwa semuanya memang sudah menjadi jalannya," jelas Nadin.
Adnan menghela napasnya. Niat hati ingin membiarkan Anggika hidup bahagia dengan rencana pernikahannya justru Adnan meninggalkan masalah untuk Anggika. Ya Tuhan, Adnan berani sumpah dia tak berniat jahat seperti ini pada Anggika.
"Saya harap Pak Adnan bersedia menemui Kavian. Saya tidak tega harus melihat sahabat saya bersedih terus menerus," ujar Nadin penuh harap.
Adnan mengangguk tanpa ragu. "Saya akan menemui Kavian. Saya pun tidak mau jika Anggika bersedih. Saya mau dia bahagia."
"Terima kasih, Pak. Terima kasih," ujar Nadin dan Adit serentak. Mereka bahagia karena Adnan tak menolak permintaannya.
Setelah dirasa masalah selesai, Adit dan Nadin memilih pamit. Mereka merasa tak enak pada mamanya Nadin karena menitipkan Tania.
Adit menggenggam tangan Nadin erat. "Aku senang akhirnya semuanya akan selesai."
Nadin tersenyum. "Ya, aku juga senang. Anggika berhak bahagia."
"Sama seperti kita," ujar Adit sembari menatap sang istri dengan senyuman jahilnya. Nadin hanya membalas itu dengan senyumannya.
***
Sejak pertengkarannya semalam dengan Anggika sampai sekarang jam makan siang, Kavian merasa hidupnya berantakan. Dia tak nafsu makan. Makanan kesukaannya pun tak mempan untuk meningkatkan nafsu makannya.
Semua yang Anggika katakan terus saja terngiang di pikiran Kavian. Anggika begitu terluka karenanya, dan Anggika juga berhasil melukainya. Mereka sama-sama melukai.
Fauzi yang selalu siaga pun hanya bisa menghela napasnya saat melihat sahabatnya itu tak mau makan. "Mau sampai kapan, Vi? Enggak makan, enggak akan bikin semuanya selesai," ujar Fauzi sembari mendudukkan diri di depan Kavian.
Kavian menggeleng. "Gue enggak tahu," jawabnya.
"Kalian tuh masih sama kayak dulu. Sama-sama keras kepala. Bedanya dulu lo akhirnya mau ngalah, tapi gue lihat sekarang enggak ada harapan buat itu," ucap Fauzi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berjodoh Dengan Mantan? [ Completed ]
Genel KurguSemua berawal dari pesan yang dikirim oleh nomor tak dikenal di hari ulang tahunnya, dan di hari yang sama orangtuanya mengatakan bahwa ada seseorang yang melamarnya. Hal itu tentu membuat Anggika harus pulang ke kota asalnya karena dia sudah berjan...