30. Kapan Hamil?

4.6K 261 7
                                    


"Terkadang pertanyaan sepele tentang kehamilan bisa mengguncang mental seseorang. Jadi, selagi bisa menutup mulut untuk tak bertanya maka jangan sesekali menanyakannya."

🌱

Tak terasa akhir tahun pun sudah di depan mata, dan itu artinya pernikahan Kavian dan Anggika sudah berjalan hampir empat bulan. Namun, sampai saat ini belum ada tanda-tanda Anggika hamil.

Sepulang dari Lombok, Anggika pernah telat mentruasi namun ternyata dirinya tak hamil karena beberapa hari kemudian Anggika menstruasi. Itu adalah titik terendah bagi Anggika. Sejak hari itu, Anggika menjadi lebih pendiam dari biasanya. Bahkan beberapa hari yang lalu pun, Anggika memutuskan untuk berhenti bekerja. Anggika merasa tubuhnya tidak kuat lagi.

Kavian senang akhirnya Anggika berhenti bekerja namun dirinya tak pernah menyangka jika alurnya akan seperti ini. Kavian ingin Anggikanya yang dulu. Anggika yang ceria dan penuh tawa.

"Ada acara sore nanti sama warga. Kamu mau ikut?" tanya Kavian pada Anggika yang tengah duduk di depan teras.

"Acara apa?" Anggika balik bertanya.

"Pengajian rutin di sini. Nanti pasti banyak orang. Mau ikut?" jawab Kavian.

"Nanti aku bakalan ditanya kapan hamil enggak?"

Deg.

Kavian tak kuasa menahan rasa sesak di dadanya saat pertanyaan itu Anggika tanyakan. Akhir-akhir ini memang pertanyaan itulah yang sering menghampiri keduanya. Hal itu juga yang membuat Anggika seperti saat ini. Anggika itu pemikir jadi beginilah jadinya.

"Pasti ada, tapi jangan diambil pusing. Lagian niat kita mau pengajian bukan pamer kehamilan atau segalanya," balas Kavian berhati-hati.

Anggika menghela napasnya. "Aku capek. Baru tiga bulan nikah aja udah banyak pertanyaan kayak gitu. Aku maunya kayak orang-orang bisa menikmati meski belum ada anak, tapi aku enggak bisa."

"Kan ada aku. Kamu pasti bisa, Sayang. Percaya sama aku, oke?"

Anggika menatap suaminya itu. Ada senyum manis yang tak pernah pudar Kavian berikan padanya. Harusnya Anggika beruntung memiliki Kavian sebagai suaminya. Kavian mungkin tak sempurna namun Kavian terlampau baik untuk dirinya.

"Maafin aku, ya. Aku kacau banget. Kerjaan enggak bener, rumah juga kadang enggak bener. Semuanya aja. Pikiran aku lagi enggak baik-baik aja," ujar Anggika setulus mungkin.

Kavian tersenyum sembari menganggukkan kepalanya. "Enggak papa, Sayang. Aku paham kok. Pelan-pelan kita perbaiki lagi, ya?"

Akhirnya, Anggika menyunggingkan senyumannya. "Makasih ya."

***

"Teh Anggika apa kabar? Sudah lama tidak lihat Teteh keluar rumah. Sudah berhenti kerja, ya, Teh?"

Anggika tersenyum lebih dulu menanggapi pertanyaan itu. "Iya, Bi. Aku udah berhenti kerja beberapa waktu lalu."

"Bagus, Teh. Diam di rumah ngurus rumah sama suami aja. Pahalanya besar, Teh."

"Iya, Bi."

Penanya itu, Bi Susan nampak menatap Anggika. "Tapi kayaknya Teteh kurusan. Maaf banget ya, Teh. Aduh saya teh salah ngomong."

"Enggak papa, Bi. Anggika emang kurusan. Turun tiga kilo."

"Ya ampun, Teh. Kenapa atuh? Jangan terlalu banyak pikiran, Teh. Si aa Kavi nuntut Teteh atau gimana? Duh ya ampun jadi melebar ya, Teh."

Berjodoh Dengan Mantan? [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang