Jika orang-orang melihatnya kamu lebih mencintai aku maka aku yakin Tuhan lebih tahu bahwa akulah yang lebih mencintai kamu.
🌱
"Anggika, lo parah banget sih!"
Anggika mengernyit dahi, dia bingung apa maksud dari ucapan Fauzan. "Apaan?" Akhirnya, ia bertanya.
"Suami sendiri dibikin galau. Dimana lo sekarang?"
"Galau apaan? Gue ngapain? Gue di rumah sama Kavi. Kita baru pulang dari rumah ayah. Kenapa? Mau ke sini?"
"Enggak ah. Lagian tujuan gue nelpon lo bukan itu."
"Terus?"
"Jangan bikin si Kavi galau, Anggika Wulandari."
Anggika menghela napas. "Dari tadi lo ngomong galau-galau, gue enggak paham. Apa sih? Jelasin!"
"Lo beneran ya asalnya mau nolak si Kavi?"
Seketika Anggika mengerti ke arah mana pembicaraan ini. "Ini si Kavi cerita sama lo? Kok bisa sih? Ya Allah, suami gue over thinking banget perasaan."
Terdengar suara di seberang sana. Tentu itu suara Fauzan. "Lo kayak enggak tahu dia aja, Ka. Makanya kalau ngomong jangan ngadi-ngadi, Ka. Sana bujuk, peluk kek, elus kek, apa kek."
"Oke, gue tutup ya. Mau ke Kavi dulu."
"Manggilnya juga jangan nama dong. Sumpah lo kagak ada romantis-romantisnya jadi istri."
"Ck. Gimana nanti aja deh. Assalamualaikum."
Anggika langsung mengakhiri panggilan itu tanpa mau mendengar jawaban Fauzan. Dia merasa bersalah pada Kavian. Lagipula bukankah pagi tadi sudah ia jelaskan pada Kavian.
Anggika tersenyum lega saat melihat Kavian ada di kamar. Namun, pria itu nampak sibuk memandang laptop di depannya. Perlahan, Anggika mendekati suaminya itu.
"Lagi apa?" tanya Anggika tepat saat dirinya berdiri di samping Kavian bahkan tangannya sudah bertengger manis di pundak Kavian.
"Lagi ada kerjaan. Maaf cuman cara ini yang bisa bikin aku sedikit lupain apa yang aku pikirkan sekarang." Kavian bahkan tak berani mengalihkan pandangannya dari laptop padahal Kavian sangat menyukai saat dirinya bisa memandang wajah sang istri.
Anggika menghela napasnya. Dia paham Kavian sedang dalam mode yang tidak bisa dijabarkan oleh kata-kata. "Aku mau ngomong. Boleh enggak? Bentar aja. Emang kerjaan kamu penting banget, ya?"
"Bahkan kamu lebih dari penting dari apapun, Sayang. Aku bahkan rela mengorbankan diri sendiri demi kamu." Ingin sekali ia mengatakan itu sebagai jawaban. Namun, pada akhirnya Kavian hanya menganggukkan kepalanya saja.
***
"Aku tahu apa yang bikin kamu berubah. Aku minta maaf kalau omongan aku bikin kamu jadi kayak gini. Aku benar-benar merasa bersalah."
Kavian dan Anggika saling berhadapan. Keduanya duduk di atas karpet yang ada di kamar keduanya. Anggika menatap Kavian dengan rasa bersalahnya, dan Kavian pun demikian. Dia tak pernah mau membuat Anggika seperti ini. Dia hanya butuh waktu sebentar saja.
"Bukan salah kamu. Aku yang salah. Aku yang enggak tahu diri tiba-tiba datang gitu aja. Aku paham," jawab Kavian.
Anggika spontan menggeleng. "Enggak, kamu enggak salah. Aku aja yang pengecut. Dari dulu aku tahu siapa yang benar-benar ada di hati aku, tapi aku terlalu pengecut untuk mau mengakui itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Berjodoh Dengan Mantan? [ Completed ]
قصص عامةSemua berawal dari pesan yang dikirim oleh nomor tak dikenal di hari ulang tahunnya, dan di hari yang sama orangtuanya mengatakan bahwa ada seseorang yang melamarnya. Hal itu tentu membuat Anggika harus pulang ke kota asalnya karena dia sudah berjan...