"Pada hakikatnya kenyamanan hadir bukan karena waktu namun karena ketulusan yang kita beri di pertemuan itu."🌱
"Halo, Mbak."
"Iya, Ziva."
"Maaf ya, Mbak. Maaf banget nih ganggu waktunya."
"Enggak, Ziva. Santai aja. Ada apa?"
"Siapa?" tanya Kavian yang baru saja mendudukkan diri di samping Anggika.
"Ziva," jawab Anggika.
"Oh."
"Iya."
"Mbak lagi sibuk, ya?"
"Enggak, Ziva. Ini tadi Kavi nanya doang kok. Kamu jangan ngerasa enggak enak, Ziva. Santai aja. Ada apa?" Anggika masih berusaha membujuk Ziva untuk mengatakan tujuannya menelpon dirinya.
Di sebrang sana, Ziva tersenyum. "Mbak tahu enggak sih meski kita cuman ketemu kemarin aja, tapi aku ngerasa nyaman banget sama Mbak. Tadi waktu lihat-lihat foto kemarin, aku jadi inget Mbak apalagi soal kerudung Mbak. Kerudungnya masih ada di aku, Mbak."
"Kamu bisa aja ya, Va. Soal kerudung, enggak usah dipikirin. Buat kamu aja. Kamu cantik lho kalau pakai kerudung," balas Anggika. Kavian yang berada di sampingnya pun hanya diam meski diam-diam juga pria itu berusaha mendengar apa yang sebenarnya sedang mereka bicarakan.
"Makasih ya, Mbak, tapi kalau bisa aku mau minta tolong sama Mbak boleh enggak?"
"Minta tolong apa?"
"Temenin aku beli baju-baju panjang yuk, Mbak. Sekalian sama kerudungnya."
Deg.
Anggika tertegun mendengarnya. "Ma-maksud kamu, kamu mau belajar pakai hijab?"
"Iya, Mbak. Sejak SMA, mama selalu minta buat aku berhijab, tapi aku ngerasa belum pantas. Kemarin waktu pakai hijab punya Mbak, aku ngerasa nyaman. Aku ngerasa dapat hidayah buat selamanya kayak gitu. Mbak mau kan temenin aku? Kalau bisa berdua, ya, Mbak. Banyak yang mau aku omongin sama Mbak."
"Mau, Va. Mau banget. Nanti share lock aja sama aku, ya. Janjian di tempat aja."
"Oke, Mbak. Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam."
Pip.
Anggika nampak berseri-seri membuat Kavian yang berada di sebelahnya pun menyerngit heran. "Kamu kenapa sih?" tanya Kavian akhirnya.
"Rahasia," jawab Anggika tanpa melunturkan senyumannya. "Oh iya, aku minta izin buat girls time with Ziva. Boleh, ya? Boleh?"
"Katanya kakinya bengkak. Pegal juga."
"Iya sih, tapi aku mau ketemu Ziva. Aku janji sebelum jam delapan udah pulang. Jam delapan kita langsung otw ke rumah papa mama, ya. Boleh, ya?" Anggika menggerak-gerakkan tangan Kavian. Berusaha memasang wajah memelasnya dengan baik dan benar agar Kavian mau memberinya izin.
"Yaudah iya."
And see? Kavian tak akan pernah bisa menolak keinginan istrinya.
***
"Maaf, Fara. Ini Kavi. Anggika lagi keluar. Ponselnya ketinggalan."
Kavian menggelengkan kepalanya saat mengetahui jika Anggika melupakan ponselnya. Bisa-bisanya Anggika melupakan barang sepenting ponsel. Bagaimana jika terjadi apa-apa nantinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berjodoh Dengan Mantan? [ Completed ]
General FictionSemua berawal dari pesan yang dikirim oleh nomor tak dikenal di hari ulang tahunnya, dan di hari yang sama orangtuanya mengatakan bahwa ada seseorang yang melamarnya. Hal itu tentu membuat Anggika harus pulang ke kota asalnya karena dia sudah berjan...