Chapter 6Apo melirik pantulan dirinya di dalam cermin yang ada di kamarnya. Pakaian yang terlihat berkelas dan perhiasan kecil berupa bros berlambang kerjaan Florent. Kata Fian, bros itu memang selalu dibuatkan khusus untuk Luna maupun Luna terpilih di kerajaan ini. Berbentuk bulan yang di dalamnya terdapat burung Phoenix berwarna gold. Satu kata untuk dirinya hari ini, sempurna.
"Luna sangat rupawan." Puji Fian dengan tulus pada tuannya, laki-laki cantik itu tidak bisa menyimpulkan hal apa yang di pancarkan oleh sang Luna, cantik dan tampan seakan semua menyatu sempurna. Tubuh tinggi menjulang dan tentu saja aura mahal yang di pancarkan Lunanya tidak bisa ditiru oleh siapapun.
Fian juga memperbaiki penampilannya karena dirinyalah yang akan menemani Apo untuk ke istana.
"Luna sudah siap?" Tanya pelayannya pada Apo.
"Iya"
"Luna akan di jemput Tony."
"Tony?" Tanya Apo sekali lagi.
"Pengawal kepercayaan Yang Mulia Great Prince."
Apo tidak menjawab, dirinya sedikit malas sebenarnya untuk berurusan dengan segala hal yang berhubungan dengan Mile. Memangnya tidak ada orang lain yang menjemputnya? Mengapa harus orang kepercayaan langsung dengan pria itu sih?!
"Luna, selain dengan Great King Alpha dan juga Great Luna, Luna akan berhadapan dengan tetua istana yang ganas dan suka memakan orang."
Apo menatap Fian sembari menautkan alisnya tidak mengerti.
"Orang-orang yang tidak segan memberikan kritikan menusuk saat Luna tidak sengaja melakukan kesalahan bahkan yang ukurannya sekecil tungau sekalipun."
"Oh kalau di duniaku yang dulu namanya netizen, Fian." Kini balik Fian yang tidak mengerti dengan hal yang dibicarakan Lunanya.
"Sekumpulan orang yang tidak memiliki pekerjaan yang setia memperhatikanmu dan tentu saja kalau salah sedikit, kau akan di berikan komentar buruk yang sangat menyakiti hatimu."
"Jadi namanya netizen?" Apo tertawa geli.
"Ya, tapi memangnya seburuk apa tetua istana itu?"
"Pokoknya sangat buruk, Luna bahkan sering menangis dulunya karena bertemu mereka sehingga Luna akan selalu menghindar apabila mendapat undangan pertemuan dengan tetua."
Apo tersenyum miring, dulu dirinya sudah sering dan seakan sudah kebal dengan berbagai komentar buruk maupun rundungan, mungkin saat ini Apo harus memamerkan mental bajanya yang sudah terasah semakin kebal.
"Fian, untuk kali ini aku ingin menghadapi mereka."
"Baik Luna, sepertinya Tony sudah menunggu di depan." Lanjut Fian yang mendengar instruksi dari headset yang terpasang di telinganya.
Apo menyerahkan tasnya pada pelayan itu. Tas berukuran kecil yang berwarna perak dengan mutiara hitam di tali-talinya. Sengaja omega manis ini membawa tas kecil yang ringan di jinjingannya. Sejak pertama kali melihat koleksi tas si Luna asli, Apo merasa tertarik dengan kemewahan design-nya. Ada pula informasi yang pernah tanpa sengaja terbaca, bahwa mutiara hitam merupakan sebuah lambang kepercayaan diri yang absolut.
Berharap si tas mutiara akan membawa kebanggaan untuknya di hadapan para tetua.
••••
Apo terkagum-kagum dengan istana yang menjulang di depannya. Sebuah bangunan berkelas mewah dengan berbagai ornamen yang mungkin saja tidak bisa ia temukan di dunianya berasal. Saat memasuki gerbangnya saja, Apo melihat banyak guard berpakaian serba hitam dan maroon yang menjaga akses pintu utama. Apo sengaja tidak memperlihatkan ekspresi kagumnya, karena tidak ingin terlihat kampungan. Apo bersyukur karena dulu dia adalah seorang aktor. Pemuda berwajah tampan namun lebih ke cantik itupun tidak kesulitan membuat ekspresinya tetap datar seolah-olah ia sudah biasa melihat hal demikian.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARTIFICIAL OMEGA [COMPLETED]
Fanfiction[MILEAPO FANFICTION] Apo Nattawin Wattanagitiphat, aktor muda yang ingin berkarir lama di dunia selebritis, namun akibat tekanan agensi dan deskriminasi dari rekan sesamanya membuatnya depresi dan memutuskan bunuh diri dengan cara terjun dari balkon...