Acquaintance

9.1K 1K 116
                                    

Chapter 25

Apo duduk bersandar di kepala ranjang sembari membaca buku yang diberikan Mint. Masa heatnya sudah berakhir sejak semalam dan itu ditandai dengan cairan slicknya yang akhirnya berhenti berproduksi membuat perasaannya jauh lebih baik dan sekaligus badannya yang sehat membuatnya kembali ke keadaan semula.

Apo teringat dengan masa heatnya di hari kelima yang akhirnya ditemani Mile. Betapa manjanya dirinya saat itu. Selalu menempel kemanapun Mile pergi bahkan dengan tidak tau malunya dirinya memeluk Mile seperti bayi koala di gendongan induknya. Apo membayangkan masa itu dan akhirnya bergidik geli.

Omega itu memutuskan tidak memikirkan hal itu lagi dan kembali fokus dengan segala poin-poin yang ingin disampaikan buku yang tengah di bacanya. Salah satu halaman begitu menarik perhatiannya yang menyebutkan tentang moon weapon.
Apo berpikir dengan rumit karena yang disampaikan buku itu, moon weapon bisa berbentuk apa saja bahkan bentuk yang tidak pernah terpikirkan oleh mereka semua. Besar kemungkinan bahwa moon weapon itu berada pada makhluk hidup dan tugas omega itu sekarang adalah mencari benda atau makhluk hidup dengan ciri-ciri yang ada pada moon weapon. Akan tetapi dari mana dirinya harus memulai pencariannya. Sedikitpun tidak terbayang di otaknya mengenai bentuk atau ciri-ciri senjata itu.

Apo membuka halaman lain yang menuliskan beberapa petunjuk mengenai cara menemukan keberadaan benda itu.
Tiba-tiba bisa dirinya rasakan buku bersampul hijau itu bercahaya emas lalu setelahnya menjadi perak lalu meredup kembali.
Hampir saja omega itu melempar buku tersebut karena takut bahwa buku tersebut dirasuki hantu (?)

Ah lupakan saja, toh tempat ini memang segalanya masih menggunakan sihir yang kental, sehingga pemandangan tadi pastinya bukan hal yang menakutkan, pikir omega itu akhirnya.

Apo membuka halaman selanjutnya dan tampak tertarik dengan beberapa kata yang mengeluarkan siluet cahaya emas begitu tipis.
Baru dirinya sadari kalau halaman itulah yang bercahaya.

Bagian terdalamnya menjadi saksi
Apapun yang menghalangi akan musnah
Rasa yang dimilikinya tercium pekat
Cinta ada dalam setiap cahayanya
Orang orang berlarian
Tetap dia akan menjadi yang utama
Inti segalanya ada pada yang digenggam
Neraca keadilan siap ditegakkan
Neraka selalu ada untuk yang tercemar
Apinya membakar habis hingga ke tulang
Senar kebahagiaan terlihat tak sama
Indahnya alunan dawai pedang
Tiupan angin  pembawa kesakitan
Putih hitam tak lagi beda
Usianya kembali ke awal
Terlanjur retak berdampingan
Tidak ada yang kuasa menjadi saksi
Air matanya sudah tiada

Apo memegang kepalanya yang pusing. Semuanya terlihat sangat rumit dan teka-teki itu tidak sampai ke pikiran tumpulnya. Apa kiranya maksud dari kutipan puisi itu.

Mile menggeliat dalam tidurnya dan melihat sang mate yang masih terjaga dengan buku yang terbuka di atas pahanya. Waktu masih menunjukan pukul lima pagi.  Apo terlihat mengusak-usak kepalanya tanda omega itu di landa kebingungan.

“Tidak tidur?”

Tanya Mile dengan suara yang serak. Apo mengalihkan atensinya pada sang mate.

“Tidurku tidak tenang.”
Jawab Apo singkat.
Mile memeluk perut sang mate yang membuat omega itu meluruskan kakinya agar menyamankan posisi mereka.

“Ada hal yang menganggumu, omega?”

Tanya Mile lagi.

“Aku kesulitan tidur karena dikejar waktu untuk menemukan moon weapon.”

Ucap calon Great Luna itu dengan suara pelan dan terdengar agak frustasi

Mile langsung merubah posisinya agar menyamai posisi sang mate sembari ikut memperhatikan isi dari buku yang tengah Apo baca.

ARTIFICIAL OMEGA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang