At That Time

30.1K 1.6K 50
                                    


Disclaimer!
All character belong to God, BeOnCloud and themselves.
Cerita ini dibuat untuk mengekspresikan kecintaan ku pada KinnPorsche the series yang baru saja tamat sekaligus menuangkan kehaluanku pada para aktornya. Ide cerita terinspirasi dari drama korea, Mr.Queen dan Moon Lovers.

Enjoy!

“CUT!”
Teriakan tidak santai terdengar dari seorang laki-laki paruh baya yang sedari tadi fokus menilai akting para aktor. Pria itu tampak marah dan menahan emosinya terhadap seorang aktor yang sama sekali tidak mampu masuk ke dalam karakter yang dimainkannya.  Rasa murkanya membumbung tinggi diakibatkan tidak adanya peningkatan dari segi pendalaman karakter.

“Bodoh sekali! Sudah berapa bulan aku berikan waktu workshop, kau tetap saja tidak bisa mendalami karakternya!”

Laki-laki tinggi yang diteriaki demikian hanya bisa menunduk sembari meminta maaf karena merasa bersalah sekaligus malu. Siapa yang tidak malu diberi cacian di hadapan seluruh kru dan actor-aktor lainnya yang masih ada di dalam set? Lihatlah kini ia sudah benar-benar menjadi pusat perhatian.

Namun tatapan manusia yang berjejeran di sana tidak ada satupun yang mengiba. Ada yang justru tersenyum remeh ada juga yang memandang dengan mata bosan bersorot geram. Mereka semua muak dan kelelahan akibat  seringkali pekerjaan mereka terinterupsi karena seorang aktor yang bahkan bukan aktor utama di rasa selalu membuat masalah.

Mereka lelah, sungguh. Ingin sekali mereka ikut berteriak marah pada laki-laki jangkung itu, kalau belum siap bekerja harusnya tidak usah menerima tawaran peran. Mereka semua jelas memiliki deadline waktu yang sudah dekat.

“Aku lelah sekali, Po! Bisakah kau berusaha lebih keras?!” Pekik seorang wanita muda yang jadi lawan main si aktor kedua tampak sangat kesal.

Rupanya si wanita juga tidak mampu memberi empati tinggi terhadap si aktor figuran. Kaki panjang si wanita melangkah kesal meninggalkan pemuda itu sendirian di tengah set dan mencari stylistnya untuk memperbaiki riasan. Rasanya make-upnya turut luntur akibat tensi bertegangan tinggi yang dirinya rasakan akibat lawan mainnya.

“Kita break 15 menit!” Perintah si sutradara mengambil alih situasi. Terbesit rasa iba dalam hatinya karena ucapannya yang terlalu keras pada si aktor kedua. Namun apa mau dikata, sang pemuda harus diberitahukan dengan cara demikian agar bisa melakukan peningkatan lebih dari segi kualitas akting. 

Pemuda jangkung yang bernama Apo itupun, hanya bisa mengangguk patuh. Bahunya tampak lunglai dan terlihat tidak ada semangat.

Ada apa sebenarnya, kenapa ia tidak bisa berkerja dengan fokus dan mendalami karakter dari drama yang di mainkannya. Apa yang salah? Apo merasa dirinya telah berlatih sangat keras bahkan merelakan jam tidurnya hanya untuk menghapal dialog-dialog yang ada di dalam naskah.

Apo duduk jauh, sangat jauh dari pusat artis-artis yang menjadi rekan-rekannya di salam proyek lakorn tersebut. Hatinya dilanda resah. Kepalanya turut pening bahkan sampai tidak mampu merasakan lapar di perutnya padahal waktu sudah menunjukkan pukul dua belas siang.

Bukan tidak mau berbaur, aktor tidak terkenal seperti dirinya tentu saja tidak akan diterima di lingkaran superior aktor maupun kru di tempat itu. Daripada berakhir diusir atau tidak dipedulikan. Sepantasnya ia sadar diri dengan menjaga jarak.

“Kau lelah?” Tanya sang manager—Ping sembari menyerahkan satu cola dingin padanya.

Apo hanya mengangguk sebagai jawaban dan mengucapkan terimakasih setelah menerima minuman menyegarkan tersebut. Apabila boleh mengeluh, ia bukan hanya lelah fisik, namun hatinya pun ikut merasakan lelah termasuk mentalnya.

ARTIFICIAL OMEGA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang