Chapter 48Apo terbangun dalam keadaan yang kacau. Malam ini merupakan malam dimana dirinya akan menerima janin Sara. Apo tidak tau hal apa yang harus dirinya persiapkan selain keadaan tubuhnya yang harus sehat.
Omega itu kembali mengingat pertemuannya dengan Hera di dalam alam bawah sadarnya. Besar harapan Apo agar anaknya betul-betul dilindungi oleh Hera. Meskipun janji itu dirinya dapatkan dari sebuah pemaksaan dan rasa memelasnya. Tidak apa-apa, yang terpenting adalah anaknya mendapat perlindungan.Apo melirik ke arah pintu kamar yang sedari malam kemarin di kuncinya dari dalam. Pintu itu masih dalam keadaan seperti terakhir kali dirinya lihat. Tidak ada sedikitpun perubahan. Tiba-tiba pikirannya mengarah pada Mile. Apakah alpha itu sama sekali tidak berusaha menemuinya meskipun harus merusak pintu kamarnya sendiri? Ataukah tidak ada lagi cinta diantara mereka sehingga alpha itu tidak berusaha menemuinya?
Apo memijat kepalanya yang berpikir aneh-aneh. Bukankah hal tersebut keinginannya. Apo hanya ingin menikmati waktu sendirinya bersama sang calon anak dan tidak ingin diganggu oleh siapapun termasuk Mile. Namun tetap saja ada rasa ganjal yang sangat sulit dirinya deskripsikan.
Moon Goddess, mengapa keinginannya berubah dengan sangat cepat. Awalnya Apo tidak ingin diganggu Mile namun entah mengapa kini yang dirasakan Apo adalah rasa rindu yang menggebu-gebu pada matenya. Sehingga dirinya yang betul-betul ditinggalkan sendirian itu merasa sedih.
Bunyi ketukan di pintu kamarnya membuat Apo segera bangun dan membuka pintu kamar tersebut. Terpampang Mile yang sudah sangat rapi dalam balutan jas ivory sembari membawa nampan berisi beberapa menu sarapan yang terlihat sehat dan lengkap.
Laki-laki itu tersenyum kecil setelah melihat bayangan Apo yang masih terbalut piyama sutra menandakan bahwa omega itu baru saja terbangun dari tidurnya.“Bagaimana keadaanmu, Luna?”
Tanya Mile, sementara Apo tidak lekas menjawab dan malah menggeser tubuhnya agar memudahkan Mile masuk ke dalam kamar mereka.
“Tidak pernah sebaik hari ini.”
Bisik Apo yang hampir luput dari pendengaran sang alpha.
“Baby merepotkan papanya?”
Apo menggaruk hidungnya gesture bahwa masih agak canggung mendengar Mile menanyakan keadaan anak mereka.
“Dia anak baik sehingga aku juga tidak merasa direpotkan.”
Ucap Apo akhirnya. Mile berjalan ke arah meja di tengah-tengah sofa dan meletakan sarapan sang Luna di atas meja tersebut.
“Baby dan papa harus selalu dalam keadaan sehat.”
Apo tidak menunggu Mile menyelesaikan hal yang dilakukan dan langsung memeluk tubuh besar sang alpha dari belakang. Mile langsung tertegun dan mendatarkan ekspresinya. Perasaan yang sedari malam mengusiknya tidak bisa di sembunyikan lagi. Tidak pernah ada hal yang membuat alpha itu merasa lemah dan menangis namun lihatlah kini, matanya sudah berkaca-kaca dan air matanya sudah tidak bisa ditahannya akhirnya mengalir di pipinya.
Mile tidak bisa lagi berpura-pura kuat dan berpikir semuanya akan baik-baik saja. Keputusan sang Luna memiliki andil besar mengacaukan perasaannya dan membuat hatinya menderita.
“Hia.. Maaf..”
Bisik Apo pelan sembari mempererat pelukannya pada tubuh Mile. Sang Alpha langsung membalikkan tubuhnya dan membalas pelukan omega yang enam tahun lebih muda darinya itu. Apo tau, mempertahankan darah dagingnya tanpa meminta pendapat Mile yang notabene masih matenya merupakan sebuah keputusan egois. Seolah-olah dirinya tidak menghargai pendapat dan masukan dari sisi Mile. Namun Apo hanya takut, apabila menunggu keputusan Mile, maka dirinya akan kehilangan anaknya tanpa berusaha memperjuangkan hal tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARTIFICIAL OMEGA [COMPLETED]
Fiksi Penggemar[MILEAPO FANFICTION] Apo Nattawin Wattanagitiphat, aktor muda yang ingin berkarir lama di dunia selebritis, namun akibat tekanan agensi dan deskriminasi dari rekan sesamanya membuatnya depresi dan memutuskan bunuh diri dengan cara terjun dari balkon...