Chapter 49
Warn!
- Karena ini chapter yang sangat panjang, bacanya pelan-pelan ya!
- Please jangan dibawa cemas dengan cerita ini^^Enjoy!
Apo tengah berada di sebuah tempat asing yang berdiri megah saat pertama kali membuka matanya. Bangunan besar yang terbuat dari kristal-kristal es tersebut sama sekali tidak membuatnya kedinginan. Omega itu tertegun sejenak karena dirinya berdiri canggung di tengah jembatan kecil yang terlihat begitu rapuh. Apo memandang ngeri aliran air sungai jernih namun deras dibawahnya. Apo mulai melangkah dengan begitu hati-hati, takut apabila terlalu bersemangat, membuat jembatan tersebut retak dan membahayakan nyawanya. Meskipun lututnya sudah lemas dan kakinya gemetaran, Apo tetap memaksakan kakinya untuk berjalan.
Hembusan angin membelai kulitnya yang terbalut busana seperti terakhir dirinya kenakan. Suit dan shirt berwarna maroon gelap namun bedanya kini tidak ada penutup mata yang menghalangi pandangannya.
Apo merasa asing, namun hatinya berkata untuk terus ke depan, seperti ada hal yang memang menunggunya.Matanya kembali memancarkan segala kekagumannya. Bangunan tersebut mulai mengeluarkan kabut dan cahaya biru yang terasa begitu memanjakan matanya. Dimana sebetulnya dirinya. Diedarkan pandangan matanya mencari seseorang atau mungkin sesuatu yang bisa memberikannya clue mengenai tempatnya berada saat ini.
Bunyi kepakan sayap yang tepat berada di belakangnya membuat Apo berjengit kaget dan langsung membalikkan tubuhnya. Terlihat burung besar berwarna emas dengan cahaya yang senada dengan warna cahaya istana kristal es di depannya. Matanya membola semakin tidak percaya karena kini burung tersebut mendarat tepat di depannya.
Burung itu sangat indah dengan sayap besar ditambah dengan matanya yang juga berwarna biru mengkilap membuat Apo kehilangan kata-katanya.
"Selamat datang, Luna."
Ucap burung itu."Phoenix?"
Ucap Apo ragu-ragu. Matanya menatap lurus ke dalam mata burung tersebut. Terasa ada sebuah energi yang mengikat mereka sehingga membuat Apo sama sekali tidak merasa takut. Tangannya bergerak secara otomatis untuk menyentuh kepala burung besar yang dipanggilnya Phoenix itu yang membuat burung tersebut memejamkan matanya."Moon weaponku sudah lengkap?"
Tanya Apo pada udara kosong. Apo tidak berekspektasi Phoenix akan menjawab karena Apo merasa mungkin Phoenix sama seperti Hera dan juga Tin yang memintanya untuk mengumpulkan segala teka-teki dan menyimpulkan sendiri alih-alih memberinya jawaban yang jelas. Namun tidak lama setelah itu, Apo teringat dengan ucapan Irish, saat dirinya berhasil menemukan moon weaponnya, kepingan ingatan masa lalunya akan kembali dan apabila sudah menyatu dengan lengkap, maka Phoenix akan menunjukkan wujud padanya.
Apo meneguk ludahnya. Berbentuk apa moon weaponnya yang satu lagi, mengapa Apo sama sekali tidak menyadarinya?Tiba-tiba sebuah busur panah berukuran besar yang lengkap dengan anaknya melayang-layang tepat di atas kepalanya. Apo mendongak dan tangannya secara hati-hati mencoba menyentuh senjata tersebut.
Apo terdiam kaku karena kini kedua benda yang saling berhubungan tersebut tidak lagi memberinya serangan berupa sengatan listrik seperti sebelum-sebelumnya.
Hatinya merasa cukup kaget namun berbagai pertanyaan kembali bersarang di kepalanya karena Phoenix tidak kunjung menjawab pertanyaannya.
"Janin yang kau pertahankan merupakan moon weaponmu, Luna dan cincin yang diberikan Hera merupakan energi yang membangkitkannya."
Jawab sebuah suara yang terdengar tidak asing. Mata Apo melirik ke arah samping kiri, seorang laki-laki berparas manis dan imut dengan pakaian serba putih dan mahkota es di kepalanya membuat penampilannya begitu bersinar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARTIFICIAL OMEGA [COMPLETED]
Fanfiction[MILEAPO FANFICTION] Apo Nattawin Wattanagitiphat, aktor muda yang ingin berkarir lama di dunia selebritis, namun akibat tekanan agensi dan deskriminasi dari rekan sesamanya membuatnya depresi dan memutuskan bunuh diri dengan cara terjun dari balkon...