Chapter 22Apo sudah menyelesaikan acara mandinya dan kini sudah memakai jubah milik Mile yang entah sejak kapan selalu dipakainya saat sang Great Prince tidak ada di sekitarnya.
Saat ini, perasaannya sudah jauh membaik dibandingkan saat sebelum mandi. Omega itu begitu senang karena kasurnya sudah tidak berantakan dan terlihat bantal berbentuk lingkaran di atas tempat tidurnya layaknya sebuah sarang.
Apo sudah akan melompat ke atas kasur dan kembali bergulung nyaman di sana, namun pandangannya gagal fokus terhadap serbuk-serbuk yang berbentuk seperti tepung namun berwarna emas. Apo tidak menyukai ini, siapa yang membersihkan tempat tidurnya. Sangat tidak becus. Tidak mungkin serbuk seperti ini bisa lolos dari pembersihan kecuali yang bertugas membersihkannya memang lalai. Apalagi serbuk itu tidak bisa dikatakan sedikit, justru jika dikumpulkan mungkin memiliki berat sekitar seratus gram.
Apo memanggil Fian, dan meminta agar servantnya itu kembali membersihkan tempat tidur itu sebelum dirinya berbaring kembali. Dengan hati-hati pelayan muda itu membersihkan kasur Lunanya namun entah mengapa serbuk yang tercecer di atas kasur itu terlihat sangat mencurigakan.
Fian yang awalnya hanya ingin menyapu kasur, langsung merubah rencananya untuk mengganti matras, linen dan juga bantal-bantal sang Luna dengan memanggil petugas kebersihan yang biasa membersihkan kamar Great Prince itu. Bukan tanpa alasan Fian memproteksi Apo dengan begitu kuatnya. Pria cantik itu begitu mengkhawatirkan sang Luna. Apalagi yang dirinya dengar, Lunanya di permalukan oleh tetua di pertemuan kemarin. Banyak yang iri terhadap Luna itu yang tanpa sadar menjadikannya sasaran empuk pelaku kejahatan istana.
Sebelum petugas kebersihan yang baru datang, Fian mengumpulkan serbuk itu lalu memasukannya ke dalam wadah kecil yang tertutup.
"Aku tidak mau kamarku dibersihkan lagi oleh petugas kebersihan tadi. Mereka tidak bisa bekerja dengan baik."
Ucap sang Luna sembari memakan sarapannya di sofa yang tersedia di kamar itu.
"Baik, Luna. Mereka memang pelayan baru. Aku akan mengganti mereka besok. "
Ucap Fian.
"Luna, apakah serbuk ini milik Great Prince?"
Tanya pelayan itu, menunjukkan serbuk emas yang dirinya temukan di atas bed sang Luna.
"Untuk apa dia memiliki hal semacam ini? Aku tidak pernah melihatnya."
"Baiklah, mungkin aku akan menanyakan pada kru Mook saja, Luna. "
Apo penasaran dengan serbuk itu dan meminta agar serbuk itu disimpan olehnya saja. Biar nanti dirinya saja yang mencari tau fungsi dan nama dari serbuk itu.
Apo kembali teringat, banyak yang tidak setuju dengan dirinya terpilih menjadi Luna, tidak menutup kemungkinan orang-orang yang tidak menyetujui statusnya akan mencelakainya dengan mudah apabila dirinya tidak aware dan target mereka selain mencelakainya adalah membuatnya menghilang selamanya di dunia.
Dirinya harus waspada. Tidak akan rela dirinya mati begitu saja tanpa bisa mengantarkan dan menemani Mile naik tahta nantinya. Enak saja mereka ingin bermain-main dengannya. Kalian tidak sedanf menghadapi anak lugu berusia delapan belas tahun, namun menghadapi laki-laki dewasa yang sudah khatam merasakan penderitaan di dunia.
Akan dirinya cari sampai akar tikus-tikus brengsek itu. Di kepalanya seakan sudah ada daftar nama orang-orang yang dirinya curigai memiliki potensi mencelakainya.
Setelah petugas kebersihan selesai menata 'sarang' baru untuk sang Luna. Omega itu juga telah menyelesaikan sarapannya dan meminum obat yang katanya mampu menetralkan perasaan tidak enak pada tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARTIFICIAL OMEGA [COMPLETED]
Fanfiction[MILEAPO FANFICTION] Apo Nattawin Wattanagitiphat, aktor muda yang ingin berkarir lama di dunia selebritis, namun akibat tekanan agensi dan deskriminasi dari rekan sesamanya membuatnya depresi dan memutuskan bunuh diri dengan cara terjun dari balkon...