Chapter 37Sudah lebih dari seminggu lamanya Jeff meminta pada Mint untuk dipersiapkan ritual pemutusannya bersama Tin. Dalam waktu tersebut Minor Prince itu betul-betul menghindari segala pertemuannya dengan adik Mook itu. Meskipun bisa Jeff rasakan setiap hembusan napasnya terasa amat berat karena dirinya tidak bisa dengan bebas memeluk dan menghirup feromone sang mate di waktu titik terendahnya.
Entah sejak kapan dirasakannya bahwa aroma manis Tin menjadi salah satu aroma yang sangat menenangkan wolfnya. Di tengah langkahnya yang mulai bimbang, Jeff memaksakan dirinya harus tetap berkomitmen pada prinsipnya untuk tetap membujang dan tidak boleh goyah hanya karena terpengaruh perasaan.
Pangeran Minor itu meremas gelas wine di tangannya. Hatinya mulai tidak tentu arah. Memang benar sejarah mengatakan bahwa sampul ikatan mate akan membawa pengaruh besar dan Jeff tidak menolak kenyatan itu. Kini dirinyalah yang merasa begitu tertekan karena tidak bisa berinteraksi bebas bersama Tin.
Padahal itu semua karena keputusannya sendiri.
Jeff melempar gelas di tangannya ke arah tembok hingga hancur berkeping-keping. Hatinya terasa nyeri karena prinsipnya yang dirinya buat sendiri. Sepintas terbesit dipikirannya mengatakan bahwa dirinya merasa menyesal dengan keputusannya itu. Namun apabila tidak dilakukan, maka masa depan yang dirinya takutkan akan terjadi, dan Jeff tidak menginginkan hal itu.
Bunyi ketukan di kamar pribadinya mengalihkan lamunannya menatap ke arah luar jendela.
Dengan setengah hati, Jeff melangkah mendekati pintu masuk kamarnya dan membukanya. Tepampang wajah manis Tin yang tersenyum tipis ke arahnya. Jeff sedikit terkejut dengan kedatangan Tin yang mampu masuk ke area paviliunnya, dimana seharusnya tidak sembarangan orang dapat menerobos pintu gerbangnya. Meskipun guardsnya tidak sebanyak guards milik kakaknya namun tetap saja, sebelum orang asing masuk ke ara paviliunnya bahkan dalam kasus Tin, anak itu bisa sampai masuk ke dalam paviliun itu seharusnya bisa membuat Jeff murka.Namun pada kenyataannya yang terjadu, lidahnya terasa kelu, tidak mampu sedikitpun alpha itu mengeluarkan kalimat dari bibirnya.
“Boleh aku masuk, Phi Jeff?”
Jeff masih tertegun di posisinya namun sedetik kemudian dirinya sadar bahwa pertemuannya dengan Tin hanya akan menggoyahkan perasannya. Jeff membenci hal itu, dimana dirinya menjadi tidak berdaya hanya karena sebuah ikatan kuno yang menyebabkan segalanya harus berjalan sesuai dengan garis takdir. Tidak bisakah The Almighty menciptakan mate agar ditemukan sendiri?
Tidak perlu harus mentakdirkan mereka memiliki pasangan jiwa semenjak lahir sehingga mereka bisa memilih dengan siapa mereka harus bersama dan ikatan mate itu juga menyulitkan mereka yang ingin membujang seumur hidup.
“Tin, siapa yang mengizinkanmu kemari?”
Tanya Jeff datar, Tin masih setia dengan senyumnya seolah tidak terpengaruh dengan ucapan Jeff yang terkesan mengusirnya.
“Aku datang sendiri, Phi Jeff. Tidak bolehkah aku mengunjungi mateku sendiri?”
Tanya Tin membalikkan pertanyaan Jeff dengan pertanyaannya. Jeff sedikit tersulut emosi mendengar ucapan Tin yang terkesan meremehkannya. Nada yang diucapkan anak itu betul-betul tidak mencerminkan sebuah respect terhadap perasaannya dan juga kelakuannya yang menerobos masuk ke dalam paviliunnya membuktikan bahwa Tin juga tidak menghormati privasinya. Hal yang pula menganggu pikirannya adalah selama ini Tin sudah mengetahui ikatan mereka?
“Kau sudah sadar dari awal bahwa kita sepasang mate?”
Tin mengangguk polos, bersandiwara kembali menjadi seseorang yang lugu.
“Kau memilih diam dan tidak mengatakan sejak awal?”
“Aku juga baru sadar beberapa waktu ini phi Jeff.”
KAMU SEDANG MEMBACA
ARTIFICIAL OMEGA [COMPLETED]
Fanfiction[MILEAPO FANFICTION] Apo Nattawin Wattanagitiphat, aktor muda yang ingin berkarir lama di dunia selebritis, namun akibat tekanan agensi dan deskriminasi dari rekan sesamanya membuatnya depresi dan memutuskan bunuh diri dengan cara terjun dari balkon...