BAB 56

3.5K 721 36
                                    

🌿🌿🌿

Encik Mina dan ketiga anak muridnya keluar dari tempat nan gelap dan pengap itu. Meninggalkan suruhan berong yang kini terkapar di tanah. Nala sempat bertanya bagaimana Encik Mina bisa bebas dan mengalahkannya. Encik Mina menjawab kalau ia mengeluarkan tanaman jalar berduri dari tubuhnya.

"Lagi pula orang hebat yang mereka kira Nyai Romia disekap seperti orang biasa. Berani-beraninya menganggap remeh orang nomor satu di Archipelagos. Kalau mereka cerdas, harusnya mereka memasukkanku ke dalam tong besi anti elemen sihir. Belum lagi mereka lupa mengambil kelat bahuku. Benar-benar bodoh. Jadi lihatlah buktinya anak-anak, seberapa pun besarnya kekuatan kalian kalau tidak punya otak tidak akan ada gunanya juga."

Nala dan Ayu tertawa mendengar celotehannya. Terus lanjut Encik Mina menjelaskan kalau ia menggunakan tanaman kecubung untuk membius para penjahat yang menahannya. Tanaman yang bunganya berbentuk terompet yang memang berkhasiat untuk anestesi.

"Kalau anda bisa membebaskan diri lebih awal. Kenapa menunggu datangnya bantuan?" tanya Lexan. "Kami bisa langsung menggunakan waktunya untuk menyelamatkan Nyai."

Pertanyaan Lexan membuat Nala dan Ayu tersadar. Benar juga.

Encik Mina tertawa kecil. "Aku akan memberitahukan kalian alasannya. Tetapi bukan di sini."

Mereka berhasil keluar setelah melalui lorong panjang, Ayu dengan sihir elemen tanamannya menumbuhkan tanaman di tanah milik Drio. membuat tanah hancur hingga pintu terbuka.

Keempat anak itu berjuang. Mereka terlihat kewalahan karena manusia-manusia berpakaian tertutup serba hitam bukan hanya pandai memainkan senjata. Beberapa diantara mereka juga pandai mengendalikan elemen.

"Waw sepertinya ada pertunjukan di sini."

"Encik Mina?!!"

Drio dan Tanra terkejut disusul disusul Bastian dan Sanja..

"Apa yang anda lakukan di sini?" tanya Bastian, matanya terbelalak sementara tangannya masih fokus menyerang.

Encik Mina menjelaskan kalau ia dan Nyai Romia sudah merencanakan ini. Ia menoleh. "Sampaikan kepada pemimpin kalian. Kami tak sudi menyerahkan Archipalegos padanya, cuih..."

Dia melambaikan tangan. Terdengar bunyi burung berkicau yang nyaring sekali. Muncul bayangan yang sejajar dengan bulan. Tak ada yang bisa melihatnya kecuali Nala. Ia melihat ada bayangan burung raksasa yang turun menuju mereka.

Dari balik awan muncul burung maleo yang menyusur turun menghancurkan kerangka kapal.

Encik Mina menyuruh ketujuh anak itu naik.

"Cepat! Tak ada waktu lagi."

"Bisa kah Bu?" tanya Ayu khawatir.

"Ya anak-anak. Kalian tak ingat anakan burung maleo malang hari itu, inilah dia. Naik cepat sebelum manusia-manusia sampah ini menyerang."

Mereka berdelapan terbang, menyisakan kapal hancur membuat manusia berpakaian serba hitam itu menggerutu kesal. Anak-anak itu bersorak kegirangan.

"Kalian ingat Nala, Ayu. Ini burung maleo yang kusembunyikan tempo hari," kata Encik Mina.

"Wah benarkah?"seru Ayu. "Dia sudah besar."

"Terbanglah burung hebat!" Nala berteriak saat mereka menembus awan dan melihat pemandangan di bawah.

Kebahagiaanyaa surut tatkala mereka memandang dari kejauhan Archipelagos diserang. Sementara terlihat awan-awan di atas Archipelagos yang semula hitam menggumpal kini berubah warna, laksana ada air yang melindungi. Radar perlindungan telah aktif.

[TERBIT] ARCHIPELAGOS 1 (Wizarding School in Nusantara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang