⛰️⛰️⛰️
Matahari terbit dari peraduannya. Murid-murid sudah berkumpul di depan aula utama dengan jubah putih mereka. Memandang satu sama lain, berbincang-bincang sebelum Engku Bram menghampiri mereka dengan batik cokelat mudanya. Pria itu berambut gondrong dengan kumis tebal serta kulit agak kecokelatan.
"Hari ini kita akan ke selatan Archipelagos. Sebelum berangkat, pastikan kalian tak lupa membawa botol air. Di sana sangat panas. Berdoa dan kuatkan mental kalian."
Mereka melewati batu candi, menuruni tangga yang kiri-kanan dipenuhi arca kuno. Melewati jembatan gantung yang dibawahnya mengalir air kebiruan. Dengan ikan-ikan warna-warni yang sedap dipandang. Archipelagos bahkan lebih bagus dari tempat wisata alami ekslusif pusat kota dengan tiket 500 ribu rupiah sekali masuk.
Setelah melewati jembatan, mereka menyusuri padang ilalang dengan hamparan rumput kekuningan. Seperti bukit, tetapi tak terlalu tinggi. Di bawah bukit itu ada lembah jalan dimana kereta kuda kemarin membawa mereka ke pusat. Di sebelahnya ada tebing tinggi.
Mereka tiba lima belas menit kemudian. Sejujurnya jalanan ini lebih cepat ketimbang melewati lembah. Karena bukit ini punya tangga menanjak naik yang terhubung langsung dengan pemukiman golongan Fangin (sebutan untuk golongan penyihir tanah).
Beberapa murid sudah menghabiskan air. Engku Bram mengistirahatkan mereka yang kelelahan sembari menjelaskan jalanan yang baru saja mereka tempuh.
Rumput kekuningan di bawah sana laksana gelombang air yang tersapu angin. Persis seperti padang sabana. Sementara itu, di hadapan mereka sudah ada rumah-rumah atap setengah bulat yang kemarin mereka lihat dari atas tebing. Rumah-rumah ini sangat menarik dilihat secara dekat. Rumah Honai.
Bentuk rumah Honai yang bulat dirancang untuk menghindari cuaca dingin di malam hari dan juga tiupan angin kencang. Atap honai terbuat dari susunan lingkaran-lingkaran besar yang terbuat dari kayu buah Sedang yang dibakar di tanah dan diikat menjadi satu di bagian atas sehingga membentuk dome. Empat pohon muda juga diikat di tingkat paling atas dan vertikal membentuk persegi kecil untuk perapian. Penutup atap terbuat dari jerami yang diikat di luar dome. Lapisan jerami yang tebal membentuk atap dome, bertujuan menghangatan ruangan di malam hari. Jerami cocok digunakan untuk daerah yang beriklim dingin. Karena jerami ringan dan lentur memudahkan suku Dani membuat atap serta jerami mampu menyerap goncangan gempa.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TERBIT] ARCHIPELAGOS 1 (Wizarding School in Nusantara)
AdventureTELAH TERBIT | LENGKAP Ada sekolah sihir di Nusantara? Amazing cover by @daynosaur__ Di Nusantara telah berdiri sebuah sekolah sihir tersembunyi yang didirikan pada abad keenam sebelum masehi. Sekolah itu bernama Archipelagos. Sebuah sekolah terleta...