BAB 51

4.1K 839 139
                                    


🌿🌿🌿

Nala berjalan, hingga akhirnya berlari memeluk sosok itu yang kini memadat, menjadi manusia seutuhnya.

Sosok itu yang melahirkan Nala, kini memeluk anaknya erat. Wajahnya benar-benar persis seperti Nala. Hanya saja kulitnya sedikit lebih gelap dan ia punya tahi lalat besar di jidat.

Nala benar-benar terisak. Dekapannya semakin erat dan rasanya benar-benar hangat.

"Ibu...."

"Maafkan ibu Nak."

"Tetapi kenapa? Kenapa ibu harus pergi?"

Pertemuan ibu dan anak itu semakin mengharukan. Sampai akhirnya tangis berakhir. Mereka duduk dan bercerita hangat.

Nala duduk di sebelah sambil menaruh kepala di pangkuan ibunya. Sementara ibunya mengelus rambutnya lembut.

"Aku tak ingin ibu pergi," kata Nala merajuk.

"Ibu juga tidak ingin. Tetapi harus pergi..."

"Kenapa?" tanya Nala menatap ibunya dari bawah. "Kenapa ibu memilih jalan ini? Ibu tega meninggalkanku sendirian? Papa sudah meninggal. Dan ibu tahu, Pevita si nenek sihir itu sudah mengambil semua harta papa."

Gayatri terdiam sejenak, senyum kecil terukir di wajahnya seraya mengelus wajah anaknya dengan semakin lembut.

"Itulah alasan kenapa kau harus berada di Archipelagos."

Nala menggeleng. Terduduk.

"Aku masih belum mengerti ibu. Kenapa ibu lebih memilih aku tinggal Archipelagos. Padahal ibu bisa memilih tinggal selamanya denganku. Menghabiskan masa-masa bahagia. Atau ibu tak mau mengurusi anak?"

Gayatri menggeleng. "Bukan begitu Nak... dunia akan hancur kalau ibu tidak pergi hari itu. Berong akan menghancurkan segalanya dan kalau sudah begitu... kita berdua juga akan hancur sebelum kau bahkan membuka matamu dan mengenal ibu."

"Kurasa itu lebih baik daripada harus mendengar cerita temanku dengan keluarganya yang harmonis setiap hari. Tentang ibunya yang memasakkannya sarapan pagi, atau tentang bagaimana dia dapat spoiler tentang sekolah sihir di Archipelagos."

"Kau benar-benar kenal temanmu? Apa dia benar-benar hidup bahagia tanpa masalah? Setiap orang di dunia punya masalah yang berbeda-beda, tentang ekonomi, penyakit, masalah sehari-hari, ancaman atau pun juga kehilangan. Kita tidak seharusnya membandingkan diri kita dengan orang lain Nak. Karena kalau begitu, hidup tidak akan pernah adil untuk semua orang."

Nala terdiam sesaat. Berusaha mencerna pembicaraan. Dia tiba-tiba mengingat teman-teman secandinya dan dia menyadari kalau mereka juga punya masalah masing-masing. Itu membuat Nala merasa malu. Dia tertunduk, terisak. Lalu Gayatri memeluknya.

"Maafkan aku ibu..."

"Tidak apa-apa. Kau tak bersalah. Ibu yang harusnya minta maaf. Kau masih kecil, dan harus menanggung ini semua." Gayatri melepas dekapannya lalu menyapu air mata anaknya lembut. "Jangan merasa bersalah ya. Tidak masalah berpikiran buruk dan mengeluh sesekali. Itu hal yang wajar. Lagi pun di usia remaja emosi masih belum stabil."

Geriang dan Mosrang Api Naga Hitam menjadi saksi haru pertemuan ibu dan anak itu, sebelum akhirnya berakhir. Mereka harus berpisah.

Nala memeluk ibunya erat. Seerat yang ia bisa. Karena tahu kalau ini mungkin akan jadi pertemuan mereka terakhir kali. Geriang bilang, api naga hitam hanya bisa membawa pesan dan membawa sang pemiliknya satu kali ke dunia nyata. Itu jelas membuat Nala sedih. Tetapi setidaknya dia mendapatkan kekuatannya kembali. Dia menjadi lebih baik karena semua pertanyaan atas hidupnya terkait ibunya sudah terjawab.

[TERBIT] ARCHIPELAGOS 1 (Wizarding School in Nusantara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang