BAB 38

4.1K 807 113
                                    

🌿🌿🌿

Perubahan yang terjadi pada Ayu sungguh membuat Nala dan Sanja gelisah. Saat makan malam di ruang tengah candi, perempuan itu makan dengan sedikit sayur, makan dengan menutup kedua kaki menyamping, tersenyum seadanya, dan kalem. Bibirnya tipis dengan mata yang disipitkan saat tersenyum, berbicara sangat pelan. Ayu jadi ayu beneran.

Bastian sampai tak mau menjahilinya. Bukan karena ia cantik, tetapi perubahan itu sangat mengejutkan. Ayu tidak seperti Ayu yang Bastian kenal, yang memukulinya penutup panci atau berteriak nyaring di telinganya seperti kera.

"Kau kenapa?" tanya Tanra tiba-tiba dalam keheningan. Dia satu-satunya yang berani bertanya.

"Kenapa apa?" tanya Ayu setelah menyuapi sayurnya yang ia gigit sebesar anakan lebah. Mengunyah dengan pelan seraya menutup mulut. Semua mata tertuju padanya. "Ada apa sih?"

"Kau seperti orang lain Ay," kata Bastian.

"Loh aku masih Ayu,"

"Bohong. Buat apa sih, begitu? Gara-gara si Edo itu? Sudahlah, kau tak akan bisa mendapatkannya. Karena..."

TENGG!!!!

Ayu mengetuk meja dengan garpunya, menahan amarah tetapi masih tersenyum.

"Kau tak perlu berasumsi kalau tak tahu masalahnya. Teruslah membaca buku dan berhenti mengurusi urusanku."

Dia pergi meninggalkan temannya di ruang tengah yang diam mematung. Sementara Tanra melipat tangan di depan dada, mendengus sebal.

"Kau tak boleh begitu Tan," tegur Nala. "Tadi dia bilang mau jadi dirinya sendiri. Sudah membohongi kita sejak awal kalau dia perempuan yang ceria. Jadi biarkanlah dia. Dia sepertinya lelah dan menjadi diri sendiri adalah hal yang baik. Bagaimana pun perubahannya, kita harus menerimanya."

"Tidak. Dia berbohong, kau tak lihat matanya yang saat diajak bicara selalu memaling, senyumnya dibuat-buat, gerak tubuh gelisah. Ada di halaman 241 buku berjudul Membaca Gerak-gerik Manusia Pembohong."

"Sudah kubilang Tan, tak semua kejadian bisa dibaca dengan buku-buku dan ilmumu itu."

"Kurasa semuanya bisa. Karena ada riset dan pengalaman. Gerak-geriknya seperti pembohong kecuali kalau dia... akan demam," geutu Tanra. "Aku sungguh tak pedulu. Tetapi dia harusnya sadar kalau pertempuran besar tak lama lagi, bukannya malah melakukan hal-hal konyol."

🌿

Pagi ini, tiba-tiba Ayu merasa tidak enak badan. Nala memasukkan semangkuk bubur ayam ke dalam kamarnya, menaruhnya di meja dan melihat Ayu terlihat meringkuk kedinginan di atas kasunya. Nala tahu Ayu sedang tidak mood karena semua yang terjadi semalam. Tetapi Nala tak bisa menyemangatinya sekarang, sepertinya Ayu terlihat ingin sendirian.

"Kalau kau lapar, makanlah bubur ini Ay," kata Nala sebelum meninggalkan kamar dan menyusul Sanja di pintu gerbang. Berangkat ke sekolah bersama yang lain.

Di perjalanan, Nala bertemu dengan dua orang tetangga candinya.

"Romi, Luna?" Panggil Nala kepada temannya yang tinggal di candi nomor satu. Mereka berdua menghentikan langkah, menoleh dan tersenyum. "Kalian mau ke Terhon juga?" sambungnya.

"Tidak," gumam Romi seraya memperbaiki kacamatanya yang melorot. "Kami ingin ke rumah sakit. Kezia tiba-tiba kejang."

"Bukan cuma dia, ada tujuh murid dengan kasus yang sama. Rumah sakit sampai penuh," Luna melanjutkan.

"Kenapa?" tanya Tanra.

"Gara minum jus buah naga buatan mbo Ibeh saat pesta Anggrek Putih."

"Pesta Anggrek Putih?!"

Nala langsung melemparkan pandangannya kepada Sanja, Lexan dan Tanra.

"Aku harus ke candi."

"Kau ingin bolos kelas Membatik?" tanya Tanra.

Nala mengangguk, meninggalkan mereka.

Dia tidak sendiri. Sanja menemaninya karena tak suka menghabiskan jalan bersama dua pria dingin yang tak tahu mencairkan suasana.

Tak butuh waktu lama, Nala dan Sanja tiba di candi dan mendapati Ayu di kamarnya berselimut dedaunan tebal menggigil.

"Gawat."

Nala memandang berkeliling. Melihat meja Ayu dan membuka buku tentang tanaman yang bisa mengatasi rasa menggigil setidaknya untuk sementara waktu sebelum dibawa ke rumah sakit. Sanja inisiatif mengompres Ayu dengan air hangat. Saat kompres itu menyentuh kulitnya seperti ada didihan karena panas. Kulit Ayu juga perlahan memerah ruam.

"Tanaman—kemangi? Daun kemangi untuk lalapan, kan?" tanya Nala yang masih sibuk mencari jawaban di buku.

"Sudahlah Nal. Ada baiknya kita membawanya ke Encik Mina atau Encik Flo sekarang, karena rumah sakit pasti penuh."

"Encik Mina sedang pergi San," celetuh Nala. "...dan Encik Flo dia kepala rumah sakit, pasti sangat sibuk." kata Sanja berjalan ke sudut ruangan.

"Benar, kalau begitu lebih baik obati sendiri saja."

Nala memetik daun kemangi di sudut ruangan setelah mencium aromanya. Lalu berjalan ke meja, menumbuk tanaman itu dan membalurkannya ke seluruh tubuh Ayu lantas terduduk di tepian kasur.

"Sayang sekali dia yang harus sakit. Kalau saja salah satu diantara kita berdua, dia pasti sudah meracik tanaman yang tepat."

"Omong-omong kenapa ya jus buah naganya beracun? Kupikir Mbo Ibe tak pernah membuat makanan sembarangan."

"Benar. Semuanya tak masuk akal. Mungkin Berong yang melakukannya.... Tak ada orang di Archipelagos yang nekat melakukan ini."

"Aku akan menyelidikinya."

Nala dan Sanja menoleh. Bastian muncul dari balik pintu.

"Bastian?!! Sejak kapan kau..."

"Dia kehilangan tali sepatu lagi, terus mencari sampai lupa waktu," kata Nala.

Bastian tertawa kecil. "Benar, kurasa kau mulai memperhatikanku Sanja."

Sanja memutar bola mata.

"Baguslah. Lupakan tentang itu, jadi aku akan menyelidikinya sekarang. Jaga Ayu baik-baik."

Bastian jalan cukup cepat.

"Pria itu kadang membuatku takut."

"Hahaha kenapa San?"

"Dia terlalu bersemangat."

Tawa Nala langsung menggelegar sebelum ia menutup mulutnya cepat karena menyadari Ayu sedang tertidur. 

🌿🌿🌿

DONT FORGET TO VOTE ARCHIS(◍•ᴗ•◍)💚


Bagi Archis yang mau join grup telegram.

Silahkan join lewat link ini ya

t.me/Archipelagosindonesia

Kalau belum bisa bisa chat pribadi aja

Disana kita bahas banyak soal Archipelagos.

[TERBIT] ARCHIPELAGOS 1 (Wizarding School in Nusantara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang